KASUS Zadit diperpanjang di pengadilan. Ternyata, sejak awal semua memang rencananya. Para preman yang menyekapku dan hampir melecehkanku adalah orang sewaan. Photo yang diambil seolah-olah aku terjatuh di pelukannya, tanpa mengenakan hijab, memang disengaja.Semua itu dilakukan Zadit karena satu hal, dia menyukaiku sementara di jariku ia lihat sebuah cincin telah melingkar. Timbullah akal bulus untuk menghancurkan hubunganku dengan Mas Rama. Zadit, nama yang bagus, perangainya sayang sekali tak sebagus namanya.โInsyaAllah kamu sama Nak Rama bisa melewati semua ujian ini ya, Cinta. Bapak hanya bisa mendoakan dari jauh. Nanti pas jadwal kontrol Bapak mampir lagi, ya?โ Aku menghubungi Bapak di kampung via panggilan telepon. Tentu saja Bapak sedih, panjang lebar aku hanya bercerita soal kejadian yang menimpa kami.โBapak juga lihat di berita, kok. Rindu juga udah nelpon Bapak.โโMaafkan Cinta ya, Pak? Cuma bisa buat Bapak malu.โโKamu malah buat Bapak bangga selama ini. Kasih sama Bagus
BEGITU selesai semua persoalan, aku dan Mas Rama akhirnya dapat merancang bulan madu. Kalau lah bisa diberi judul, mungkin Bulan Madu yang Tertunda adalah tajuk tepat pada kisah kami. Menikah sebelum Ramadhan, Mas Rama mencium bau busuk di perusahaan. Semua baru selesai sekarang. Ditambah, masalah dengan Zadit beberapa waktu lalu.Hah. Akhirnya hati ini bisa lega. Kami bisa menikmati waktu sepenuhnya berdua.โHati-hati ya, Mas. Jaga Mbak Cinta baik-baik.โ Tara menepuk pundak Mas Rama, seperti berlagak bahwa ia lah seorang kakak.โRen, jaga Tara baik-baik. Awasi jangan sampai kebanyakan tebar pesona.โ Pesan Mas Rama pada Rendra. Tara yang mendengar hal itu jadi mencebikkan bibir.Bandara Sulthan Thaha tak begitu ramai pagi menjelang siang itu. Tampak hanya segelintir orang yang hendak melakukan perjalanan. โBun, pamit.โ Kusalami tangan wanita yang sangat kuhormati itu.โHati-hati ya, Nak. Jagain Rama untuk Bunda. Kalau Rama nakal cubit aja kuat-kuat. Anggap aja itu dari Bunda.โโDih,
MENGAPA pula ketika baru saja Mas Rama merebahkan diri ke tempat tidur dan terlelap karena terlalu letih, Ulya menelepon? Dan mengapa pula saat kuangkat telepon Ulya itu, ia memanggil Mas Rama dengan tambahan kata โmasโ padahal sebelumnya ia hanya memanggil nama? Aneh. Apa hanya aku yang berpikir kalau ini bukan sekadar kebetulan?Ulya pergi ke Lombok. Tujuan yang sama dengan kami. Berangkat di jam yang bersamaan. Berada di pesawat yang sama bahkan duduk di kursi sebelah kami. Kebetulan?โMas Rama tidur.โ Aku mencoba menjawab sopan pada Ulya, meski rasa kesalku sudah hampir memuncak.โIni Cinta? Aduh, maaf ya. Maaf. Aku kira Rama temenku yang lain. Soalnya di Lombok aku juga menemui orang yang namanya Rama. Aku salah sambung.โโSalah sambung atau sengaja?โโApa maksudnya sih?โโUdahlah.โโYa udah. Makasih.โ Telepon ditutup Ulya.Cahaya kuning di ufuk sana meluruh dan perlahan menggelap. Tak terasa waktu maghrib pun seperti datang lebih cepat. Di kotaku, di waktu sekarang biasanya masi
