#28Susah payah aku memberikan pembelaan kepada kedua adikku agar mereka terbebas dari tuduhan yang terus dilakukan oleh seorang wanita paruh baya.Meskipun wanita itu terus meronta dan tidak peduli dengan permohonanku akan tetapi lambat laun wanita itu mau memaafkan kedua adikku dan pergi dengan perjanjian adikku menjauhi suaminya.Setelah wanita paruh baya itu pergi aku memilih untuk masuk ke dalam kamar yang dulu aku gunakan sebelum menikah dengan Indah.Malam ini aku memutuskan untuk istirahat dan tidak mau bahasa apapun masalah tentang kedua adikku. Aku ingin menenangkan pikiran terlebih dahulu sebelum membahas semuanya.Satu yang tidak aku inginkan adalah emosiku semakin memuncak dan membuat mereka justru akan menjadi sasaran kemarahan ku.Saat ini pikiranku sangat kacau apalagi setelah kejadian di rumah Deni tadi aku benar-benar tidak bisa lagi berpikir dengan jernih.Pagi harinya aku bangun tetap pukul jam enam pagi, masih sangat sepi karena belum ada yang bangun diantara kedu
#29Setelah sampai di rumah sakit, aku langsung membawa ibu ke ruang UGD. Sepintas ujung mataku seperti melihat Indah disini. Entah karena ini rumah sakit tempat ia bekerja atau ia sudah membawa Deni untuk di rawat disini."Dok, tolong ibu saya. Tolong Dok," mohonku."Pak Bayu kan?" tanya beliau nampak heran.Mungkin beliau bingung karena beberapa waktu yang lalu aku masih menemani Nindy di ruangannya. Tanpa membuang waktu, dokter itu langsung memeriksa keadaan Ibu dan segera memberikan pertolongan pertama.Sementara itu, aku dan kedua adik perempuanku menunggu di luar untuk keputusan dari dokter tentang keselamatan ibu kami."Ini semua gara-gara kamu Mas!" lirih Lintang."Kalau aja kamu nggak sibuk sama istri baru kamu, mungkin kami nggak harus jual diri untuk memenuhi kebutuhan kita dan kemauan ibu!" imbuh Wulan.Aku hanya diam, apapun yang mereka katakan aku benar-benar tidak habis pikir. Sampai kapan mereka akan merasa benar atas perbuatannya.Entah bagaimana mereka bisa berpikir
#30Segera aku pergi ke ruang gawat darurat untuk mengurus pemindahan ibu ke ruang rawat inap."Lama banget Mas?" tanya Lintang."Udah yuk!" ajakku.Kami membawa ibu dengan di bantu dua perawat untuk mendorong ranjang tempat ibu berbaring.Setelah semua selesai, aku meminta kedua adik perempuanku untuk duduk bersama. Aku rasa, kami memang harus membicarakan semuanya."Mas udah ketemu sama Indah, tapi dia kayaknya udah nggak mau balik sama Mas. Apalagi dia sekarang sudah dekat dengan seorang pria artinya Kami tidak akan bersatu kembali," jelasku.Kedua adik perempuan ku hanya diam mereka seolah tidak menanggapi apa yang aku katakan bahkan sedikit pun merasa bersalah mereka tidak melakukannya.Apalagi untuk meminta maaf atas kehancuran rumah tanggaku yang ada andil mereka di balik semua ini."Kalau nanti Mas di tangkap polisi, Mas tolong kalian jadi ibu baik-baik."Lintang mendongak ia seolah tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan."Ditangkap polisi emang? Emang Mas ngapain?"
