Anna mulai menyusun rencana. Ia bermaksud menemui kakeknya, Hadi Suryadinata. Keluarga Suryadinata telah menghina ayahnya. Anna merasa ini semua adalah kesalahpahaman. Sepulang bekerja, ia akan mencari Tuan James Bond itu.
Toko tutup agak sore, karena di kafe ada acara dan harus dibooking hingga acara selesai. Hari ini Anna bekerja di toko. Setelah membersihkan toko ia pulang seperti biasa, jalan kaki. Matanya menoleh ke kanan dan kiri. Lalu lalang mencari seseorang. Namun orang yang ia cari nampaknya tak terlihat. Anna mulai berjalan pelan."Siapa yang anda cari?" Suara pria mengagetkannya dari belakang.Anna membalikkan badan, sedikit kaget. "Anda". jawabnya mantap. Ia segera belok ke tempat duduk besi panjang yang ada di trotoar kota.Pria itu masih berdiri mematung.Anna mengisyaratkan tangan agar pria itu segera duduk di sebelahnya. Pria itu berpikir sejenak, lalu duduk."Aku akan menemui kakekku". Anna memulai pembicaraanPria itu menaikkan sebelah alisnya. "Bagus, kapan anda siap untuk kesana. Saya akan mengantar anda menemui kakek anda.""Saya tidak akan tinggal bersamanya. Saya hanya akan memasuki kehidupannya dan ingin memperbaiki nama ayah." Anna mulai berkata pelan."Nama apa lagi yang ingin anda perbaiki?" Pria itu bertanya dengan tatapan lurus ke depan.Anna mengernyitkan dahi, dan beralih mengahadap pria itu. "Apa anda juga percaya bahwa ayah saya melakukannya?""Saya tidak mengenal ayah anda dengan baik. Saat itu saya masih..." Pria itu menghentikan kata-katanya."Masih??" Anna berharap pria itu melanjutkan perkataannya."Masih kecil. Belum bekerja dengan kakek anda.""Aku mengenal ayahku dengan baik. Aku tahu sifatnya. Tidak mungkin ayahku mencuri berlian itu. Andai saja benar, untuk apa berlian itu? Ayah memulai usahanya dari mulai berjualan keliling hingga sebesar ini. Meski akhirnya semua hilang.." Mata Anna mulai merebak. Ia berusaha menahan air mata itu agar tidak jatuh.Pria itu menoleh, memandangnya. "Anda menangis..?""Tidak.. aku bukan wanita manja seperti kekasihmu." Anna membasuh air matanya dengan punggung tangan.Pria itu menunduk dan tersenyum kecil. "Rupanya anda juga memperhatikan saya.""Karena kekasihmu sangat cantik dan elegan. Kamu memiliki selera yang tinggi rupanya." Anna mengucap apa adanya."Anda lebih dari itu." Pria itu berkata dingin dan lirih. Tanpa menoleh pada Anna. Anna sibuk merapikan tasnya dan beranjak pulang tanpa berkata apapun lagi pada pria itu.Pria itu tersenyum dan masih memandang Anna hingga ia tak terlihat. "Tinggal sedikit lagi..". Ia berkata lirih.****Sampai di rumah, Anna pergi mandi. Ponselnya berdering berkali-kali. Setelah sholat maghrib dan membaca Al Qur'an, ia baru membuka ponselnya.Panggilan dari vania, rekan kerjanya, Dandi, dan satu nomor yang tidak dikenal. Ia segera menelepon vania."Ada apa van?" Anna memulai perbincangan."Gue punya informasi penting buat lu!" suara Vania terdengar sayup."Informasi apa?""Suryadinata Group ternyata buka perusahaan di daerah sini""Terus.." Anna membalas datar."Jika lu pergi menemui kakek lu, itu artinya lu masih bisa menemui gue juga Ann, gue akan bantu lu.."Anna kemudian terdiam sejenak. "Ok van, makasih ya. Ntar deh gue akan ngomong ke elu kalo butuh bantuan."Terdengar suara Vania mengiyakan dan Anna menutup panggilan w*-nya.