Share

Memilih Waspada

Penulis: Mini Adila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-16 17:29:55

Dengan langkah terburu-buru Kinar melenggang menuju rumah, begitu turun dari bis. Berjalan sendirian karena Linda tidak masuk kerja. Rasa lelah dan lapar yang mendera membuat Kinar ngin segera sampai rumah. Ia begitu kelelahan di kantor karena banyak berkas proposal yang harus diperiksanya sebelum dilaporkan pada pimpinan.

"Oalah ... Mbak Kinar baru pulang? Ada tamu cowok di rumahnya, lho, Mbak!" seru seorang tetangga, saat Kinar sampai di depan rumah tetangga tersebut, yang berselang tiga rumah dari rumahnya. Kinar lantas menanggapinya hanya dengan tersenyum tipis.

"Siapa sih?" batin Kinar sambil berjalan menuju rumah.

Rasa penasaran seketika menelusup dalam dada Kinar, menggantikan rasa lapar yang menderanya.

Kendaraan roda dua model sport telah terparkir di halaman rumah dan sepasang sendal juga terlihat di depan teras.

"Dia lagi, dia lagi! Nyebelin banget nih orang. Mau apa sih, dia?" gerutu Kinar dalam batin karena tahu jika yang bertamu di rumahnya adalah Galang. Laki-laki yang begitu nekat menurut Kinar.

"Assalaamu'alaikum ...," sapa Kinar begitu memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam, Nar!" Bukan ibunya atau sang adik yang membalas salam Kinar, melainkan Galang.

"Iya!" sahut Kinar ketus seraya melangkah menuju kamar dan mengabaikan Galang yang duduk di ruang tamu.

Kinar melepas lelah dengan merebahkan diri di kasur, walau perutnya terasa melilit minta diisi. Maklum, tadi di kantor ia tidak sempat makan di kantin saat jam istirahat.

"Kinar!" panggil Widya begitu memasuki kamar anak gadisnya tersebut. "Galang tadi minta ijin sama Ibu, mau ngajak kamu jalan-jalan, katanya," lanjut Widya membuat Kinar terkejut.

"Maleslah, Bu. Dia itu dari kemarin nyamperin Kinar di kantor, Bu. Nyebelin tau, Bu."

"Gak boleh, gitu sama laki-laki. Jangan kasar! Kalau hari ini gak mau, tolak dengan cara yang halus. Banyak cowok kalau merasa dikasari bisa berbuat nekat, Kinar. Apalagi sama kamu yang judes gitu." Widya berusaha menasihati Kinar. "Ibu mau temui dia dulu. Kamu cepetan nyusul keluar," omel Widya lagi membuat Kinar merasa kesal.

Kinar berdiri di depan cermin, mengikat rambut agar terlihat rapi setelah berantakan karena rebahan. Ia bergegas keluar kamar menemui Galang di ruang tamu yang sejak tadi ngobrol dengan Widya.

"Aku udah ijin sama Ibu. Mau gak nemenin jalan-jalan, Nar?" ujar Galang begitu Kinar menemuinya di ruang tamu. Gadis itu duduk di samping sang ibu.

"Maaf ya, Mas ... lain kali aja. Hari ini aku capek banget," tolak Kinar sambil tersenyum kecut.

"Gak papa, kalau kamu hari ini capek. Semoga besok-besok kamu gak nolak ajakanku. Ya udah aku pamit dulu kalau gitu. Soalnya aku udah dari tadi nungguin kamu pulang." Ada gurat rasa kecewa di wajah Galang, saat berpamitan pulang.

Kinar lantas mengantar Galang hingga jalan depan halaman rumah, begitu laki-laki itu berpamitan pada sang ibu. Kinar menyaksikan punggung Galang yang perlahan menghilang.

***

"Kinar! Kamu kemarin nyuruh Galang ngambil fotomu, ya?" tanya ayahnya saat mereka berkumpul di ruang keluarga sambil nonton TV.

"Foto apa, Pak?" jawab Kinar sambil bertanya karena bingung akan pertanyaan sang ayah.

