Share

Rumah dan mobil baru

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2022-10-04 10:32:02

Aku mencolek pak Pramono, dan memberikan kode kepadanya untuk melihat ke arah Reno yang terlihat sedang berbincang dengan rekannya.

Sontak pak Pramono terlihat sangat kaget. Sama kagetnya denganku yang diiringi jantung berdegup kencang. Semestinya 'kan dia di rumah sakit menemani ibunya.

"Kita berjalan sendiri-sendiri saja yah! Jangan sampai kita ketahuan jalan berdua," ucap pak Pramono sambil mengajakku berbalik arah menjauh dari tempat Reno berada.

"Tapi, baju-baju ini bagaimana, pak?" tanyaku panik dengan wajah gelisah.

"Oh, iya, bagaimana yah! Mmm ... begini saja, baju ini tetap kamu yang bawa. Jika nanti kepergok Reno, bilang saja ini mau disumbangkan buat saudara kamu yang sedang hamil," saran pak Pramono sambil bergegas menjauh dariku.

Aku berdiri kebingungan sambil menenteng tas-tas berisi pakaian hamil. Harus lewat mana? Sementara di depan sana ada Reno.

Disaat sedang bingung-bingungnya. Tiba-tiba sapaan seorang laki-laki terdengar dari belakangku.

"Rini?! kamu ngapain ada di sini?" 

Degg! Aku membalikkan badan. 

Duh!! Apesss!!

Jantungku serasa mau copot! Benar saja,   Reno memergoki aku disini. Untungnya pak Pramono sudah pergi menjauh. Entah kemana perginya.

"Eh, Mas Reno, kok ada di sini? Bukankah sedang di rumah sakit menunggui ibu?" ucapku tergagap dengan jantung berdegup kencang.

"Harusnya, iya, tapi aku harus menemui klien urusan bisnis. Mau tidak mau aku tinggal dulu mama di rumah sakit. Mau nelfon papa. Aku kasihan, beliau lagi sakit," jawab Reno. 

Duh! Polos sekali kamu, mas? Ayahmu 'kan bersamaku barusan. Gumamku dalam hati.

"Oh, gitu ya, mas, kalau begitu, aku permisi ya, Mas. Aku mau menjenguk saudaraku," ucapku untuk alasan agar segera secepatnya berlalu dari hadapannya. Aku gak sanggup lama-lama di hadapannya, serba salah! Mati kutu!

"Aku, antar, yah?" tawar Reno kepadaku. Duh! Pakai mau antar lagi! Ini bocah nekat amat! Seandainya kamu yang sebenarnya, Mas? Mungkin kamu bisa ngamuk di sini bak Arjuna melesatkan panahnya.

"Eh, jangan, Mas, bukankah, Mas Reno mau balik ke rumah sakit menemani ibu?" tolakku dengan berbagai alasan. 

"Tidak apa Rini, kan cuma sebentar," ucapnya setengah memaksa. Nih anak, polos banget, sih! Bebal dibilangin. Kalau kamu mengantarku, kamu ...! Ahh!

"Jangan, Mas, bener, jangan, sebab aku rencana mau menginap di rumah saudara," ucapku cari alasan lebih kuat lagi.

"Di mana rumah saudara Rini tepatnya?" Pake nanya rumah saudara lagi! Busyet, gawat ... gawat! Rasanya ingin segera berlari saja aku!

"Jauh mas dari sini! Di Ciledug sana!" ucapku bohong, agar Reno mengurungkan niatnya untuk mengantarku.

"Ada juga tuh, temenku di sana. Siapa tahu deketan dengan rumahnya. Emangnya Ciledug mana?" 

"Aa, anu, Rini juga belum mengerti. Katanya aku mau dijemput nanti kalau sudah sampai di kota cileduk," ucapku cari-cari alasan lagi. Kenapa maksa banget sih! Sampai bilang temannya juga di Ciledug! Orang aku juga tidak tahu ciledug itu daerah mana. Huh!

"Ya, sudah deh, kalau kamu menolak terus, aku mau lanjut ke rumah sakit, menemui mamaku. Aku tinggal dulu. Hati-hati, ya, Rini," ucapnya sambil berlalu dari hadapanku. Duh, lega ... rasanya, seperti habis menahan kebelet buang air kemudian menemukan toilet.

Setelah Reno berlalu, aku kemudian melangkah keluar sambil sesekali celingak-celinguk. Takutnya ia masih mengawasiku dari kejauhan.