(gue gak mau ngrepotin lu van, ini masalah gue, biar gue selesaikan sendiri). Anna bergumam sendiri.Anna menscroll hpnya ke bawah, sampai pada nomor baru itu.'Selamat malam nona Anna. Bersiaplah, besok saya akan membawa anda menemui kakek anda'Dari bahasanya Anna paham, itu adalah James Bond.Anna membalas.'Aku akan masuk ke keluarga Suryadinata dengan caraku sendiri''Cara seperti apa yang anda maksud. Seperti maaf..ayah anda?'Anna menaikkan sebelah alisnya.'Maaf, sepertinya anda sudah terpengaruh keyakinan keluarga atasan anda. Ayahku menjunjung tinggi harga dirinya dan tak mungkin melakukan itu'. Anna benar benar mengira pria itu adalah asisten kakeknya.Pria itu mulai tersenyum.'Kenyataan yang terjadi itu nona, karena saya sudah terbiasa mendengar percakapan keluarga Suryadinata tentang kasus itu.'Anna enggan membalas pesan itu. Anna gadis yang cerdas dan memegang teguh harga diri. Ia mulai menyusun rencana. Menurutnya pria james Bond itu terlalu ikut campur dalam kasus majikannya. Pria itu terlihat semakin angkuh. Anna berpikir keras tentang rencana jitu yang bisa ia lakukan.Ia mulai membuka buku harian ibunya."Ibu, aku merindukanmu. Lihatlah, putrimu akan berusaha mengembalikan nama baik ayah yang selama ini kalian sembunyikan dariku."Mata Anna mulai terhenti di satu halaman. Pada sebuah kalimat ibunya.(Suamiku mengatakan berlian itu tetap terjaga di rumah kami. Karena ada suatu hal yang akupun tak tahu, suamiku memindah berlian itu di perusahaan kami.)"Bodoh sekali aku, kenapa tak terlintas dari kemarin?" Anna mulai menemukan rencananya.Ia akan masuk ke perusahaan Suryadinata Group. Dan menjalankan misinya."Ayah, ibu, doakan putrimu berhasil". Anna mengecup kedua foto mendiang orang tuanya.****Hari ini Anna minta ijin tidak masuk pada Miss Eka. Ia beralasan tidak enak badan yang jelas itu hanya sebuah alasan. Ia pergi ke perusahaan Suryadinata seperti alamat yang diberikan Vania. Anna mengendarai motor maticnya. Ia berhenti di depan gedung. Memandang gedung yang sangat luas itu, Anna sedikit terpesona. Gedung yang tinggi dan mewah. Halamannya luas dan dipenuhi taman bunga nan indah. Namun didalamnya ada kenyataan yang tidak pasti dan sudah diyakini keluarga mereka secara turun temurun, pikir Anna.Anna melihat jajaran mobil mewah terparkir di halaman. Ia mulai menghampiri security."Maaf pak, saya mau melamar sebagai Office girl. Bisa anda membantu saya?" Anna menyodorkan amplop coklat pada satpam."Letakkan disini. Nanti biar diambil HRD atau sekretarisnya. Jadi mohon ditunggu saja." Satpam itu menjelaskan."Apakah tidak bisa langsung interview pak? saya lihat lowongan itu sudah satu minggu tampil di aplikasi lowongan pekerjaan.""Semua ada prosedurnya mbak, kecuali kalau dibawa orang dalam. Mungkin akan lebih mudah. Nanti akan saya info lagi". Jelas satpam itu ramah."Baik pak, saya tunggu informasinya. Saya butuh pekerjaan ini pak, saya harap anda bisa membantu" Anna meyakinkan satpam itu.Lalu Anna pergi, Ia duduk di depan minimarket depan gedung. Ia berharap lamaran nya segera diproses. Dan untuk menunggu itu, ia akan bekerja di toko roti dulu.****Dari dalam mobil ferrari hitam turun seorang pria memakai jas silver dan kemeja biru muda. Pria itu terlihat sangat tampan. Badannya tinggi dan tegap. Kulitnya bersih dengan hidung mancung dan bibir tipis yang membentuk. Matanya teduh, Ia blasteran Indo - Jerman. Pria itu mendekati satpam, Ia adalah pria James Bond."Pak, ada yang barusan titip lamaran?" Ia menegur satpam dengan bahasa santai."Iya Mr. Ini lamaran nya. Dia berniat melamar sebagai OG." Satpam memberikan amplop coklat berisi lamaran kepada pria itu.Pria itu membawa amplop coklat milik Anna masuk ke gedung. Ia masuk ke ruangan lalu membukanya. Ia mengamati setiap berkas milik Anna. Kemudian menelepon seseorang dan berbincang dengannya. Ia menelepon HRD, berpesan agar menerima Anna sebagai karyawan seperti yang Anna inginkan, office girl. Kemudian pria itu menutup teleponnya dan memandang kembali foto Anna dalam berkas lamaran tersebut.Anna menerima notif pesan panggilan interview. Ia yang masih duduk di bangku depan minimarket sedikit terkejut bercampur antusias."Ini beneran panggilan interview? cepet banget...kata satpam prosesnya agak lama kecuali ada orang dalam yang bantuin. (Anna berpikir sejenak). Oh atau mungkin James Bond tau kalau aku melamar jadi office girl. Oh Allah, ia seperti bayang-bayangku." Anna tersenyum optimis.Anna memacu motornya pulang. Ia berganti pakaian resmi. Atasan blouse putih panjang dan kulot hitam. Dengan pasmina hitam dililitkannya indah. Ia bercermin sebentar, mengu