RUANGAN lobi jadi tempat berkumpul semua penghuni hotel. Sementara meja salah satu ruang di lantai bawah dijadikan ruang interogasi oleh para polisi. Pertama, lelaki yang berhubungan dengan si wanita yang hilang itu diberondong pertanyaan.โMaaf, saya dengar Ibu langsung berkontak dengan lelaki itu.โ Seorang lelaki berpakain polisi menegurku ramah. โBolehkah kami mewawancarai di ruangan sana?โAku yang berdiri sambil menyilangkan tangan menjawab, โYa.โKemudian aku mengekor di belakang lelaki itu dan ikut masuk ke dalam ruang interogasi.โSejak jam berapa anda di hotel ini?โ pertanyaan pertama setelah nama da nasal.โSejak pukul lima kira-kira.โMungkin yang bertanya itu adalah seorang detektif. Cepat ia mencatat jawabanku sambil mengangguk pelan.โBersama siapa?โโSuami.โโJadi anda berada di kamar 304?โโYa.โโMalamnya anda sempat pergi keluar, lalu saat kembali anda sempat berkomunikasi dengan pria ini?โ Detektif itu menunjukkan sebuah foto yang tak lain dan tak bukan adalah pria y
KETIKA sedang menghirup udara segar pagi itu di jalanan kota Lombok, perkataan Mas Rama mengingatkanku pada sesuatu. Barangkali wanita yang hilang itu berada di dalam kasur!Mengapa kupikir demikian?Pertama, saat aku berbaring di atas kasur di kamar itu rasanya keras dan tak nyaman sama sekali. Kedua, barang-barang yang kutemukan di sudut ruangan yang merupakan segulung tali seperti benang dan jarum yang tertancap di tanaman hias. Alat untuk menjahit.Sementara potongan kain yang kudapatkan di dalam tong sampah tak lain adalah isi dari kasur yang dikeluarkan. Yang berkemungkinan pula sebagian besar isinya itu telah dimasukkan ke koper bersama pakaian kotor.โMungkin aja sih, Lov. Boleh juga insting detektif kamu.โ Jawaban Mas Rama saat kuberi tahu pendapatku tentang hilangnya wanita itu. โKasih tahu polisi yang jaga.โโKembali lagi ke hotel?โโIya.โโYa udah, ayo.โKami yang kembali lagi ke hotel. Mas Rama menunggu di depan pintu masuk hotel sementara aku menuju lobi dimana dua orang
RUKI ternganga melihat aku membawa setumpuk sisa penjualan korannya tadi pagi. Apa lagi kuletakkan selembar uang seratus ribu, barangkali ia tak menyangka. Orang yang ia sakiti membalasnya dengan kebaikan.โCinta!โ panggilnya sambil berdiri dari kursi pajang pinggir jalan itu.โIya?โ Aku berhenti. Tanpa balik kanan menoleh padanya.โTerima kasih.โ Matanya berkaca-kaca.โAku tunggu di Lovamedia.โ Kujawab sambil tersenyum, membuat matanya yang kian basah tak mampu membendung air mata yang titik setetes. Senyumnya terkembang di ujung bibir.Aku pun beranjak melewati trotoar hingga sampai di seberang minimarket. Setelah menyeberang dengan hati-hati aku masuk ke mobil dan Setya menjalankan mobil kembali.โUntuk apa bawa setumpuk koran?โ tanya Mas Rama yang heran ketika kubawa tumpukan koran itu masuk ke mobil.โNanti pasti ada gunanya. Mungkin bagi kita sampah, tapi bagi orang lain bisa jadi berkah.โMas Rama menggeleng sambil tersenyum tipis.Mungkin sekitar lima belas menit kemudian kami
BRAK! Suara sesuatu ditendang keras. Aku dan Sonar yang terkejut serentak menoleh ke luar pintu. Seorang lelaki bertubuh besar tinggi, dengant tato di lengan atas, berbaju tanpa lengan, bercelana jeans, datang dengan wajah bengis.โPak Tua! Sampai kapan mau nunggak utang!โ lanjutnya.Kakek yang sibuk membantu istrinya duduk pun terkesiap. Ia berjalan mendekati pintu dimana lelaki itu berada.โMaaf, Mas Joko, saya belum punya uang.โ Suara rintih itu terdengar sangat memelas.โHalah, aku gak peduli ya!โ bentak lelaki bernama Joko itu.โTapi saya harus bayar pakai apa?โ Kakek memohon.โApa aja. Mana sertifikat tanah ini?โโJangan, Mas Joko. Kami tidak punya apa-apa lagi.โโAku gak peduli. Utangmu udah sepuluh juta!โJoko mendorong tubuh Kakek hingga ia termundur beberapa langkah. Kakek yang tubuhnya masih terluka itu memegangi perut karena merasa sakit. Ia tersentak kaget.โIni siapa?โ tanya Joko menunjuk ke arah kami. โWanita cantik ini anakmu?โ lanjutnya.โBu-bukan. Mereka cuma tamu.โ