"Ya, fotomu, lah!"

"Kinar gak ngerasa dimintai foto sama Galang, Pak."

"Bener, kan? Bapak udah ngerasa kalau ini cuma akal-akalannya Galang aja ngomong sama adikmu. Tau, deh, nanti kalau terjadi apa-apa sama kamu, Nar," gerutu Ridwan saat ia merasakan firasat buruk yang akan terjadi pada anak gadisnya tersebut.

"Maksud, Bapak?"

"Bapak tuh ngerasa ada yang gak beres sama Galang itu, meskipun Bapak baru dua kali bertemu. Moga aja apa yang Bapak rasakan salah, Nar. Waktu adikmu cerita, Bapak juga udah nyangkal, gak mungkin kamu ngasih foto sembarangan sama laki-laki."

Kinar tampak termenung, mendadak memikirkan ucapan sang ayah tentang Galang. Rasa takut seketika menyergap dalam dadanya.

"Dasar kurang ajar banget, memang. Berani-beraninya nyuri foto orang. Mana pura-pura udah izin sama aku, lagi. Dasar! Gak mungkinlah, aku ngasih foto sembarangan, apalagi baru kenal." Kinar menggerutu sekaligus mengumpat dalam batin.

***

Sejak kejadian Galang mengambil foto tanpa sepengetahuannya, Kinar makin kesal saja. Apalagi ucapan ayahnya masih terngiang di telinganya. Kinar merasa sang ayah seolah-olah cemas dan takut jika hal buruk terjadi padanya.

Kinar merasa lega, telah tiga hari Galang tak menampakkan batang hidungnya. Kinar mengira kalau Galang saat ini tengah merasakan kecewa karena tawarannya menjemput di kantor hingga ajakan jalan-jalan juga ditolak.

"Tumben, Galang kok gak main ke sini lagi, ya, Nar?" tanya Widya ketika masuk ke kamar anak gadisnya itu dengan membawa setumpuk baju yang telah terlipat rapi. Kinar terdiam, tak segera menjawab tanya sang ibu.

"Bakalan panjang nih, kalau Ibu udah tanya tentang mahkluk menyebalkan itu." gumam Kinar dalam batin.

"Nar ...!"

"I-iya, Bu. Kinar gak tau juga, mungkin dia sibuk."

"Mungkin juga, kali, ya?"

Sejenak Kinar menatap sang ibu yang merapikan keranjang baju di samping lemari. Tak berapa lama, wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu keluar, setelah suara sang suami terdengar memanggilnya.

Hari ini Kinar libur dari kantor. Ia sengaja mengurung diri di rumah, melepas lelah.

"Mbak Kinar! Dicari Mas Galang, tuh!" panggil Dayu yang berdiri di pintu kamar Kinar yang dalam keadaan terbuka. Padahal, Kinar tampak sedang santai rebahan.

"Siapa?"

"Dih, pura-pura gak denger, nih! Mas Galang, Mbak!"

"Ih ... ngapain lagi sih, itu orang nyariin aku mulu. Sebel, deh!"

"Tau!" ujar sang adik seraya membuka kedua tangan dan tatapannya seolah-olah meledek Kinar yang memasang muka sebal itu.

Kinar bangun dari rebahan, kemudian keluar kamar setelah memastikan tampilannya di depan cermin. Ia terpaksa untuk menemui Galang.

"Sengaja ke sini atau mampir?" tanya Kinar mencoba basa-basi sekenanya.

"Sengaja ke sini, pengen ketemu kamu, Nar. Kangen, dah berapa hari gak ketemu rasanya udah kayak setahun," sahut Galang, kemudian menutup mulut dengan tangannya, menahan tawa. Laki-laki itu seolah tak peduli, meskipun Kinar telah bersikap jutek.

"Idih! Orang jelek gini kok dikangenin?"

"Kamu yang bilang, ya? Menurutku kamu manis kok, Nar. Hari ini libur, kan? Jalan-jalan, yuk!"

"Jalan-jalan?"