Untuk menghindari  bertemunya kembali dengan Reno akhirnya aku memesan ojek mobil online untuk mengantar ke rumah baruku yang seharga satu miliar lebih itu. 

Dalam perjalanan aku membayangkan. Tinggal dirumah elit itu dan tiap sore jalan-jalan naik mobil. Wuuihh! Uhuuyy! Bahagianya. Aku sampai senyum-senyum sendiri dalam mobil. Kalau supir mobil rental itu melihat, bisa jadi aku di kira orang stress atau gila karena senyum-senyum sendiri.

Jalanan ibu kota macet jadi cukup lama aku sampai di rumah baruku. Aku menyebutnya rumahku karena sudah menjadi hak milikku sepenuhnya meski bukan aku yang beli.

Kubuka pintu rumah sambil tersenyum bahagia. Pandanganku menjelajahi setiap sudut ruangan yang catnya masih belum ternoda sambil berjalan menuju kamar.

Kutaruh, baju-baju hamil itu dalam lemari. Di tambah baju-baju baru untuk di pakai sehari-hari. Memang baik sekali pak Pramono kepadaku. 

Aku sepertinya jatuh hati kepadanya, meski harus aku akui, aku juga mencintai Reno sekaligus. Tamak yah, aku? Bukan tamak lagi, tapi rakus! Masa bapak dan anak di embat semua. Edan!!

Setelah puas mengelilingi setiap sudut ruangan hingga taman belakang rumah. Aku kemudian menuju garasi. Kupencet remote mobil. Lalu kubuka pintu samping kemudi dan duduk dibelakang kemudi. Ku masukkan kontak, kuputar dan breeem! Suara mobilnya begitu merdu, sangat membahagiakanku saat kuinjak pedal gasnya sedikit. Sungguh! Punya mobil seperti ini seperti mimpi bagiku.

Aku secepatnya harus belajar mengemudi! Ucapku dalam hati dengan riang.

Setelah puas di dalam mobil. Aku kembali ke kamar. Dan rencananya aku langsung menginap di rumah ini, sekaligus membuktikan kepada Reno jika aku tidak pulang. Biar dikira beneran menginap di rumah saudaraku yang fiktif di Ciledug.

Sesampainya di kamar utama. Kulihat sudah ada sesosok pria yang tidak asing lagi bagiku. Ia sedang berbaring di ranjang baru yang belum pernah dipakai sama sekali.

Melihat kehadiranku, pria itu langsung bangun dari pembaringan. Kemudian menatapku dengan penuh kemesraan.

Ia mulai mendekatiku dan kemudian ia kembali membawaku terbang tinggi di awang-awang.

Malamnya kami makan malam bersama. Dengan memesan makanan lewat ojek online. Karena tadi tidak sempat belanja karena keburu takut diikuti Reno.

Malam itu, pria itu pamit pulang katanya mau kerumah sakit gantian dengan anaknya menunggui istrinya yang sedang di rawat di rumah sakit.

Habis Magrib, aku sampai kembali di rumah pak Pramono. Suasana tampak lengang, ku lihat pak Pramono juga tidak kelihatan batang hidungnya.

Tapi rumah tidak terkunci, itu berarti ada orang di dalam rumah. Langsung saja aku masuk menuju kamar pembantu. Mengambil handuk, lalu bergegas mandi di kamar mandi dalam dapur.

Begitu keluar dari kamar mandi, tampak pemuda gagah nan tampan berdiri di hadapanku.

Ia memandangiku dengan wajah terkesima. Di pandangi seperti itu, aku jadi kikuk. Lalu tanpa bicara aku melewatinya langsung masuk ke kamar pembantu.

Begitu aku masuk kamar, pemuda tampan itu begitu cepatnya ikut menyeruak masuk ke dalam kamarku. Ia mulai menyerangku.

Begitulah kehidupanku, kulalui hari demi hari. Menjadi kekasih pak Pramono sekaligus menjadi pacar bayangan anaknya Reno.

Gila? Memang! 

Malu-maluin jika ketahuan? Itu pasti! 

Namun, entah kenapa aku juga belum mampu terlepas dari itu semua. Bahkan kebejadanku serasa candu.

Entah demi apa, apakah uang? Ataukah cinta kepada keduanya? Atau mungkin kedua-duanya? Ah! Entahlah! Pusing aku! Sampai kapan aku harus begini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   BAB 63

    Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 62

    Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 61

    Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 60

    Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 59

    Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang

  • AKIBAT HASRAT TAK TERBENDUNG   Bab 58

    Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status