Tuan James Bond sudah lama berdiri di balik pohon makam. Ia mengamati Anna yang bersimpuh di hadapan makam ayah ibunya. Seperti lelaki pada umumnya, ia tak kuasa melihat Anna yang sedang menangis tersedu sedu. Lalu terbesit pikiran untuk menjahili Anna agar kesedihan wanita itu sedikit berkurang, pikirnya. "Gadis itu juga punya rasa takut rupanya." Pria itu bergumam menahan tawa. Seperti biasa, Ia menjalankan mandat dari Tuan Hadi, kakek Anna. Ia harus memastikan Anna pulang dengan selamat. Tugas ini sebenarnya sangat tidak sesuai dengan kepribadian Tuan James Bond, yang tidak suka disuruh. Awalnya Ia terpaksa menerima mandat ini karena sangat menghormati Tuan Hadi. Namun belakangan, rupanya ada hal lain yang mulai mengusik pikirannya.James Bond berjalan meninggalkan makam. Ia memacu mobil Ferrari nya dengan kecepatan penuh menuju rumah Anna. Ia berharap Anna belum sampai rumah saat ia tiba di rumahnya. Sayangnya sore hari jalanan kota macet dipenuhi pekerja yang
Anna melangkah menuju lobby perusahaan dengan percaya diri. Ini adalah hari pertamanya bekerja. Ia akan memulai misi ini dengan penuh semangat. Tujuannya semata hanya untuk memperbaiki nama baik sang ayah. Tidak bisa dipungkiri, ia juga ingin mengenal keluarga sang kakek lebih jauh. Hari pertamanya bekerja, Anna masuk jam 8 seperti para karyawan pada umumnya. Setelah meminta ijin satpam, ia berjalan memasuki ruangan. Di luar ekspetasinya, ia sangat takjub dengan desain ruangan perusahaan ini. Dalamnya bernuansa modern dan mewah. Terdapat bunga besar di setiap pojok ruangan, menumbuhkan kesan alami diantara batuan granit yang mendominasi. Ruangannya luas dan banyak. Setiap lantai berbeda divisi. Perusahaan ini terdiri dari tiga bidang, tapi tetap milik Suryadinata Grup. Anna bertemu dengan Bu Vivin, kepala dapur. Bu Vivin sempat memandang Anna agak lama sebelum ia mulai mentrainingnya. "Selamat pagi bu.." Anna menyapa dengan mata berbinar indah. "Pagi, Anna A
Jam 4 sore karyawan berhamburan pulang termasuk juga Anna. Ia mengenakan hoodie tebal menutup seragamnya. Ia berjalan dengan percaya diri di antara para karyawan atasannya. Tak ada rasa minder sekalipun dalam benak gadis itu. Meski ia hanya seorang cleaning service. Baginya pekerjaan apapun bernilai baik. Asal tidak melanggar larangan Sang Pencipta.Para karyawan yang pulang memandanginya. Karena mereka belum pernah melihat Anna sebelumnya. Ia selalu menampakkan senyum indah yang bisa menyihir siapapun. Di sebelah bibir atasnya terdapat tahi lalat yang membuatnya nampak manis. Disertai lesung di bawah mata saat ia sedang tersenyum. Ia tinggi dan memiliki mata hazel keturunan ibunya. Berwajah blasteran indo-turki. Ibunya juga seorang blasteran belanda, sedang ayahnya asli turki. Inilah alasan banyak pria yang menaruh hati padanya. Karunia yang tiada tara dari Allah di samping masalah yang sedang menimpanya saat ini. Anna menuju parkiran. Ia melihat masih ada beberapa mo