โKali ini biarkan aku mengurus ini, Mas. Aku nggak mau terus-terusan bergantung sama kamu. Aku mau mandiri.โMas Rama malah berdecak kesal. โKamu mau hadapin si Joko itu sendiri?โโKana da Dennis, Setya, Anzu sama Rizal yang aku bawa. Kalau keamanan kamu gak usah khawatir. Kamu fokus aja sama kerjaan. Lagian perusahaan โkan lagi berkembang sekarang. Kasihan kamunya kalau pecah fokus.โโYah mau gimana lagi.โโBoleh Mas ya?โโBoleh,โ jawab Mas Rama pelan. โProposal untuk CSR renovasi rumahnya udah selesai?โโUdah.โ Aku mengeluarkan sebundel kertas dan menyodorkan di atas meja kerja Mas Rama. Ia kemudian membuka proposal itu dan membacanya sekilas tiap lampirannya. Suara pintu diketuk. Mas Rama mempersilakan seseorang yang mengetuk pintu itu untuk masuk. Dennis dengan jas abu-abu dan tampilan yang klimis pun beranjak ke ruangan itu.โSaya hari ini menemani Bu Cinta untuk menyelesaikan masalah kemarin, Pak.โ Dennis melapor di depan Mas Rama. Mas Rama meletakkan proposal yang dibacanya di
PEMUKIMAN itu rata dengan tanah. Yang tersisa hanya puing-puing yang terlanjur menjadi arang dan abu. Asap masih mengepul di beberapa bagian pagi itu. Katanya, kebakaran dimulai sejak semalam hingga pagi ini baru bisa dipadamkan.Lima belas unit mobil pemadam kebakaran tak cukup, dikerahkan lagi tujuh bantuan pemadam. Itu pun petugas dibantu warga masih kewalahan dalam bertarung dengan si jago merah. Susahnya akses masuk mobil jadi sebab utama. Pun rumah yang berdempetan membuat api tertawa ria mengejek dari jauh, membesar sesuka hati.Aku terpaku saat turun dari mobil.โRumahnya, ludes.โ Ruki bergumam.Aku hanya menggeleng pelan, tak dapat mengucap sepatah kata pun. Mas Rama pun hanya terdiam, menatap sendu.Nun di sebelah sana, ratusan pasang mata hanya dapat menyaksikan rumah mereka dilalap api. Pasrah tak dapat menyelamatkannya. Barangkali hanya satu-dua barang yang bisa diamankan, termasuk baju yang terpakai di badan.Tak banyak yang dapat disaksikan selain isak tangis dari ibu-
โTOTAL biaya tanggungan utang warga kampung Tanjung Kawan sebesar 1,7 milyar, Pak. Terlalu besar untuk dana CSR, atau mungkin kalau Bapak sendiri yang ingin membiayai dulu.โ Rendra menyerahkan hitungan utang pemukiman yang berbentuk sebundel laporan itu.โTerlalu besar, Mas.โ Tara menimpali.โTapi gimana, Ra? Kasihan mereka.โโYah, memang sebenarnya bukan tanggung jawab kita. Itu murni kesalahan mereka sendiri yang sudah berani berutang. Tapi, aku tahu kalau Mbak Cinta sudah niat bergerak ya mau gimana lagi. Aku siap support aja.โSiang itu kami kaman bersama di sebuah cafรฉ tak jauh dari Aurora Corporation. Bosan makan di dapur umum kantor, kami ingin mencari suasana baru. Cafรฉ bernuansa alam di jalan Ahmad Yani itu tak terlalu ramai, masih nyaman untuk dikunjungi.Mas Rama masih berpikir. โMungkin kalau semua CSR dari perusahaan client dikumpulkan, bisa membantu setidaknya.โโCSR perusahan client?โ tanyaku tertarik.โEh, Sayang, makan dulu pastanya. Kamu lagi hamil nanti calon bayiny