#31"Sudah Yu, kami pasti memaafkan kamu. Sudah," ucap ibunya Deni seraya mengangkat tubuhku dari posisi duduk.Aku benar-benar tidak menyangka jika semua akan menjadi seperti ini. Emosi sesaat yang aku turuti menjadikan luka yang pedih di wajah Deni.______"Jadi, kamu menikahi Nindy?" tanya Deni saat kami hanya berdua di ruangan tersebut.Aku mengangguk, tapi sepertinya Deni tahu jika ada sesuatu yang aku rasakan. Ia memang selalu bisa menebak sesuatu yang aku sembunyikan. "Iya begitulah, tapi aku benar-benar nggak tahu kalau dia punya suami Den, dia mengaku gadis padaku, tapi belakangan ini banyak kejadian aneh."Aku berusaha mengungkapkan semua pada Deni. Selama ini, teman curhat paling baik bagiku memang hanya Deni. Ia selalu bisa memberikan solusi dan saran di setiap masalahku."Aneh gimana?" tanya Deni."Dua hari lalu, dia tiba-tiba ngeluh sakit perut. Sampe akhirnya dia nabrak tiang listrik depan rumah, cuma yang bikin aneh. Hasil USG menyatakan luka di bagian perutnya sepert
#32"Pertama, aku pengen banget minta maaf sama kamu. Ya, aku tahu aku udah egois banget selama ini. Aku terlalu mementingkan kedua adikku dan ibuku," ucapku mengawali permintaan maaf.Indah, Deni, Nindy dan Ibunya Deni seakan menatapku penuh selidik. Mungkin mereka tak mengerti apa yang membuat aku seperti ini."Aku belajar dari Deni, hanya saja aku salah menempatkan semuanya. Dulu, Deni selalu berkata bahwa orangtua dan keluarga adalah yang utama. Aku lupa, bahwa Deni belum memiliki tanggung jawab sebagai seorang suami.Bahkan, aku selalu mengutamakan ibu dan kedua adikku hanya karena aku tidak ingin terlihat menjadi anak yang durhaka. Indah, aku benar-benar minta maaf, karena sikap aku itu kita harus kehilangan anak kita.Aku juga nggak pernah nemenin kamu v ibuku selalu bilang kalau wanita itu tidak selalu harus menjadi beban buat suaminya.Namun, aku benar-benar salah mengartikan semuanya. Aku tak tahu kalau manjanya seorang istri adalah sebuah jalan menuju rumah tangga yang baha
#33"Gimana keadaan ibu saya Dok?" tanya Lintang pada Dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat inap ibu.Wajah dokter tersebut nampak sangat lelah, tetapi aku masih saja terus berharap tidak ada hal buruk yang menimpa ibuku.Aku benar-benar takut kehilangan beliau, apapun kesalahan beliau. Bagaimanapun beliau memperlakukan istriku, semua itu hanyalah kesalahan yang mampu aku maafkan."Ibu kalian mengalami koma, entah kenapa. Ada sesuatu yang seolah menghambat untuk bisa menyadarkan beliau, tapi beliau juga tidak bisa lepas begitu saja. Kami akan berusaha semampu kami, dan kami akan terus mengupayakan yang terbaik untuk ibu anda," jelas dokter tersebut.Koma? Astaghfirullah, ibu ... mengapa harus sampai seperti ini? Padahal aku tidak berniat membuat semua sampai seperti ini. Andai aku bisa memutar waktu, aku ingin membuat semuanya baik-baik saja. Aku tidak akan membentak ibuku, aku tidak akan membuat beliau mengalami sakit seperti ini.Namun, semua sudah terlambat. Aku hanya bisa
#34Kedua adik perempuanku masuk ke dalam ruangan dimana ibuku di rawat. Aku menatapnya sinis, hingga beberapa menit berlalu aku tidak melihat Nindy ikut masuk bersama mereka.Dengan segera aku keluar untuk mencari Nindy. Rasanya malas jika harus menanyakan kepada dua adik perempuanku perihal keberadaan Nindy.Namun, setelah aku membuka pintu tidak ada siapapun di depan ruang rawat inap, bahkan di sepanjang lorong hanya ada beberapa perawat yang tengah membawa peralatan medis.Saat aku membalikan badan dan berniat menanyakan pada kedua adik perempuanku. Tiba-tiba aku melihat gelang Nindy tergeletak di depan pintu kamar rawat inap ibu.Ada apa ini? Apa yang terjadi ada istriku? Mengapa gelang yang ia pakai ada disini?Gegas aku masuk ke dalam kamar, dan menanyakan pada Lintang dan Wulan."Kemana Nindy?" tanyaku.Mereka berdua hanya melirik sinis, seolah tak ingin mengatakan apapun dan menganggap sepele pertanyaanku."Lintang! Wulan!"Aku benar-benar tak bisa lagi sabar menghadapi kedua
#35"Dengan Bapak Bayu?" tanya seorang polisi dengan nada tinggi.Antara gugup dan mengkhawatirkan keadaan Nindy. Entah mana yang akan aku dahulukan. Aku tidak mungkin membiarkan Nindy dalam keadaan bahaya seperti ini.Tega sekali Deni dan Indah melakukan ini padaku. Padahal di ruang rawat inapnya tadi, ia seolah sangat baik padaku. Bodohnya aku percaya begitu saja pada mereka setelah semua kejahatan yang sudah aku lakukan.Memang, tidak seharusnya aku menggantungkan harapan pada seseorang yang sudah jelas-jelas menanggung luka dariku. Aku benar-benar pasrah jika memang ini adalah akhir dari segalanya."Iya Pak, saya Bayu," jawabku lemah.Tak ada lagi semangat, aku bahkan menyerahkan kedua tanganku agar mereka bisa memborgol dan segera membawaku ke dalam jeruji besi.Namun, tiba-tiba polisi itu tersenyum. Aku benar-benar heran, mengapa beliau bisa seperti itu? Padahal, saat ini aku benar-benar telah merasa sedih."Kami ditugaskan oleh Bapak Deni, pemilik rumah sakit ini untuk mendampi