Share

Perjanjian

Tuan James Bond sudah lama berdiri di balik pohon makam. Ia mengamati Anna yang bersimpuh di hadapan makam ayah ibunya. Seperti lelaki pada umumnya, ia tak kuasa melihat Anna yang sedang menangis tersedu sedu. Lalu terbesit pikiran untuk menjahili Anna agar kesedihan wanita itu sedikit berkurang, pikirnya.

"Gadis itu juga punya rasa takut rupanya." Pria itu bergumam menahan tawa.

Seperti biasa, Ia menjalankan mandat dari Tuan Hadi, kakek Anna. Ia harus memastikan Anna pulang dengan selamat. Tugas ini sebenarnya sangat tidak sesuai dengan kepribadian Tuan James Bond, yang tidak suka disuruh. Awalnya Ia terpaksa menerima mandat ini karena sangat menghormati Tuan Hadi. Namun belakangan, rupanya ada hal lain yang mulai mengusik pikirannya.

James Bond berjalan meninggalkan makam. Ia memacu mobil Ferrari nya dengan kecepatan penuh menuju rumah Anna. Ia berharap Anna belum sampai rumah saat ia tiba di rumahnya. Sayangnya sore hari jalanan kota macet dipenuhi pekerja yang pulang. Tuan James Bond terjebak kemacetan. Ia melihat jam di tangan kirinya, lalu berjalan meminggirkan mobilnya dan berbelok di gang sempit. Gang ini adalah gang tembusan yang hanya cukup dilalui satu mobil saja. Tuan James Bond sudah sangat mengenal jalanan di kota ini. Ia memacu mobilnya dengan lihai bak seorang mafia. Hingga ia tiba di rumah Anna yang pintunya masih terkunci.

"Rupanya gadis itu terjebak macet." Ia sudah berdiri di depan rumah Anna.

Pria itu lalu duduk di teras rumah. Ia memejamkan mata sejenak sambil memastikan Anna pulang dengan selamat. Aktivitas hari ini cukup membuatnya penat. Nampaknya berbagai pikiran ada dalam benaknya. Ia tak menyadari saat Anna sudah di depan rumah dan menegurnya.

"Hei Tuan James Bond. Sudah ku duga, tiap sore anda pasti datang." Anna berkata sembari meletakkan helm di rak bunga.

James Bond membuka mata, mencoba menetralkan penglihatannya setelah benar benar tertidur.

"Rupanya anda sudah pulang nona?" Pria itu berkata sambil membenarkan duduknya.

"Saya sudah sampai rumah dengan selamat. Silahkan anda pulang dan beristirahat." Anna mempersilahkan.

"Masuklah, sebentar lagi saya akan pergi."

Anna masuk rumah dan mengunci pintu. Ia mandi lalu melaksanakan sholat maghrib. Namun pria itu mengusik pikirannya. Masih mengenakan mukena, ia berjalan ke ruang tamu dan mengintip dari balik kaca jendela. Benar saja, pria itu masih memejamkan mata di tempat yang sama. Seperti ada rasa bersalah dalam diri Anna. Ia bergegas melipat mukenanya dan pergi ke dapur.

Anna membuka pintu dengan membawa secangkir kopi hitam di tangannya. Ia letakkan di sebelah pria itu. Ia tak tega membangunkannya, Ia memandang lekat pria itu.

'Saat tidur pun, ia masih terlihat tampan, Astagfirullah...' Anna menggelengkan kepala seolah menolak pikirannya barusan.

James Bond tersenyum dan membuka matanya.

"Ada apa..."

Anna membelalakkan mata hazelnya.

"Mi.. minumlah, untuk menghilangkan rasa kantuk dan anda bisa segera pergi dari sini."

"Saya kira anda tadi memandang saya, atau mungkin hanya mimpi." James Bond menyeruput kopi sambil matanya memandang Anna.

"Saya tidak habis pikir, sampai kapan anda harus menemui saya?" Anna mengalihkan pembicaraan.

"Sampai anda bersedia menemui kakek anda."

"Jika akhirnya saya tidak akan pernah menemui kakek saya?" Anna memancing.

"Sampai kakek anda berkata cukup."

"Sungguh setia sekali anda pada kakek saya. Anda asisten kakek saya?"

"Bukan. Saya hanya memastikan anda bersedia menemui kakek anda. Jika memang anda tidak mau menemuinya, saya harus mengetahui alasan logisnya." pria itu berkata mantap.

"Saya enggan bertemu dengan kakek yang selama ini sudah melupakan kami. Jika ia menganggap saya benar cucunya, kenapa ia baru muncul setelah orang tua saya meninggal?" Anna bertanya kritis.

