AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.
"Mas, apa benar kamu diam-diam nikah lagi?" tanyaku dengan nada tajam pada Mas Arya, suamiku yang baru saja pulang kantor.Meski lelaki itu masih terlihat lelah usai mengais rezeki di luar sana, tetapi rasa penasaran dan emosi yang bercampur jadi satu di dada ini tak bisa lagi disembunyikan. Menuntut sebuah penjelasan dengan segera."Tahu darimana? Jangan sembarangan kamu bicara! Sok tahu!" Mas Arya menatap tak suka lalu meneruskan gerakannya melepas seragam dinas yang dikenakan. Bersikap tidak peduli."Ini!"Kutunjukkan bukti foto-foto pernikahan keduanya bersama seorang wanita yang kudapatkan setelah membayar seseorang untuk membuntuti dan mengawasi gerak-gerik suamiku itu di luaran, tepatnya setelah kusadari lelaki yang telah menjadi suamiku sejak tiga tahun lalu itu mulai menunjukkan gelagat mencurigakan, selalu pulang mal
"Mas, ini ATM kamu aku kembalikan" ujarku sembari menyerahkan sebuah kartu anjungan tunai mandiri miliknya yang selama ini diserahkan padaku untuk membiayai keperluan rumah tangga.Setiap bulan tidak lebih dari satu juta rupiah sisa gajinya masuk ke dalam rekening itu untuk biaya hidup kami bertiga. Juga untuk keperluan ibu dan adiknya, Mira. Gadis berusia dua puluh tahun yang saat ini masih kuliah semester lima di sebuah perguruan tinggi swasta.Setiap bulan semua uang itu kuberikan pada mertua. Kadang malah kutambahi karena aku merasa penghasilanku sendiri lebih dari cukup untuk biaya hidup kami sekeluarga.Bagiku tak masalah memberi semua gaji suamiku pada ibunya karena beliau seorang janda yang dalam agama wajib disantuni, apalagi beliau masih harus menanggung hidup putri bungsunya yang sedang kuliah.Pun beliau adalah mer
Hari ini tanggal satu bertepatan hari Senin. Hari dimulainya aktivitas kantor setelah dua hari libur kerja.Meski semalaman kulihat Mas Arya tidak tidur, asyik video call dengan istri mudanya yang kudengar-dengar bernama Maya tanpa peduli sakitnya hatiku mendengar kemesraan mereka, tetapi pagi-pagi ini wajahnya kulihat begitu sumringah. Tampak sangat bercahaya. Mungkin karena hari ini tanggal satu. Tanggal gajian.Dari percakapan mereka berdua di kamar sebelah tadi malam yang sempat aku curi dengar, Mas Arya mengatakan akan memberikan uang gajinya itu pada istri mudanya itu.Tak tanggung-tanggung, ATM yang kemarin kukembalikan padanya katanya juga akan diberikan pada wanita itu agar Maya juga bisa merasakan enaknya menjadi seorang Nyonya Arya. Bisa ke salon, ke mall, belanja dan jalan-jalan di hari libur seperti yang biasa kulakukan. Begitu yang aku dengar dari p
Malam ini Mas Arya tak pulang.Melalui pesan whatsapp ia mengatakan jika akan pulang ke rumah Maya dan tidur di sana.Tanpa menghiraukan perasaanku, ia bahkan mengatakan akan mulai melakukan jatah giliran dengan adil, yakni tiga hari untukku dan tiga hari untuk Maya. Sisa satu hari kata Mas Arya tergantung ia ingin tidur di mana dan aku tak boleh protes akan hal itu.Aku hanya diam tak menanggapi.Sejujurnya aku bahkan sudah tak lagi peduli Mas Arya akan tidur di mana. Tak pulang lagi ke kontrakan ini pun tidak jadi masalah.Toh, selama ini aku sendiri yang membayar sewanya. Sekali lagi karena gaji Mas Arya tak mencukupi untuk membayarnya.Aku masih bertahan seperti ini bukan karena masih punya hati untuk suamiku itu melainkan hanya ingin melihat karma y
"Maafkan ibu, An. Ibu gak bisa melarang Arya waktu minta izin nikah lagi. Sudah berkali-kali ibu ingatkan tapi Arya bandel."Ibu mertua mengelus puncak kepalaku lalu meraihku dalam pelukan beliau.Ingin rasanya aku marah tapi aku tahu semua itu tidak ada gunanya lagi.Mungkin sudah takdir begini. Bagus juga karena dengan menikah lagi, aku yang selama ini bucin setengah mati pada Mas Arya hingga rela jadi bumper di belakangnya demi ketenangan hidup lelaki itu jadi sadar jika semua itu ternyata sia-sia belaka.Belum terlambat untuk menyadari kesalahanku, terlalu memanjakan suami hingga tak tahu jika aku telah berkorban begitu banyak demi hubungan rumah tangga kami yang ternyata tak berarti apa-apa baginya."Ya, sudahlah Bu, gak papa. Semua sudah terjadi. Sudah takdir harus begini. Dises