โPAK Rama jemput?โ tanya Fresha di dalam mobil. Hari sudah mulai sore. Aku dan Mas Rama berjanji untuk bertemu di suatu tempat dan kami akan menuju dokter kandungan. Dokter Meity.โIya. Sebentar lagi sampai.โ Aku sibuk memainkan ponsel, tak menatap pada Fresha.Sudah lima menit aku menuggu Mas Rama di tempat yang disepakati. Pukul 16.05 di arlojiku.Lima menit kemudian, sebuah mobil Mercedes hitam sampai di tempat itu. Melihat mobil Mas Rama itu aku berpamitan pada Fresha dan Dennis. Mas Rama membukakan pintu mobil seperti biasa.โTelat sepuluh menit. Eh, sebelas.โ Aku menatap arloji.Mas Rama malah mencubit pipiku dan menariknya.โAuu.โโShalat ashar dulu, Sayang.โโIya. Cepetan ke praktek Bunda Meity.โMas Rama tancap gas. Di perjalanan ia memandangiku dengan tatapan aneh. Alisnya sering terangkat dua kali seperti menggoda. Tapi aku tak tahu maksudnya apa. Entahlah, lelaki kadang memang tak dapat dimengerti. Makhluk aneh.โJadi mual dan muntah tadi?โโHmm.โโKenapa?โ Mas Rama malah
SUASANA rumah Bejo mendadak tegang ketika aku mulai tak senang dengan aturan yang ia terapkan semena-mena. Betapa tidak, utang yang awalnya hanya lima juta meranak-pinak jadi 10 juta dalam tiga bulan.Bukan hanya itu, utang itu pun mengganda ketika yang membayar bukan orang yang bersangkutan.โIni buktinya. Silakan periksa saja. Semua jelas tertulis di perjanjian utang-piutang itu.โ Bejo tersenyum mnyeringai. Bibirnya terangkat sebelah tanda ia merasa menang telak.Kuraih kertas yang Bejo letakkan di atas meja. Nama Marsudi tertera sebagai salah satu pihak penanda tangan kontrak. Kubaca lekat-lekat agar tiada satu kata pun terlewat. Sampai ujung tanda-tangannya kubaca, perkataan Bejo ternyata memang benar adanya. Perjanjian itu ditandatangani di atas materai. Kubaca dengan seksama tiap kata dan kupahami maksudnya betul-betul. Tapi mungkin Fresha sebagai sekretaris lebih paham apa isinya. Maka kusodorkan padanya.Fresha meneliti surat perjanjian itu beberapa detik.โBenar, Bu Cinta. Di
โKali ini biarkan aku mengurus ini, Mas. Aku nggak mau terus-terusan bergantung sama kamu. Aku mau mandiri.โMas Rama malah berdecak kesal. โKamu mau hadapin si Joko itu sendiri?โโKana da Dennis, Setya, Anzu sama Rizal yang aku bawa. Kalau keamanan kamu gak usah khawatir. Kamu fokus aja sama kerjaan. Lagian perusahaan โkan lagi berkembang sekarang. Kasihan kamunya kalau pecah fokus.โโYah mau gimana lagi.โโBoleh Mas ya?โโBoleh,โ jawab Mas Rama pelan. โProposal untuk CSR renovasi rumahnya udah selesai?โโUdah.โ Aku mengeluarkan sebundel kertas dan menyodorkan di atas meja kerja Mas Rama. Ia kemudian membuka proposal itu dan membacanya sekilas tiap lampirannya. Suara pintu diketuk. Mas Rama mempersilakan seseorang yang mengetuk pintu itu untuk masuk. Dennis dengan jas abu-abu dan tampilan yang klimis pun beranjak ke ruangan itu.โSaya hari ini menemani Bu Cinta untuk menyelesaikan masalah kemarin, Pak.โ Dennis melapor di depan Mas Rama. Mas Rama meletakkan proposal yang dibacanya di
BRAK! Suara sesuatu ditendang keras. Aku dan Sonar yang terkejut serentak menoleh ke luar pintu. Seorang lelaki bertubuh besar tinggi, dengant tato di lengan atas, berbaju tanpa lengan, bercelana jeans, datang dengan wajah bengis.โPak Tua! Sampai kapan mau nunggak utang!โ lanjutnya.Kakek yang sibuk membantu istrinya duduk pun terkesiap. Ia berjalan mendekati pintu dimana lelaki itu berada.โMaaf, Mas Joko, saya belum punya uang.โ Suara rintih itu terdengar sangat memelas.โHalah, aku gak peduli ya!โ bentak lelaki bernama Joko itu.โTapi saya harus bayar pakai apa?โ Kakek memohon.โApa aja. Mana sertifikat tanah ini?โโJangan, Mas Joko. Kami tidak punya apa-apa lagi.โโAku gak peduli. Utangmu udah sepuluh juta!โJoko mendorong tubuh Kakek hingga ia termundur beberapa langkah. Kakek yang tubuhnya masih terluka itu memegangi perut karena merasa sakit. Ia tersentak kaget.โIni siapa?โ tanya Joko menunjuk ke arah kami. โWanita cantik ini anakmu?โ lanjutnya.โBu-bukan. Mereka cuma tamu.โ