Galang mengangguk. Berkali-kali dia menampilkan senyumnya yang menawan.

"Sialan! Meskipun udah ditolak berkali-kali nih orang, masih aja ngajakin jalan." Kinar mengumpat dalam hati laki-laki di hadapannya itu.

"Mau, kan? Mau ya!"

"Ya udah, aku ganti baju dulu. Tapi eit ... tunggu dulu! Kamu harus janji kalau jalan-jalannya hanya sebentar. Sebelum maghrib, kamu harus udah nganterin aku sampai rumah dan aku gak mau jauh-jauh. Oke!"

"Siap, Cantik!"

Kinar selalu berpikir kotor mengenai laki-laki setelah berulang kali tersakiti, bahkan ia trauma. Makanya ajakan jalan Galang kali ini, memaksanya untuk waspada. Pikiran takut Galang berbuat macam-macam di jalan seketika berkelebat di benaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Bagai Neraka

    Kinar tak menjawab sepatah kata pun, ketika sang bapak memberikan pilihan agar berpisah dari Galang. Terbesit di pikiran Kinar, ketakutan jika melahirkan tanpa suami serta menjanda di usia muda. Meskipun kedua orangtuanya itu memberikan jaminan untuk mengasuh buah hati yang dilahirkan Kinar, kelak.Hampir tiap hari buliran bening selalu menghiasi wajah Kinar. Bayang-bayang hidup tanpa suami dan cemoohan orang tentang figur seorang janda, datang silih berganti di kepalanya.Kinar menghela napas dalam, kemudian meraih air putih di gelas dan meneguknya tanpa sisa. Kemudian merebahkan tubuh lagi menghadap dinding kamar. Hampir tiap malam, ia sulit memejamkan mata. Sejak Galang selalu datang menjemput paksa dalam keadaan mabuk dan mengendarai motor yang knalpotnya bersuara cempreng memekakkan telinga, Kinar merasa trauma.Hening. Hanya suara gesekan dedaunan yang tertiup angin terdengar risau. Jam di dinding menunjukkan malam semakin merangkak naik. Kinar bangkit dari kasur dan melangkah k

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Pulang ke Rumah Mertua

    Galang kemudian mendekat, lantas memeluk Kinar dengan erat sembari mengucap maaf berkali-kali.Mendengar itu, Kinar lantas merasa tersentuh dan berusaha memaafkan, meskipun itu hanya terucap dalam batinnya. Galang melepaskan pelukan, kemudian masih saja tak bergeser ke mana-mana sambil duduk meringkuk.Perlahan Kinar menarik lengan Galang dan mengajaknya tidur di kasur. Laki-laki itupun menurut saja dan segera membaringkan tubuh di samping Kinar.Keduanya lantas terlelap dengan posisi lengan Galang melingkar di pinggang Kinar hingga pagi.***Kinar berusaha membangunkan suaminya dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap tebal."Mas, bangun! Aku sudah bikinkan kopi buat kamu," ujar Kinar sembari menepuk pelan lengan Galang.Galang mengucek kemudian memicingkan mata ke arah Kinar. Sejurus kemudian, ia juga mengulas senyum."Makasih, ya, Sayang ...," ucap Galang dengan lembut membuat batin Kinar meleleh seketika.Kinar membalas dengan senyuman, sembari mengalunkan doa dalam hati,

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Seperti Main Judi

    Kinar ikut-ikutan menonton dan kelakuan pemeran antagonis di tayangan yang ditontonnya mirip sekali dengan kelakuan sang suami."Andai saja, Ibu tahu Mas Galang seperti itu, bagaimana lagi sikap Ibu, ya?" Kinar bertanya-tanya dalam batin. Ia lantas mengangkat sebelah tangan, memijit bagian pelipisnya yang menegang.Pandangan Kinar kabur, hingga layar televisi terlihat tak jelas. Lamunannya mengembara, mengenang betapa bencinya ia saat itu pada Galang. Anehnya, selang beberapa kali laki-laki itu datang ke rumahnya, bayangan Galang selalu hadir di pelupuk mata Kinar. Lambat laun ia merindukan laki-laki itu, seolah-olah tiap waktu Kinar ingin menatap wajah Galang."Coba kalau Galang kayak laki-laki di tipi itu, Nar, udah Ibu tampar-tampar mukanya. Masak istri sebaik itu, kok, disakiti mulu? Hei, Nar! Walah, malah ngelamun!" seru Widya sembari menyentuh lengan Kinar. Seketika Kinar tersentak dan lamunannya buyar begitu saja."Em ... iya. Apa, Bu?" jawab Kinar terbata, karena tak mendengar

