Share

Bab Lima

 "Maafkan ibu, An. Ibu gak bisa melarang Arya waktu minta izin nikah lagi. Sudah berkali-kali ibu ingatkan tapi Arya bandel."

 

Ibu mertua mengelus puncak kepalaku lalu meraihku dalam pelukan beliau.

 

Ingin rasanya aku marah tapi aku tahu semua itu tidak ada gunanya lagi. 

 

Mungkin sudah takdir begini. Bagus juga karena dengan menikah lagi, aku yang selama ini bucin setengah mati pada Mas Arya hingga rela jadi bumper di belakangnya demi ketenangan hidup lelaki itu jadi sadar jika semua itu ternyata sia-sia belaka.

 

Belum terlambat untuk menyadari kesalahanku, terlalu memanjakan suami hingga tak tahu jika aku telah berkorban begitu banyak demi hubungan rumah tangga kami yang ternyata tak berarti apa-apa baginya.

 

"Ya, sudahlah Bu, gak papa. Semua sudah terjadi. Sudah takdir harus begini. Disesali seribu kali pun percuma. Hanya saja Ana sudah gak mau lagi berurusan soal keuangan dengan Mas Arya lagi. Biarlah Mas Arya yang mengatur sendiri. Ana terima beres saja. Toh Ana cuma istri," ucapku berusaha tenang pada akhirnya.

 

Ibu mertua hanya menelan ludah.

 

"Jadi, sekarang semua urusan keuangan dipegang Arya? Ya sudah kalau begitu. Hubungi dia sekarang juga dan suruh antar uang ke ibu hari ini juga. Ibu gak mau tahu. Ibu dan Mira butuh makan!"

 

"Ibu hubungi saja sendiri. Ana gak mau ganggu Mas Arya. Ana punya harga diri, Bu. Ana gak mau direndahin," sahutku sembari masuk ke dalam rumah, mengambil ponsel lalu menyerahkan pada ibu yang menerima dengan wajah bersungut-sungut.

 

"Tinggal hubungi aja kok susah banget! Suami istri kok bicara harga diri! Sini, biar ibu telpon sendiri!" ketus ibu mertua dengan wajah tak suka. 

 

Lalu beliau pun mengambil ponsel dari tanganku dan menelpon anak lelakinya itu.

 

Aku mendengar pembicaraan antara ibu dan anak setelah panggilan tersambung. Mas Arya mengatakan akan ke rumah ibu besok pagi-pagi dan meminta beliau bersabar hingga esok hari.

 

Meski beliau berkali-kali meminta agar Mas Arya mengantarkan uang sekarang juga sebab tak punya persediaan lagi untuk masak hari ini tetapi Mas Arya juga bersikeras untuk  datang besok pagi dan meminta ibu tetap bersabar.

 

Ibu tampak mendengkus kesal saat akhirnya Mas Arya mematikan sambungan. Beliau lalu menatapku dengan mata memicing.

 

"An, apa kamu gak punya uang lagi untuk ibu pakai sampai besok pagi? Arya bilang besok baru bisa ke rumah soalnya?" Ibu terlihat sedih.

 

"Enggak, Bu. Ana juga gak punya uang lagi. Ana 'kan gak kerja, gak cari uang, ATM juga sudah Ana kasih ke Mas Arya, darimana lagi Ana dapat uang?" sahutku terpaksa berbohong.

 

Ya, sakit hati akan sikap Mas Arya yang arogan mau tak mau jadi berimbas pula pada perubahan sikapku ke ibunya.

 

"Terus kamu makan apa? Via mana? Kok dari tadi gak kedengaran suaranya?"

 

Tanpa menunggu jawabanku, ibu kemudian masuk ke dalam rumah dan menuju ruang belakang, membuatku serta merta merasa khawatir, takut beliau melihat sisa makanan semalam yang masih ada di meja makan.

 

Bisa ketahuan berbohong tak punya uang jika beliau tahu tadi malam kami habis makan enak.

