Home / Rumah Tangga / AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG / Perutku semakin membesar

Share

Perutku semakin membesar

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2022-11-10 17:56:30

Bab 6

Perutku makin membesar

Aku menyadari makin hari perutku semakin membesar. Sebelum Reno mengetahui bahwa aku hamil. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah pak Pramono.

Tanpa sepengetahuannya aku mengemas barang-barangku. Aku kemudian menemui pak Pramono untuk mengatakan bahwa aku akan tinggal di rumah yang ia berikan untukku.

Pak Pramono tentu saja meng-iyakan karena ia tahu bahwa perutku lama kelamaan pasti makin besar.

"Nanti aku akan mengantarmu," ucap Pak Pramono.

"Jangan, Pak, aku takut ada yang melihat. Nanti justru akan menimbulkan masalah baru," terangku padanya.

"Lambat atau cepat, hubungan kita pasti akan ketahuan," jawab pak Pramono. meyakinkanku. Kuakui dia memang pria bertanggung jawab.

"Terus, bagaimana, Pak?"

"Aku akan menikahimu," jawab pak Pramono.

"Tapi, Pak, aku nanti di bilang pelakor," ucapku tanpa mangaku sebagai pelakor, padahal sejatinya aku memang sudah jadi pelakor! Cuma aku saja yang tidak gengsi mengakuinya.

"Aku akan menikahimu secara siri. Setelah anak yang kamu kandung sudah lahir," jawab pak Pramono sambil memegang kedua pundakku.

Kuakui, pak Pramono laki-laki yang sangat bertanggung jawab. Sebetulnya sangat beruntung Bu Rosalinda mendapatkan suami sepertinya. 

Cuma kehadiranku saja merusak segalanya, menodai kesucian pernikahan mereka. 

Yah! Sungguh kotor diriku ini. Menjadi pagar makan tanaman. 

Bukan hanya suaminya Bu Rosalinda saja yang aku makan, bahkan anaknya sendiri juga tega aku makan juga. 

Duh! Sungguh, jahat sekali aku, jahat! Tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku mengikuti saja akhir dari hubungan kotor ini dan secepatnya menyelesaikan masalah posisiku yang penuh dilema ini.

Selagi Reno belum pulang, secepatnya aku memesan ojek mobil online karena aku tidak mau diantar pak Pramono. Sebab, takutnya tetangga rumah yang sebenarnya acuh tak acuh sesama tetangga tetaplah membuatku khawatir jika mereka melihat gelagat hubungan gelap dengan majikanku.

Ojek mobil online mulai merambat di jalanan ibukota. Aku menangis harus meninggalkan Reno yang sebenarnya aku cintai. Namun, pak Pramono juga begitu sayang kepadaku.

Lega rasanya, sudah di rumah sendiri. Rumah baru yang di belikan pak Pramono. Inilah awal mula aku harus mulai hidup sendiri dan mandiri tanpa ada gaji lagi.

Untungnya aku pandai menabung, masih lumayan banyak uang tabunganku dari hasil gaji dan uang yang kerap dikasih pak Pramono dan Reno untuk mulai membiayai diri sendiri.

Setelah, agak tenang hati, aku akan mencoba membuka usaha kecil-kecilan. Entah usaha apa nanti! Jualan gorengan pun gak masalah, yang penting ada pemasukan.

Aku yakin, Reno pasti mencari-cari aku. Sebab aku pergi tanpa pamit. Untuk sementara aku berdiam diri di rumah. 

Untuk perhatian dan kasih sayang aku mendapatkankannya dari pak Pramono yang sering datang menjengukku. 

Ia kalau datang pasti membawakanku bahan-bahan makanan, pakaian dan uang tentunya. 

Hingga hidupku betul-betul berlimpah uang dan kebahagiaan lahir dan batin meski dengan merebut suami orang. Uffhh! Sadis sekali aku memang!

Meski hidupku dibiayai pak Pramono, bukan berarti aku ingin ongkang-ongkang kaki. Aku nanti harus punya penghasilan sendiri biar tidak tergantung dengan pak Pramono.

Sebab, kita tidak tahu jalan hidup ke depan. Saat ini kita berlimpah uang bisa jadi, beberapa tahun kemudian kita terpuruk. 