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Pandai Mencari Alasan

    "Kinar ...?" sapa Widya yang tersentak kaget melihat Kinar berdiri di depan pintu. Sesaat, keheningan tercipta, kemudian Kinar dan sang ibu sama-sama mengulas senyum."Tumben, Ibu baru buka pintu?" tanya Kinar sembari menggandeng lengan dan bergelayut manja di pundak ibunya itu, saat memasuki rumah.Meskipun Widya telah melihat guratan jejak kesedihan di mata Kinar, wanita paruh baya itu sama sekali belum bertanya."Aku mau tiduran dulu di kamar ya, Bu. Kangen, udah lama," pamit Kinar begitu tiba di ruang keluarga.Widya menatap wajah Kinar dan mengangguk, lantas mengelus lengan anaknya itu dengan lembut. Seolah-olah wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu, merasakan ada sesuatu yang terjadi dengan Kinar.Kinar lantas melangkah menuju kamar, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan berukuran 3×4 meter itu. Kinar tak luput membuka jendela dan kain gorden bermotif kupu-kupu warna-warni. Sejenak ia menghirup udara dari luar kamar, kemudian merebahkan badan di kasur sembari men

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Menenangkan Diri

    Malam beranjak naik, Kinar dan Galang terbaring di kasur saling berhadapan. Kinar berancang-ancang untuk mengeluarkan amunisi pertanyaan yang telah memenuhi rongga dadanya."Kenapa melototin aku kayak gini, Nar?" tanya Galang tanpa merasa bersalah sedikit pun terhadap Kinar."Banyak yang ingin kutanyakan sejak tadi. Tolong jawab yang jujur, jangan ada kebohongan lagi. Aku udah muak selama ini, Mas!" cetus Kinar tanpa basa-basi.Galang tampak mengernyitkan dahi, seolah-olah heran dengan sikap istrinya. Bagaimana tidak heran? Kinar yang selama ini dikenalnya begitu pendiam dan penurut, kini tiba-tiba mengeluarkan tanduk. Tampak marah dan berani melawan."Apa yang pengen kamu tanyakan sama aku, Nar? Apa?!" bentak Galang yang merasa terintimidasi.Plak!Satu tamparan dari Kinar melayang ke sebelah pipi Galang saat keduanya telah sama-sama duduk tegak saling berhadapan. Kinar lantas memutar badan menghadap dinding. Hati istri mana yang tidak terguncang hebat, mendengar sang suami pergi ber

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Sejumlah Nama Wanita

    Kinar lantas melirik ke arah satu buku tulis usang milik Galang. Satu-satunya harapan yang masih tertinggal untuk menemukan uang miliknya yang disimpannya beberapa hari yang lalu itu.Halaman pertama dan seterusnya, kosong tak ada tulisan, pun tak ada lembaran uang terselip di sana. Masih penasaran, tangan Kinar sigap membuka lembar selanjutnya. Ia tercengang, ada sejumlah nama wanita yang tertulis di lembaran buku tersebut. Dan nama Kinar Mayangsari ada di urutan nomor 34."Apa maksudnya?" gumam Kinar sambil menatap deretan nama tersebut. "Ada nama Mbak Astuti juga?" lanjutnya.Dari sekian nama wanita tersebut, Kinar hanya mengenal nama Astuti sebagai mantan istrinya Galang, serta Lisa dan Siti sebagai mantan pacar yang pernah diceritakan suaminya tersebut. Sedangkan selain ketiga nama tersebut, Kinar sungguh-sungguh tak mengenalnya.Kinar yang syok dan bertanya-tanya itu, lantas duduk di sisi kasur sembari memegang buku tulis usang itu."Kenapa, sebagian diberi tanda centang, begini

