Share

13. Mengerjai Ibu

Bab 13 Mengerjai Ibu

Kami diam, hanya saling tatap sambil meletakkan telunjuk ke bibir. Tawa kutahan.

"Rindu, makanan sahur mana?!"

Aku membungkam mulutku sendiri.

"Udah mau insyaf ini, belum sahuur."

"Imsak kali, bukan insyaf," gumamku pelan.

Memang seharusnya Ibu insyaf dulu sebelum waktu imsak datang.

Sebenarnya, makanan untuk sahur sudah ada di dalam kulkas, tinggal menghangatkan saja. Ibu saja yang teramat malas hingga tak kepikiran untuk membuka kulkas. Semuanya mengandalkan tenaga Rindu. Ah, katanya orang kaya, tapi kenapa nggak ambil pembantu aja sih. Malah anak sendiri dijadikan babu.

"Rinduuu, Cinta!" pekik Ibu seperti frustasi.

Rindu mau beranjak dan hampir menyahut. Namun aku segera menahan tangannya dan menggeleng cepat ia agar tetap diam di tempat.

Mas Rama ikut cekikikan. Kadang Mas Rama juga bisa diajak bercanda sesekali. Bahkan memang sering jahil juga.

Jam setengah lima dan 9 menit lagi imsak. Saatnya keluar kamar. Ibu, Kasih dan Mas Bagus duduk di meja makan dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status