 

"Via masih tidur, Bu. Semalam rewel karena Mas Arya gak pulang. Ini mumpung dia tidur, Ana mau cari-cari sayuran di samping rumah. Kebetulan Ana tanam kangkung dan bayam. Bisa Ana masak menjelang Mas Arya kasih uang," sahutku lalu menggandeng tangan ibu agar ke luar kontrakan.

 

Di bagian samping kontrakan ini aku memang menanam beberapa jenis sayuran yang kujadikan hobi di kala jenuh sendirian.

 

Berdua dengan Via, kami menanam aneka macam sayur mayur untuk dimasak saat sedang malas ke tukang sayur seperti saat ini.

 

Alhamdulillah bisa juga jadi alibi saat terpaksa harus berbohong sedang tak punya uang seperti sekarang ini.

 

"Oh ya? Kalau begitu ibu minta dikit untuk dimasak sampai besok pagi ya, An?" ujar ibu lagi dengan ekspresi sedih yang kujawab dengan anggukan kepala.

 

Bu Sovia kemudian mengikuti langkahku menuju bagian samping rumah di mana banyak pot berjejer berisikan tanaman sayur-sayuran. Dengan penuh semangat 45 beliau memetik bayam, kangkung dan terong sampai tersisa hanya sedikit lagi.

 

Tak apalah, toh aku juga tidak akan memasak sayur itu hari ini. Aku akan membeli saja di warung makan. Selain menghemat waktu agar bisa kupergunakan untuk menambah bab cerita berbayarku, aku juga bisa menghemat tenaga dan membantu usaha orang lain di tengah situasi pandemi Corona yang serba sulit sekarang ini.

 

Yang penting aku tetap harus menjaga alibi bahwa aku sedang tak punya uang dengan membeli lauk makan yang sama seperti yang ada di samping rumah ini, terutama jika Mas Arya sedang ada di rumah agar ia tak curiga.

 

*****

 

Tok. Tok. Tok.

 

Bunyi pintu diketuk membuatku terpaksa bangkit dari tempat tidur dan beranjak menuju pintu depan.

 

Hari ini hari ketiga Mas Arya jatah tidur di kediaman Maya, jadi mungkin yang mengetuk pintu ini bukanlah suamiku melainkan orang lain.

 

Tetapi alangkah terkejutnya hatiku saat mengintip dari gorden jendela, melihat penampakan wajah Mas Arya yang terlihat datar dan tak sabar menunggu pintu dibuka.

 

Kok Mas Arya pulang sekarang? Bukannya besok pagi baru jatah giliran ke rumah ini?

 

Kubuka pintu dengan wajah menunduk, sengaja menghindari kontak mata dengannya. 

 

Namun, Mas Arya justru berhenti melangkah dan menatapku lama.

 

"An, Mas pulang," ucapnya saat aku hanya diam tak merespon apa-apa kedatangannya.

 

"Ya ... kenapa pulang? Bukannya besok pagi harusnya?" Aku menyahut singkat.

 

"Gak papa. Mas kangen Via. Mana anak kita? Dia pasti sedih karena mas gak pulang-pulang," sahutnya pura-pura peduli pada perasaan putrinya. Padahal aku tahu hal itu tak pernah terjadi. 

 

"Gak kok. Biasa aja. Bukan kali ini juga 'kan Mas pergi lama? Dia happy-happy aja kok," sahutku dengan nada tenang.

 

"Oh ya udah. Yang penting mas udah pulang. Hmm ... mas mau tanya, memangnya sisa gaji mas selama ini ada berapa sih, An? Kok kata Maya cuma sisa satu juta?" Mas Arya menatapku dengan kening berkerut.

 

"Ya, memang cuma sisa segitu kok. Kenapa?" Aku pura-pura bertanya lugu, padahal sudah tahu kalau lelaki di depanku ini mulai terkena stroke ringan karena baru sadar kalau gajinya tidak lagi bersisa.

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ratnawati
baik alur ceritax
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status