Ah, tidak! Jangan sampai itu terjadi lagi padaku. Sudah cukup lama aku menderita tanpa uang. Apalagi aku bakal memiliki anak yang butuh biaya! Jadi aku harus sedia payung sebelum hujan. Begitu tekadku!

Hingga pada waktu itu, aku sedang di pusat perbelanjaan untuk membeli keperluan rumah dan beberapa tambahan untuk persiapan calon bayiku kelak.

"Hei, Rini? Kamu kemana saja, sungguh! Selama ini aku mencari-cari kamu," sapa seorang pemuda gagah yang tiba-tiba berada di sampingku sambil lekat memandang wajahku yang cantik berbinar. Mungkin karena jabang bayiku yang dalam kandungan berjenis kelamin perempuan jadi membuat wajahku tampak besinar cerah.

Degg!!

Aku terkejut bukan main, bak melihat bayangan hantu. Yah! Memang sosok itu yang selama ini terus aku hindari bak menghindari bertemu hantu.

Bagiku ia memang seperti hantu, hantu yang tampan rupawan dan hartawan yang selama ini aku hindari.

Takut? Yah, aku takut bertemu dengannya. 

Kenapa, takut? Pasti! Karena perutku sudah kelihatan membesar. 

Jika bertemu dengannya otomatis dia akan bertanya, "ini anak siapa dalam kandunganmu?" Itu pasti! Tentu aku bingung menjawabnya, sebab biar bagaimanapun dia juga kerap melakukan denganku. 

Namun, yang jadi permasalahan adalah sebelumnya aku lebih sering berhubungan dengan ayahnya. Aku yakin anak yang aku kandung adalah anak ayahnya.

Kini apa yang aku takutkan terjadi juga, "perutmu besar, kamu hamil?" tanya pemuda rupawan itu sambil dengan seksama memandangi perutku dan aku sendiri memakai baju model daster meski daster modis yang tidak malu-maluin bila untuk dipakai jalan-jalan.

Aku makin panik mendapat pertanyaan tersebut. Siapa tidak panik coba? Dia pasti akan menyangka ini adalah anak hasil hubunganku dengannya waktu aku masih bekerja di rumahnya.

Aku terdiam sambil menunduk, tidak berani menjawab. Kemudian aku berlalu dari hadapannya tanpa berkata sepatah katapun.

Namun, duh! Kenapa ia mengejarku dan terus menanyakan tentang perutku yang jelas tampak sedang mengandung.

"Katakan padaku, Rini! Apakah ini anak aku?" Duh! Ini yang aku khawatirkan, dia pasti akan berprasangka ini anaknya.

"Bukan, Mas," ucapku sambil tetap berjalan menuju toko perlengkapan anak bayi.

"Terus, ini anak siapa? bukankah kita, pernah ...." Aku memotong perkataannya, "sekali lagi bukan, Mas," ucapku tegas sambil menatap wajahnya yang penuh tanda tanya.

"Tidak, jika aku melihat besarnya perutmu, ini sekitar berusia lima atau enam bulan. Dan jika aku hitung itu hampir sama usianya dengan waktu kita pernah melakukannya," ucapnya memelas meminta pengakuanku.

"Bukan, Mas, tapi kalaupun iya, mas mau apa?" 

"Aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahimu," ucapnya berusaha meyakinkanku.

"Maaf, Mas, tapi ini bukan anak kamu. Aku berharap kita melupakan yang pernah terjadi antara kita. Aku bukan wanita yang baik buatmu. Mas lebih layak mendapat wanita yang baik dan lebih cantik dariku. Lihatlah mas, banyak wanita cantik di sini. Kenapa harus aku, Mas?" 

"Aku tidak bisa melupakan kejadian-kejadian antara kita, Rini. Jika memang ini anakku, aku pastikan akan menjadi ayahnya," ucapnya mengharap, "ataukah kamu sudah menikah lagi?" lanjutnya bertanya.

"Mas, tolong, lupakan aku, Mas!" ucapku dengan sewot. Sebenarnya aku tidak tega bersikap sewot seperti itu padanya. Tapi aku kasihan kepadanya jika ia mengetahui ternyata ini anak ayahnya sendiri.

