แชร์

Sebuah pesta

ผู้เขียน: RENA ARIANA
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-10-04 10:32:42

"Rini, besok lusa aku mau ke tempat pernikahan rekan bisnis aku. Temani aku yah?" tanya Reno ketika aku sedang memasak di dapur.

"Aku malu, Mas, itu kan tempat orang kaya semua. Aku bukan sebanding dengan mereka," jawabku berusaha menolaknya karena memang aku akan mulai menjauh dari hidupnya.

"Siapa bilang kamu gak selevel. Kamu cantik, putih, berpendidikan dan bisa menyesuaikan dikondisi lingkungan manapun lebih tepatnya di ajak susah gak nyusahin, di ajak kaya gak malu-maluin," bujuk Reno.

"Ah, mas, bisa saja. Tapi bener Mas, aku gak percaya diri," ucapku berusaha sebisa mungkin menolaknya.

"Aku sudah membelikan gaun buat kamu pakai loh! Tara ...." Ia mengeluarkan sebuah gaun darai tas kertas yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Sebuah gaun yang mewah dan pasti harganya mahal sekali. Sepasang sepatu hak tinggi yang cantik juga ia pamerkan.

"Gimana? Mau kan? Harus mau, aku sudah susah cari-cari gaun ini tadi. Dan aku sudah tahu ukuran lekuk tubuhmu, ukuran sepatumu. Pasti pas di badan kamu. Kamu coba, yah?" rayu Reno.

"Mas, beneran aku gak percaya diri, loh," ucapku mengelak.

"Coba dulu dong, gaunnya," paksa Reno menempelkan gaun yang ada di tangannya ke badanku. 

Dengan terpaksa aku menerima, lalu bergegas masuk kamar, mencoba memakainya berikut sepatunya.

"Wajah, cantik sekali kamu, Rini! Tak salah aku memilih gaunnya," ucap Reno tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku.

"Iya, tapi aku tetap gak percaya diri ikut ke jamuan pesta pernikahan, loh, Mas, apa kata mereka jika tahu aku cuma pembantu!" ucapku memelas agar dibatalkan untuk mengajakku pergi.

"Jangan mencoba menolak! Lusa siap-siap kita berangkat," ucapnya tanpa menghiraukan penolakanku. Ia kemudian pergi meninggalkanku dalam kamar ditengah kegelisahan.

Pesta pernikahan yang sangat mewah! Di pelaminan terlihat raja dan ratu semalam sedang duduk sambil di foto-foto.

Aku di gandeng tangan oleh Reno mendekati mereka. Sungguh aku sangat grogi. Baru kali ini aku masuk kedalam undangan pernikahan orang-orang kaya yang membuatku insecure.

Saat aku berjalan menuju pelaminan. Perasaanku, semua mata memandang kami berdua. Malu, rasanya!

Namun, Reno Seolah tak perduli. Dengan percaya dirinya ia menggandeng tanganku menemui sepasang pengantin.

"Wah, Pak Reno, cantik sekali pasanganmu. Semoga cepat menyusul kami yah!" ucap pengantin pria kepada Reno. Mereka berjabat tangan dan berpelukan.

"Selamat ya, Pak, atas pernikahannya. Mudah-mudahan aku secepatnya menyusul," ucap Reno sambil sekilas memandangku. Wajahku merah padam karena malu.

"Pasti, pak! Saya doakan menyusul kami," ucap pengantin wanitanya juga kepada Reno sambil tersenyum. Mereka tampak akrab. Mungkin karena rekan bisnis. Aku juga menjabat tangan mereka satu persatu sambil mengucapkan selamat atas pernikahannya, meski sebenarnya aku tidak kenal.

"Cantik sekali, serasi dengan pak Reno," ucap mempelai perempuan sambil memandangku.

"Ah, biasa aja, Mbak," ucapku malu-malu Sebenarnya senang dibilang cantik.

"Iya, dong! Calon istri siapa?" Canda Reno sedikit tergelak. Duh, Mas! Kamu tidak tahu Mas, apa yang aku lakukan di belakangmu. Aku kasihan sama kamu, Mas!

Setelah berbasa-basi sebentar kami turun dari panggung pelaminan raja dan ratu semalam.

Disaat itulah mataku tertuju kepada pria memakai jas hitam sedang memperhatikan aku dan Reno. 

Oh my God! Pak Pramono!  