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Perhiasan

    "Dari mana, Nar?" tanya Galang sambil mengunyah makanan, hingga seperti terdengar orang bergumam."Dipanggil Bude depan rumah, tuh!" sahut Kinar kemudian."Pasti, dia cerita tentang aku, ya, Nar?" selidik Galang."Ngapain cerita tentang kamu, Mas? Toh, aku sendiri udah mulai tau siapa, Mas, kok!" sergah Kinar."Gak percaya! Gak mungkin dia gak cerita, mulutnya itu suka nyinyir," sanggah Galang sembari beranjak dari duduk, kemudian melangkah menuju dapur.Kinar melangkah ke kamar, membaringkan tubuhnya sejenak. Seketika terlintas di pikirannya wajah sang ibu, membuat getaran rindu datang menyergap batinnya.Hampir dua bulan Kinar tidak bertemu dengan orangtuanya sendiri, membuat batinnya makin tersiksa. Wajah-wajah keluarganya seolah-olah di pelupuk matanya sedang melambaikan tangan, memanggil Kinar.Ia lantas mengelus pelan perutnya sembari mulutnya komat-kamit berdoa. Kinar menangis, tetesan air matanya tak terasa membasahi bantal. Batinnya ingin sekali mengajak Galang, mengunjungi b

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Semakin Runyam

    Setelah bersusah payah memasak di dapur akhirnya Kinar benar-benar lega karena masakannya matang juga. Meskipun, ia merasakan matanya berair menahan asap kayu bakar yang menguar.Dia yang terbiasa dengan peralatan modern di rumahnya, dihadapkan pada situasi yang benar-benar berbeda. Kinar ingin sekali mengeluh, akan tetapi dirinya merasa malu karena telah menjadi konsekwensinya menikah dengan Galang yang keadaannya serba kekurangan."Sabar, Kinar! Sabar!" gumam Kinar dalam batin sambil tangannya mengusap dada.Kinar terpaku seakan-akan menajamkan indera pendengarannya. Dengkuran keras dari dalam kamar terdengar hingga ke dapur. Lelaki yang disebutnya suami itu rupanya telah tertidur pulas.***Wajah Kinar tampak segar usai mandi. Ia lantas termenung sendirian di ruang tamu. Maklum, jarak antara rumah tetangga atau pun saudara iparnya lumayan jauh, terpisah oleh kebun-kebun yang lumayan luas.Sang ibu mertua beraktivitas di sawah miliknya. Meskipun lanjut usia, ibu mertuanya itupun m

  • AKIBAT DEADLINE MENIKAH    Menahan Sabar

    Kinar menahan geram selama dalam perjalanan pulang. Namun, ia telah mempersiapkan amunisi untuk menyerang suaminya. Dadanya serasa ingin meledak, menyadari sikap Galang yang nyatanya jauh di luar perkiraannya.Dia memilih terdiam di teras untuk melepas lelah, ketimbang menyusul suaminya masuk rumah begitu turun dari kendaraan. Kinar duduk menyandarkan punggung sambil melipat lengan di depan dada.Tak berselang lama, Galang muncul dari dalam rumah. Rupanya, laki-laki itu telah berganti baju dengan mengenakan kaus bergambar tengkorak dan bawahan celana pendek yang sengaja dirobek, khas anak muda. Kinar menatap heran sambil menggeleng pelan."Cepet dikembalikan motor orang, Mas!" seru Kinar dengan menatap jengah. Bola matanya naik turun memerhatikan gelagat suaminya itu."Biarin! Mau aku bawa dulu. Aku mau cari angin!" tukas Galang."Brengsek! Dia malah mau pergi? Aku, kan, mau tanya sejak tadi. Oalah, Setan!" Batin Kinar mengumpat kesal."Oh ya, Mas, mana uang yang dikasih Bapak buat be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status