"Mungkin ini ada kaitannya dengan kesalahpahaman yang anda maksud. Tentang kasus berlian itu. Beliau menganggap ayah anda.. maaf.. seorang penipu yang telah mencuri berlian warisan turun temurun." James Bond menjelaskan dengan tenang.

"Dan anda percaya itu?" Anna menatap pria itu.

Mereka terdiam sejenak.

"Lewat mata anda, anda sepertinya gadis yang lugu dan polos. Sulit dipercaya jika anda seorang penipu, mungkin ini juga mencerminkan nilai saya terhadap mendiang ayah ibu anda." Pria itu menjelaskan dengan mata menatap ke taman depan rumah.

"Jika seperti itu, sampaikanlah salamku kepada kakek. Suatu saat saya pasti akan datang sendiri ke rumahnya. Mulai besok, jangan lagi datang kesini, saya tidak enak sama tetangga, saya merasa risih." Anna memohon.

"Selain lugu, anda ternyata sedikit keras kepala." Pria itu tersenyum sinis.

"Saya hanya mempertimbangkan apa yang akan saya lakukan !" Anna membela.

"Jika terlalu banyak pertimbangan, seseorang tidak akan pernah melangkah. Dan jika tidak pernah melangkah, bagaimana anda akan sampai pada tujuan anda soal memperbaiki nama baik ayah anda?"

Anna terdiam sejenak. Ia membenarkan perkataan James Bond.

"Saya sudah mulai melangkah..." Anna membuka suara.

"Sebagai cleaning service?" Pria itu memotong.

Anna menyipitkan mata dan heran.

"Bagaimana anda selalu tau tentang rencana saya?"

"Sebagai office girl adalah pekerjaan yang berat. Saya tidak yakin anda mampu melakukan itu." pria itu tidak menghiraukan pertanyaan Anna.

"Saya kira, saya lebih paham tentang pekerjaan kasar melebihi anda. Saat kuliah saya sudah membantu orang tua di toko roti hingga malam. Sebagai waitress, kurir, pekerjaan apa lagi yang anda maksud tidak mampu saya kerjakan? kecuali memata-matai orang lain seperti anda, mungkin saya tidak mampu." Anna menyinggung pria itu.

"Amanah akan merubah niat seseorang, termasuk itu sebagai mata-mata seperti saya. Saya hanya khawatir kakek anda tau tentang penyamaran anda, dan akhirnya anda akan dibawa secara paksa masuk ke keluarganya." Pria itu terlihat khawatir.

"Bukankah itu justru lebih baik bagi anda? Meringankan pekerjaan anda bukan?" Anna semakin kritis.

Pria itu berpikir sejenak.

"Keluarga kakek anda sedikit rumit. Anda pasti akan menemukan sedikit kesulitan tanpa bantuan saya."

"Anda pasti juga bisa membantu saya. Anda bekerja dengan kakek saya bukan?" Anna bertanya polos.

Pria itu mengangguk.

"Saya akan membantu anda sebisa saya." Pria itu berkata ragu.

"Maka dari itu, saya mohon jangan sampai kakek saya tahu bahwa saya masuk ke perusahaannya."Anna meminta pada pria itu.

"Kalau boleh tahu, Apa alasan anda masuk ke perusahaan?"

Anna terdiam sejenak.

"Saya menemukan buku harian milik Almarhumah ibu saya, disana menyatakan bahwa ayah saya menyimpan berlian itu di perusahaan. Saya akan mencarinya."

Pria itu tercekat tidak percaya.

"Benarkah?"

Anna menganggukkan kepala mantap.

"Hanya anda yang tahu rahasia ini, tolong bantu saya menemukan berlian itu dan memperbaiki nama ayah saya."

Pria itu mengangguk mantap.

"Saya akan membantu anda sebisa saya."

"Terima kasih. Rasanya lega jika menemukan seseorang yang bisa membantu misi saya." Anna tersenyum, matanya berbinar indah.

Pria itu menunduk, terdiam. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Anna melihat jam di ruang tamu yang menunjukkan pukul 9 malam.

"Sudah jam 9 malam, rasanya tidak baik jika anda tetap disini. Dan juga tolong jangan sering-sering kesini, atau kekasih anda nanti marah melihat anda disini dengan saya." Anna tertawa mencoba mencairkan susana.

"Daya tarik anda memang sangat baik, bahkan mungkin akan mempengaruhi saya nantinya." Pria itu membalas sambil terkekeh.

Anna hanya tersenyum melihat pria itu berjalan keluar gang. Ia tidak tahu jika Pria itu mengendarai Ferrari hitam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status