Hari ini Anna berangkat lebih awal, jam 6 pagi. Ia mulai bekerja normal seperti cleaning service pada umumnya. Apalagi ia seorang junior, pasti harus bekerja lebih keras dari seniornya. Hal ini maklum berlaku di tempat manapun. Bisa dibilang ia sedikit dikerjai seniornya. Karena rata-rata para seniornya berangkat jam 7 pagi. Anna mulai membersihkan ruangan di lantai paling bawah. Ia membersihkan kaca tepat di sebelah lift. Lalu tampak pria berjas hitam datang dari arah lobby. Anna mendengar bunyi sepatu pantofelnya dan segera menunduk. Ia mengetahui jika yang datang adalah atasannya. Anna tidak berani mengangkat wajahnya sebelum pria itu memasuki lift. Tapi pria itu tetap berdiri di depan lift, membuatnya heran."Bagaimana pekerjaanmu, nona?" Sapa pria itu.Anna mengangkat kepalanya.Seketika Ia terkesima."Oh anda Tuan James Bond, apa yang anda lakukan disini? sepagi ini?" Anna bertanya polos. Ia belum mengetahui jika Tuan James Bond adalah Aslan, seo
Anna membalikkan badan menghadap Bu Vivin. Rani terlihat masih melanjutkan menata kopi di atas nampan. Ia siap mengantar ke karyawan yang request. Ekspresinya memberi tanda bahwa ia tak setuju dengan pernyataan Bu Vivin, Rani sedikit tampak acuh."Anna kamu nanti lembur ya. Nanti ada rapat divisi perusahaan kira-kira sampai jam 8 malam. Harus ada yang lembur. Kamu kan belum pernah dapat jatah lembur." Bu Vivin melanjutkan.Anna terdiam sejenak. Padahal sepulang kerja ia berniat ketemu dengan depkolektor kemarin sore. Ia akan menandatangani perjanjian utang piutang kemarin. Sayangnya ia tak bisa menolak, karena rapat divisi hanya dilaksanakan saat situasi urgent saja. Dan apapun alasannya, perusahaan tak mungkin mentolerir karyawan yang ijin tanpa kepentingan mendesak.Ia kemudian teringat akan tujuannya. Seketika menjadi penyemangat baginya. Matanya berbinar, senyum simpul menarik ujung bibirnya indah. Kesempatan ini membuka salah satu jalan tujuannya. Ia
Anna merasakan tempatnya menyandarkan kepala bergetar hebat. Membuat kepalanya sedikit memantul mengikuti gerak meja. Suara gemuruh memenuhi ruangan. Memaksa mata hazel itu terbuka yang jelas bertentangan dengan keinginannya. Ia mencoba mengerjap ngerjap mata yang masih diselimuti kabut. Membangunkannya dengan kesadaran penuh.Kedua tangannya menutup mata dan membukanya lagi. Ia mencoba sadar sepenuhnya. Ia menangkap meja dapur beserta jajaran peralatan yang menghiasinya. Tampaknya ia benar jauh ketiduran di dapur perusahaan. Anna termenung sejenak. Ia masih bingung dengan getaran hebat di meja yang barusan ia rasakan. Mungkin ia hanya bermimpi ada gempa yang telah membangunkannya. "Terima kasih ya Allah, Kau membangunkanku disaat yang tepat. Atau jika tidak, aku akan menjadi satpam dapur dan tertidur semalaman memeluk meja." Gumamannya membuat seseorang di seberang meja tertawa. Sosok yang tidak tertangkap oleh matanya karena masih berusaha menyadarkan diri denga
Seorang penjaga membukakan pintu gerbang. Mobil ferrari hitam memasuki halaman sebuah rumah besar berlantai tiga dan luas, tepatnya sebuah istana. Ia memarkir mobilnya di depan mobil mewah lain nya yang berjajar rapi memenuhi garasi. Ada lima mobil. Semuanya berharga diatas 3M.Aslan membuka pintu rumah yang memang sengaja tidak dikunci 24 jam. Ia menutup pelan pintu utama dengan hati-hati, berharap tak ada seorangpun yang terbangun. Ini sudah lewat larut malam dan pastinya semua penghuni rumah sudah tertidur. Kecuali David yang masih terjaga di depan komputernya, main game yang merupakan hobbynya setelah seharian sibuk di kantor. Aslan melonggarkan dasinya yang masih terikat di leher sambil berjalan malas menaiki tangga utama menuju kamar. "Baru pulang, Nak?" Suara lembut seorang wanita cukup mengagetkan Aslan diantara lampu tangga yang sudah padam."Oh, mommy. Iya, setelah rapat aku ada urusan di luar." Aslan mencium tangan Caterine, mommy nya. "Sudah m