Aku semakin salah tingkah. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Pak Pramono pasti bertanya-tanya. Apa yang harus aku jawab nanti? Duh! Gawat, gawat!

"Papa, sama siapa?" ucap Reno setelah mendekati pak Pramono.

"Sendiri, biar Ryan yang menunggui mama," ucap pak Pramono sambil sesekali menatapku.

"Aku tadi bingung, Pa, mau ngajak siapa kesini, ya udah aku ngajak dia," ucap Reno sambil menunjuk ke arahku yang berdiri di sampingnya. Jantungku semakin berdebar tak karuan. Apa yang akan dikatakan pak Pramono nanti.

"Ya, sudah, gak apa-apa. Papa mau nemui pak Harto dulu, yah, tuh beliau memanggil papa," kilah pak Pramono yang memang dari sorot matanya tergambar rasa cemburu. Namun, memang beliau begitu dewasa sehingga mampu menutupinya dengan sempurna.

"Baik, pa! Aku sama Rini pulang dulu pa, Rini dari tadi minta pulang saja. Gak percaya diri katanya. Padahal, lihat pah, cantik sekali 'kan?" ucap Reno antusias menambah wajah pak Pramono semakin cemburu.

"Iya, ya, sudah hati-hati kalian di jalan." Pak Pramono langsung berlalu dari kami sengan sorot aneh kepadaku. Entah sorot mata benci, marah atau cemburu. Duh! Gawat! Gawat!

"Kenapa kamu diam saja," tanya Reno di dalam mobil saat kami menuju pulang.

"Tidak ada apa-apa, Mas, aku cuma nervous saja tadi," ucapku untuk beralasan.

"Oya, kalau aku perhatikan, kamu agak gemukan apa, yah?" tanya Reno

"Masa sih," ucapku mulai gak enak perasaanku.

"Iya, liat pipimu sedikit tembem, dan perutmu sedikit ndut, tapi pancaran kecantikanmu begitu memukauku," ucap Reno sambil memperhatikanku sambil menyetir.

"Mungkin aku banyak ngemil, Mas," kilahku. Padahal aku gelisah dengan kondisi kandungan yang lambat laun pasti membesar.

Sesampainya di rumah kami istirahat dalam satu kamar setelah mengetahui jika pak Pramono tak kunjung pulang. Mungkin menginap di rumah sakit. Kesempatan itu di gunakan Reno untuk menumpang tidur di kamarku hingga pagi.

***

"Rini!" Panggil pak Pramono siang itu, ketika ia masuk ke dapur. Mungkin habis pulang dari rumah sakit.

"Iy, iya, Pak," ucapku gugup, pasti dia mau menanyakan tentang hubunganku dengan Reno. Gawat!

"Aku perhatikan kamu semakin terlihat berisi badannya, lambat laun semua pasti akan tahu keadaanmu," ucap pak Pramono.

Duh! Syukurlah ia tidak menanyakan kenapa aku pergi bersama Reno ke pesta tadi malam.

"Iya, pak, inilah yang aku khawatirkan." aku menunduk karena pak Pramono memandangku dengan lekat.

"Apakah tidak sebaiknya kamu tinggal di rumah barumu," ucap pak Pramono sambil mendekat ke arahku.

"Itulah yang sedang aku pikirkan, Pak," jawabku sambil pura-pura sibuk dengan masakan untuk menepis rasa grogi.

"Pa! udah pulang?" tanya Reno tiba-tiba muncul ke arah dapur. Aku kaget, kira-kira dia mendengar pembicaraan tadi gak yah!

" Barusan Reno, ini lagi minta sama Rini untuk membuat sayur asem. Sudah lama papa tidak makan pake sayur asem," kilah pak Pramono sambil berjalan mendekati Reno.

"O, kalau begitu, Reno pergi dulu, Pah, mau njenguk mama," ucap Reno. Kulihat ia melirikku sebentar lalu berjalan keluar rumah. Tak lama suara mobilnya terdengar menjauh dari halaman.

"Rini!"

"Iya, pak?"

Pak Pramono masuk lalu perlahan dan mendekat. Setelah itu, ia mendekap dengan erat seolah tidak ingin meninggalkanku.

Beruntung ia tidak bertanya tentang hubunganku dengan Reno. Aku sedikit tenang.

Yang aku pikirkan adalah keadaan kandunganku yang semakin lama pasti semakin besar.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   BAB 63

    Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 62

    Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 61

    Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 60

    Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 59

    Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 58

    Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status