"Gue benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran istri lo, Ka. Maunya apa, sih?" ungkap Tristan dari seberang sana, dia sedang melakukan panggilan video untuk memastikan Saka masih hidup karena sejak tadi siang panggilannya terus diabaikan. Sekalian juga Tristan mau bertanya soal Sharena.
"Kerjalah, apa lagi," jawab Saka miris.
"Gue punya banyak kenalan wanita karier yang udah nikah tapi kelakuannya enggak gitu-gitu banget."
Sebenarnya Saka tidak ingin menceritakan ihwal prahara rumah tangganya pada Tristan, hanya saja entah mengapa tanpa diberi tahu Tristan sudah tahu bahwa Saka sedang terkena masalah. Sehingga dia tidak berhenti memancing Saka untuk bercerita sampai akhirnya Saka tidak bisa menghindar lagi.
"Lo tahu sendiri Lidya karakternya kayak apa, dia workahlic akut."
"Enggak usah belain dia, kesel gue dengernya. Anjir banget itu cewek, bikin lo nunggu sa
Saka memejam berat, dia segera memutus panggilan video dengan Tristan. Pria itu kembali menghubunginya tapi tidak digubris."Aku ganggu ya, Pak?" tanya Sharena hati-hati melihat ekspresi Saka seperti kesal."Kenapa kamu belum tidur?" Saka balik bertanya setelah menekan kekesalannya, tidak ada gunanya juga dia marah-marah tengah malam."Aku mau mengambil obat Pak, tadi ketinggalan di sini. Lukaku sudah dibersihkan jadi mau diobati sekarang."Saka mempersilakan Sharena untuk mengambil obat yang dimaksud, wanita itu tidak langsung kembali ke kamarnya dan malah duduk di sofa seberang Saka. Dia mengobati lukanya di sana sambil terus mengajukan pertanyaan demi pertanyaan pada Saka. Sepertinya bibir Sharena gatal jika tidak bicara."Pak Saka kenapa belum tidur?""Saya belum mengantuk.""Sudah jam 12 malam, Pak, besok pak Saka kerja,
May merampas ponsel dari genggaman Sharena ketika gadis itu mengetahui bahwa sang kakak kembali terhanyut dalam kegiatan bersosial media. Ekspresi Sharena masam lebih condong ke sedih ketika menatap ponsel itu. Tatapan Sharena seperti kosong memikirkan banyak hal."May, kembalikan ponselnya, kakak mau posting foto siapa tahu setelah ini kita dapat endorsment yang lebih banyak.""Kakak bukan lagi posting foto tapi lagi baca komentar sampah para netizen yang maha benar itu. Ngapain sih, Kak? Berulang kali aku bilang jangan coba-coba buka kolom komentar di saat seperti ini. Kita fokus saja dulu pada real life!" tegas May memasukkan ponsel kakaknya ke dalam tas lalu ia duduk di bibir ranjang kecil indekos yang mereka huni saat ini.Keuangan Sharena sedang guncang, sisa tabungannya terkuras gara-gara kasus prostitusi kemarin. Ditambah ia harus membayar beberapa denda yang diembankan padanya karena
"Gue tahu hal ini akan terjadi hanya tetap saja gue enggak menyangka lo bakal seberani itu, Ka. Bisa banget lo ya, di depan gue pura-pura nolak eh di belakang malah udah diajak nginep di rumah!" cerocos Tristan tanpa jeda.Sahabat Saka yang hobi rumpi itu masih mempersoalkan masalah kemarin, saat ia menangkap basah Sharena ada di rumah Saka. Sepulang kerja, Tristan mengajak kawannya itu ke suatu tempat yang nyaman dijadikan tempat nongkrong. Berhubung Lidya masih di Bali dan Saka pun sedang malas pulang ke rumah dengan cepat jadi dia menyetujui ajakan Tristan."Lo kemarin malam ngapain aja sama dia, hah?"Saka meneguk minumannya dan mengalihkan pandangan keluar. Pemandangan di sana dihiasi oleh benderang lampu-lampu yang berkilauan. Bandung sama ramainya dengan Jakarta saat malam tiba."Gue cuma nyuruh dia menginap karena enggak tega membiarkan dia tidur di masjid sendirian."
