AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU#9Pagi ini, suasana masih terasa seperti hari kemarin. Sunyi, sangat sepi. Tak ada tangis bayi yang membuatku biasanya marah. Bahkan aku merindukan sikap manja Indah saat ia meminta bantuanku.Aku segera menelpon orang kantor untuk meminta izin cuti, entah kemana aku akan mulai mencari keberadaan Indah.Apakah mungkin ia masih mau memaafkan aku setelah semua yang sudah aku lakukan?Aku buka lemari untuk mencari pakaian, beberapa baju Indah terlipat rapi. Aku bahkan tidak melihat pakaian Indah berkurang. Apakah mungkin ia tidak membawa pakaian? Lalu, kemana ia pergi?Tepat di bawah tumpukan pakaian, sebuah buku diary membuatku terpaku. Perlahan aku ambil buku tersebut.Satu persatu tulisan di dalamnya aku baca tanpa melewatkan satu lembar pun dalam buku tersebut. Curahan hati Indah selama ini tertuang di dalam buku ini.Rasa Bahagia yang ia rasakan ketika detak jantung putri kami terasa di dalam rahimnya. Aku tak menyangka jika aku selama in
#10"Heh! Maksud kamu apa?"Aku benar-benar emosi mendengar ucapan wanita yang sama sekali belum aku kenal."Perkenalkan dulu ya Bayu, nama saya Farida. Indah sih biasa manggil aku Rida ya, kami udah berteman lama. Sejak aku dan dia ketemu di klinik tempat aku praktek. Ya, aku dokter kandungan istri kamu."Aku sangat terkejut mendengar apa yang di sampaikan wanita bernama Farida itu. Aku memang tidak pernah menemani Indah ke tempat medis selama ia hamil.Ia selalu pergi sendiri, aku hanya memberikan uang untuknya dan aku pikir semua itu cukup. "Aku dapat alamat kamu di buku harian milik Indah, aku yakin kamu pasti tahu dimana Indah saat ini!" Aku benar-benar tak bisa lagi basa-basi dengan wanita di hadapanku. Meskipun ia adalah seorang dokter, tapi aku tidak segan-segan karena memang ia adalah orang yang seharusnya bertanggung jawab atas kepergian Indah."Ya, aku memang memberikan alamatku pada Indah karena aku tidak tahan mendengarkan cerita dia tentang suami dan mertua yang keterl
#11#Deni"Gimana keadaannya Dok?" Aku segera menemui Dokter ketika beliau baru saja memeriksa keadaan pasien."Kita harus segera melakukan operasi, karena pendarahan pada rahimnya bisa membuat dia tidak bisa lagi punya keturunan," jelas dokter tersebut."Saya yang akan bertanggung jawab Dok," jawabku.Dokter itu nampak bingung, mungkin karena beliau tahu jika ibuku menemukan pasien ini tergeletak di jalanan dan tidak mungkin aku mengenalnya."Baiklah, ikut suster untuk mengurus persetujuan."Aku mengikuti langkah seorang perawat, tak ada lagi yang aku pikirkan kecuali keselamatan bagi satu nyawa manusia. Tidak mungkin aku tega melihat wanita itu harus semakin terpuruk ketika tahu rahimnya di angkat karena aku terlambat memberi keputusan operasi.Beberapa berkas aku tanda tangani, tepat sebelum menjelang subuhwanita itu masuk ruangan operasi. Sepertinya, tidak mungkin aku bekerja dalam keadaan seperti ini.Akhirnya aku segera menghubungi temanku di kantor untuk memberitahukan keadaan
#12Setelah puas memanjakan perut yang teramat kamar dan mengenang masalalu di restoran tersebut, aku langsung memutuskan untuk kembali pulang ke rumah.Rasanya lelah sekali hari ini harus melakukan pencarian Indah dan anakku. Entah kemana lagi harus aku mencari mereka.Dalam perjalanan aku masih berharap bertemu dengan mereka di jalan, mungkin tengah berjalan atau tengah mampir di warung kecil.Sayangnya, tak ada tanda-tanda Indah di manapun. Hingga perasaan bersalah yang sebelumnya menghantuiku kini justru berubah menjadi perasaan kesal yang luar biasa.Kenapa sih harus pergi? Bukankah semua bisa di bicarakan baik-baik? Umpatku dalam hati. Mungkin lebih baik aku biarkan saja, nanti jika dia butuh pasti dia akan pulang, pikirku.Sampai di depan rumah, aku segera turun dan melihat ibuku sudah ada di teras rumahku. Entah apa yang sedang beliau lakukan.Apakah mungkin Indah pulang? Gegas aku turun dari mobil dan berjalan cepat ke rumah."Kamu dari mana sih?" bisik ibuku."Cari Indah lah
