Share

Bab Empat

Malam ini Mas Arya tak pulang.

 

Melalui pesan w******p ia mengatakan jika akan pulang ke rumah Maya dan tidur di sana.

 

Tanpa menghiraukan perasaanku, ia bahkan mengatakan akan mulai melakukan jatah giliran dengan adil, yakni tiga hari untukku dan tiga hari untuk Maya. Sisa satu hari kata Mas Arya tergantung ia ingin tidur di mana dan aku tak boleh protes akan hal itu.

 

Aku hanya diam tak menanggapi.

 

Sejujurnya aku bahkan sudah tak lagi peduli Mas Arya akan tidur di mana. Tak pulang lagi ke kontrakan ini pun tidak jadi masalah. 

 

Toh, selama ini aku sendiri yang membayar sewanya. Sekali lagi karena gaji Mas Arya tak mencukupi untuk membayarnya.

 

Aku masih bertahan seperti ini bukan karena masih punya hati untuk suamiku itu melainkan hanya ingin melihat karma yang aku yakin sebentar lagi akan menimpa hidup Mas Arya.

 

Aku tak yakin Maya akan betah jadi istri dengan penghasilan Mas Arya yang jauh dari kata cukup akibat sudah dipotong cicilan bank karena gaya hidupnya yang ingin di atas standar padahal jelas-jelas belum mampu untuk itu. Dan tidak tanggung-tanggung, cicilan banknya harus dibayar selama lima belas tahun angsuran. 

 

Setelah membalas chat suamiku, aku kemudian membuka aplikasi pesan makanan siap antar.

 

Kupilih menu makanan sesuai seleraku dan tak lupa selera putri semata wayangku, Via.

 

Meski gadis kecil itu merasa sedih karena papanya malam ini kembali tidak pulang, tetapi kesedihannya berangsur normal saat kujanjikan memesan makanan kesukaannya yakni pizza dan ayam goreng.

 

Kami pun makan dengan lahap dan riang lalu menyimpan sisanya di atas meja makan karena Mas Arya bilang tak akan pulang sampai jatah giliran tiga hari di rumah Maya selesai.

 

Dan itu artinya tiga hari ini aku bebas menjadi diri sendiri dan melakukan segala sesuatu kebiasaanku tanpa takut diawasi atau pun takut ketahuan Mas Arya.

 

Aku tetap bisa melakukan semua kebiasanku dulu tanpa khawatir dipertanyakan dari mana dapat uangnya.

 

****

 

Aku baru saja mandi dan ganti pakaian saat mendengar pintu rumah diketuk keras dari luar.

 

Kukerutkan kening dengan nada heran dan bertanya-tanya. Siapa sih yang pagi-pagi begini sudah datang bertamu dan lancang mengetuk pintu keras-keras? Aku membatin dalam hati.

 

"Ya, sebentar ...!" sahutku. 

 

Tergesa aku berjalan menuju pintu depan dan membukanya.

 

Begitu terbuka, tampak sosok ibu mertua menatap tak sabar ke arahku.

 

"Ana, ini sudah tanggal berapa? Kok belum antar uang ke rumah? Ibu sudah nunggu-nunggu dari kemarin tapi kamu malah nggak datang-datang. Terpaksa tadi Mira nebeng temannya ke kampus karena kehabisan ongkos!" Belum sempat aku bertanya, beliau sudah lebih dulu membuka mulutnya, mengeluh dan menyalahkan seperti biasanya.

 

"Maaf, Bu. Bukan Ana gak mau ke rumah antar uang seperti biasanya tapi mulai bulan ini ATM gaji Mas Arya, sudah Ana kembalikan sama Mas Arya. Biar Mas Arya sendiri yang mengatur keperluan bulanan rumah ini dan rumah ibu. Ana gak mau lagi ikut campur Bu. Jadi ibu tinggu saja dari Mas Arya," ucapku menjelaskan dengan suara tenang.

 

Mendengar jawabanku, ibu tampak kaget.

 

"Kok Arya sendiri yang ngatur? Kenapa? Kalian ribut soal uang? Ya, nggak masalah sih kalau gitu. Cuma ini sudah tanggal dua, tapi baik kamu atau pun Arya gak ada yang ke rumah nganterin uang, terus ibu mau makan apa? Coba hubungi Arya, suruh anterin jatah ibu secepatnya biar ibu bisa belanja. Oke!" ucap ibu mertua lagi sembari dengan ekspresi tak sabar memintaku menghubungi Mas Arya lewat ponsel secepatnya tetapi dengan terpaksa aku menggelengkan kepala.

 

Aku tak mau Mas Arya menganggapku butuh dirinya karena pagi-pagi sudah menghubungi dia yang jelas-jelas mengatakan akan tidur di rumah Maya selama tiga hari ke depan. 

 

Aku tak mau lelaki itu GR karena sedikit pun aku justru tak memikirkan pria itu lagi. Masa bodohlah dengannya. Aku hanya sedang menunggu hari datangnya pembalasan itu. Hari di mana mata kepala Mas Arya terbuka lebar lalu menyesali meski aku tahu tak akan ada lagi ruang dalam hatiku untuknya pasca pengkhianatan ini.

 

Tapi tunggu dulu! Saking sibuknya menata hati aku sampai lupa menanyakan apakah wanita di hadapanku ini sudah tahu jika putra kesayangannya itu sudah menikah lagi atau belum? 

 

Kalau sudah berarti ibu Mas Arya memang setali tiga uang dengan anaknya. Sama-sama tak punya hati dan empati membiarkan anaknya menikah lagi walaupun sudah punya istri.

 

Kalau itu terjadi, berarti selama ini kedekatan dan hubungan baik yang selalu kujaga pada ibu mertua dan adik ipar ini tak pernah dianggap. 

 

Mereka hanya menganggapku orang lain yang kebetulan masuk dalam lingkup keluarga mereka tanpa ada rasa memiliki. Tak seperti diriku yang begitu merasa memiliki pada diri mereka berdua.

 

"Maaf, Bu. Kalau Ana baru bisa ngomong sekarang. Apa ibu sudah tahu kalau sebenarnya Mas Arya sudah menikah lagi dan bahkan sekarang sedang tidur di rumah istri mudanya itu? Apa ibu tidak diberitahu Mas Arya saat ingin menikah lagi kemarin karena Ana sendiri pun baru tahu dari orang yang Ana suruh menguntit Mas Arya di luar dan ternyata benar, Mas Arya sudah menikah lagi, Bu, hu ... hu ... hu ...."

 

Betapa pun berusaha kuat membentengi diri, tak kuasa juga aku menahan air mata supaya tak jauh ke pipi saat harus jujur terus terang di hadapan mertua seperti ini.

 

Tubuh ini pun kemudian hanya mampu bertumpu lemah pada sisi kusen pintu agar tak melorot jatuh ke lantai.

 

Kulihat ibu mertua menundukkan wajahnya dengan hela nafas berat keluar dari bibir beliau.

 

Cukup untuk meyakinkanku kalau sebenarnya. ibu Mas Arya memang sudah tahu jika anaknya sudah menikah lagi dan membiarkan aku sebagai istri tak tahu menahu kecurangan suami di belakangku karena menganggapku hanya orang lain semata.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si ana penulis dungu banyak drama banget. apa kamu g tau hak2mu sebagai istri pns. laporin aja suami mu,dodol dan g usah pake nangis segala. toh si arya juga g peduli sama anaknya dan kamu jg pnya duit
goodnovel comment avatar
Isabella
kalau ibunya diam berarti keluarganya brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status