RUKI ternganga melihat aku membawa setumpuk sisa penjualan korannya tadi pagi. Apa lagi kuletakkan selembar uang seratus ribu, barangkali ia tak menyangka. Orang yang ia sakiti membalasnya dengan kebaikan.โCinta!โ panggilnya sambil berdiri dari kursi pajang pinggir jalan itu.โIya?โ Aku berhenti. Tanpa balik kanan menoleh padanya.โTerima kasih.โ Matanya berkaca-kaca.โAku tunggu di Lovamedia.โ Kujawab sambil tersenyum, membuat matanya yang kian basah tak mampu membendung air mata yang titik setetes. Senyumnya terkembang di ujung bibir.Aku pun beranjak melewati trotoar hingga sampai di seberang minimarket. Setelah menyeberang dengan hati-hati aku masuk ke mobil dan Setya menjalankan mobil kembali.โUntuk apa bawa setumpuk koran?โ tanya Mas Rama yang heran ketika kubawa tumpukan koran itu masuk ke mobil.โNanti pasti ada gunanya. Mungkin bagi kita sampah, tapi bagi orang lain bisa jadi berkah.โMas Rama menggeleng sambil tersenyum tipis.Mungkin sekitar lima belas menit kemudian kami
KETIKA sedang menghirup udara segar pagi itu di jalanan kota Lombok, perkataan Mas Rama mengingatkanku pada sesuatu. Barangkali wanita yang hilang itu berada di dalam kasur!Mengapa kupikir demikian?Pertama, saat aku berbaring di atas kasur di kamar itu rasanya keras dan tak nyaman sama sekali. Kedua, barang-barang yang kutemukan di sudut ruangan yang merupakan segulung tali seperti benang dan jarum yang tertancap di tanaman hias. Alat untuk menjahit.Sementara potongan kain yang kudapatkan di dalam tong sampah tak lain adalah isi dari kasur yang dikeluarkan. Yang berkemungkinan pula sebagian besar isinya itu telah dimasukkan ke koper bersama pakaian kotor.โMungkin aja sih, Lov. Boleh juga insting detektif kamu.โ Jawaban Mas Rama saat kuberi tahu pendapatku tentang hilangnya wanita itu. โKasih tahu polisi yang jaga.โโKembali lagi ke hotel?โโIya.โโYa udah, ayo.โKami yang kembali lagi ke hotel. Mas Rama menunggu di depan pintu masuk hotel sementara aku menuju lobi dimana dua orang
RUANGAN lobi jadi tempat berkumpul semua penghuni hotel. Sementara meja salah satu ruang di lantai bawah dijadikan ruang interogasi oleh para polisi. Pertama, lelaki yang berhubungan dengan si wanita yang hilang itu diberondong pertanyaan.โMaaf, saya dengar Ibu langsung berkontak dengan lelaki itu.โ Seorang lelaki berpakain polisi menegurku ramah. โBolehkah kami mewawancarai di ruangan sana?โAku yang berdiri sambil menyilangkan tangan menjawab, โYa.โKemudian aku mengekor di belakang lelaki itu dan ikut masuk ke dalam ruang interogasi.โSejak jam berapa anda di hotel ini?โ pertanyaan pertama setelah nama da nasal.โSejak pukul lima kira-kira.โMungkin yang bertanya itu adalah seorang detektif. Cepat ia mencatat jawabanku sambil mengangguk pelan.โBersama siapa?โโSuami.โโJadi anda berada di kamar 304?โโYa.โโMalamnya anda sempat pergi keluar, lalu saat kembali anda sempat berkomunikasi dengan pria ini?โ Detektif itu menunjukkan sebuah foto yang tak lain dan tak bukan adalah pria y