#13#Deni"Gimana keadaan kamu?" tanyaku.Wanita yang aku yakini sebagai istri sahabatku itu nampak termenung, mungkin ia masih belum menyadari semuanya. Perlahan wanita itu menoleh ke arahku, tidak salah lagi. Wanita itu memang Indah, istri Bayu. Ya Allah, mengapa ia menjadi seperti ini?"Kamu siapa?" tanya wanita itu nampak kebingungan."Ibu aku nolongin kamu, kamu ... udah sehat?" tanyaku.Perlahan aku berusaha mengajaknya bicara, entah kemana ibu kini berada karena aku hanya mendapati ia sendiri di ruangan ini."Terima kasih."Indah menjawab singkat, kemudian ia kembalikan pandangannya pada sebuah jendela di samping ranjang tidurnya yang tepat mengarah pada lorong rumah sakit."Assalamualaikum," salam ibu sebelum beliau masuk."Ibu dari mana? Dia udah sadar," jelasku."Oh, syukur Alhamdulillah. Tadi dia sadar, lalu ibu panggil dokter. Semua perawat masuk, karena ibu harus nunggu di luar, jadi ibu memilih untuk salat ashar. Lagipula sudah masuk waktu ashar," jelas ibu.Aku segera
#14#DeniTiga puluh menit sudah kami bertiga terdiam di depan ruang rawat inap Indah. Kami hanya saling berharap jika Indah tidak akan mengalami trauma berkepanjangan."Kita masuk ya," ajakku.Hanya saja Pak Danang melarangku, ia meminta izin untuk masuk terlebih dahulu. Kemudian disusul aku dan Bu Farida."Hey Indah, sudah jauh lebih baik?" tanya Pak Dokter.Indah mengusap air mata yang masih tersisa di pipinya. Kemudian, ia tersenyum seraya melirik ke arahku."Ia Dok, sudah jauh lebih baik," ucapnya.Kemudian, manik hitamnya berbinar ketika melihat Bu Farida masuk ke ruangan tersebut. Bibirnya mengucap lirih nama dokter tersebut."Bu Farida ...."Mereka saling berpelukan dan menangis, "Betapa kuatnya hati kamu Indah, teruslah menjadi wanita kuat dan bangkitlah secepat mungkin. Tunjukan pada orang-orang yang sudah memberikan luka ini bahwa kamu pantas bahagia," ucap Bu Farida.Akhirnya, kami semua duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Entah bagaimana awalnya, tapi aku membuat
#15#Deni"Hati-hati. Kalau butuh bantuan, kamu bisa panggil aku, ibu atau Mbak Sari asisten rumah tangga disini," ucapku.Hari ini adalah hari pertama aku membawa Indah pulang ke rumah, setelah menjelaskan semua pada ibu akhirnya beliau menyetujui tentang rencana ini.Meski ibu masih tidak percaya jika Bayu melakukan kejahatan seperti yang di ceritakan Indah, tapi aku berusaha untuk tidak mengungkitnya.Aku tidak ingin keadaan Indah yang mulai stabil akan kembali terganggu karena pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia harus mengingat kembali semua kejadian buruk itu."Makasih ya Den," ucap Indah sebelum aku keluar dari kamarnya.Aku mengangguk dan tersenyum, kemudian aku segera pergi menemui ibu di kamarnya."Bu, Indah sudah aku antar. Ibu istirahat ya," ucapku."Den, apa mungkin Indah berbohong? Bayu yang ibu kenal adalah anak lelaki yang baik. Sama seperti kamu, ibu ragu kalau wanita itu benar-benar mengatakan kejujuran," ungkap ibu.Aku mendekat ke arah beliau, duduk di samping be
#16Hari ini adalah hari pertama aku masuk kantor setelah dua hari mengambil cuti untuk mencari keberadaan Indah.Meskipun hasilnya tidak memuaskan, tapi setidaknya aku sudah mencarinya ke beberapa tempat yang memungkinkan ada Indah."Hey, Den? Mau kemana lu? Kok beres-beres gitu?" tanyaku setelah melihat Deni membereskan meja kerjanya."Gue mau resign," jawabnya singkat."Kenapa?" tanyaku penasaran."Nggak apa-apa, udah saatnya gue nerusin usaha bokap gue yang emang dari dulu gue tinggalin."Entah mengapa Deni terlihat seperti menghindar dariku, ia bahkan tidak menatapku saat berbicara. Aku kenal betul Deni bukan pria yang cuek dan tidak perduli dengan oranglain.Namun, apa yang membuat ia menjadi seperti ini? Apa mungkin ia tengah jatuh cinta? "Mo nikah ya lu? Sama siapa? Sita?" Kali ini Deni menghentikan aktifitasnya. Ia menoleh dan menatapku dengan sorot mata tajam, mungkin aku salah? Padahal, aku tahu betul wanita yang mengejarnya adalah teman satu kantor kami, yaitu Sita.Hany