"Tidak bisa Rini," tegasnya sambil meraih tanganku.

Aku kemudian menghempaskan tangannya lalu berjalan cepat meninggalkannya yang masih berdiri terpaku penuh tanda tanya. 

Kulihat ia hendak mengejarku. Aku berbalik arah dan tanganku ku kuarahkan padanya dengan melebarkan telapak tangan.

"Stop! Jangan berharap sama aku, Mas! Aku sudah melupakan semuanya. Makanya aku tidak lagi bekerja di rumahmu." Mataku berkaca-kaca. Reno terdiam lalu ia mengalah dengan membalikkan badannya.

Aku bergegas menuju parkiran mobil sambil sesekali melihat ke belakang takut ia masih mengikuti  dibelakangku dan mengetahui mobilku terus mengikutinya, 'kan, gawat!

Busyet! Jangan sampai ia tahu rumahku! Jika tahu bisa berabe! Pasti ia akan mengawasiku dan lambat laun akan mengetahui ayahnya sering datang ke rumahku. Gila! Jangan sampai itu terjadi, jangan! Oh, tidak!

Didepan kemudi aku menekan pedal gas secara perlahan sambil mengawasi kendaraan di belakangku. Aku hafal mobil Reno. jadi jika ia mengikutiku aku pasti tahu. Pokoknya jangan sampai ia tahu tempat tinggalku.

Dalam mobil aku berfikir keras, akhirnya aku berinisiatif untuk mutar-mutar di kota Jakarta dahulu untuk memastikan Reno tidak membuntuti mobilku.

Sampai di gerbang perumahan elitku itupun tidak langsung masuk, aku berlalu saja sambil melihat situasi benar-benar aman bahwa Reno tidak mengikutiku.

Lelah! Pasti, lelah sekali berputar-putar kota, apalagi aku dalam keadaan hamil cukup besar. Tapi demi untuk menutupi rahasia terbesar dalam hidupku aku rela melakukannya. 

Setidaknya aku tidak ingin ia mengetahuinya dalam waktu dekat ini. Sebab ia belum menikah! Aku tidak mau menyakitinya terlalu dalam.

Meski aku sadar cepat atau lambat semua akan terkuak. Namun, jangan sekarang! Aku menunggu ia menikah dengan wanita lain baru boleh ia mengetahui rahasia terbesarku bersama ayahnya.

Jika ia mengetahui saat ini, aku takut terjadi trauma mendalam padanya. Ketidakpercayaannya pada setiap wanita. Aku khawatir ia jadi lajang tua Karena perselingkuhan ini. 

Jangan sampai, biar bagaimanapun aku juga mencintainya, aku tak ingin menyakiti terlalu dalam.

Seandainya waktu itu pak Pramono tidak menodaiku, tentu aku akan lebih memilihnya. Namun, semua semua sudah terjadi, dan pak Pramono juga bertanggung jawab terhadapku meski sebenarnya aku lebih mencintai anaknya.

Aku mencintai Reno bukan berarti aku setengah hati menerima pak Pramono. Aku juga sadar jika aku sudah terlalu jauh berhubungan dengan pak Pramono  yang membuatku perlahan menerimanya. 

Aku menerima kasih sayangnya karena ia orang yang sangat tanggung jawab dan penuh kasih sayang, juga sangat perhatian.

Perhatiannya juga kadang berlebihan, tapi aku anggap itu sebagai wujud tanggung jawabnya terhadapku. Meski aku tidak tahu apakah pak Pramono mencintaiku atau tidak, karena hingga begitu lama kami berhubungan ia tak pernah mengungkapkan rasa cintanya kepadaku. 

Tapi aku sadar, cinta pak Pramono sudah diberikan kepada Bu Rosalinda. Sebagai pelakor aku hanya berharap kasih sayangnya saja. Mungkin itu sudah cukup. Kecuali jika Bu Rosalinda meninggal. Eh! Aku kok jadi berharap Bu Rosalinda cepat meninggal, jahat sekali aku! Huuff!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   BAB 63

    Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 62

    Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 61

    Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 60

    Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 59

    Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 58

    Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status