"Mundur kalian semua! Bagi siapa saja yang menghalangi rencana gue, maka gue enggak akan segan buat nusuk kalian pakai pisau ini!""Hhh, idiot kayak lo emang enggak tahu malu, ya. Sudah menipu orang dan sekarang lo malah bikin kerusuhan kayak gini. Menjijikkan tahu enggak?!" ujar seorang gadis yang di lengan kirinya sudah mengalir darah segar."Lo yang mulai duluan, lo yang nyerang gue, dasar cewek bangsat!""Gue enggak bakal menyerang kalau lo enggak macem-macem sama kakak gue. Di mana otak lo hah? Siapa elo sampai berani menghina dan melecehkan kakak gue kayak gitu.""Ha ha ha, lucu banget lihat lo ngomong kayak orang bener. Jangan sok suci deh, semua orang juga sudah tahu kalau kakak lo tuh lont-"Bugh!Tubuh pria itu terjerembap ke depan setelah Saka menendang punggungnya dari belakang. Semua orang memekik kaget sedangkan May hanya menatap bengis pria mes
Sebenarnya Sharena sangat ingin melarikan diri saat ini, berada dalam satu ruang dan waktu yang sama dengan Saka membuat jantungnya lelah karena berdegup lebih kencang dari biasanya. Sharena diam-diam mengingatkan perasaannya bahwa dia sedang dalam proses move on. Sharena tidak boleh membiarkan cintanya terhadap Saka semakin besar. Pria itu masih berstatus sebagai suami orang.Andai saja Sharena tidak dipertemukan dengan kedua orang tua Saka waktu itu, mungkin dia tidak akan memiliki perasaan bersalah semacam ini. Dia bisa terus memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan. Kini dia hanya bisa berandai-andai, kalau saja waktu bisa diputar dan dia dipertemukan dengan Saka saat pria itu masih lajang, mungkin sekarang pria itu sudah bisa ia dapatkan.May masih ada di ruang perawatan, dokter mengatakan bahwa lukanya harus dijahit karena ada bekas sobekan meski tidak begitu lebar dan dalam. Sharena menanti dengan gelisah dan tak berani buka suara meski se
“Ah, maafkan saya, Pak. Apa saya melukai istri Anda?” tanya salah seorang perawat pria yang tadi mendorong brankar kosong.Sharena masih duduk di pangkuan Saka, dia menenggelamkan wajahnya pada leher pria itu agar perawat tadi tidak menyadari siapa dirinya. Bisa gawat kalau sampai ada yang tahu kalau Sharena berduaan dengan laki-laki di tempat umum. Saka yang paham situasi langsung tersenyum pada sang perawat, seperti memberi sinyal pembenaran bahwa wanita yang sedang dia pangku memang istrinya.“Tidak apa-apa, Mas,” jawab Saka tenang.“Syukurlah, kalau begitu saya permisi, Pak, Bu. Sekali lagi saya minta maaf.”Perawat itu langsung pergi setelah Saka membalas ucapannya dengan anggukan dan senyuman ramah. Sharena menyibak sedikit rambutnya lalu mengintip untuk memastikan perawat itu sudah benar-benar menjauh. Dia menghela napas lega setelahnya. Wanita itu pun menoleh ke samping yang berlawanan dan jantungnya tersentak l
"Masih ingat pulang?"Pertanyaan sarkasme menyambut kedatangan Lidya, kedua kakinya terpaku di ruang tamu. Menghadap Sakalangit Bastara yang menatapnya dengan tajam berkilat kecewa."Aku sangat lelah, Saka, kita bicara nanti setelah aku istirahat."Muka Lidya memang sedikit murung dari biasanya, terlihat dia benar-benar lelah dengan semua yang dijalani selama di Bali. Dia ingin menenggelamkan diri dalam kasur empuknya selama berjam-jam sampai semua letihnya sirna. Namun sepertinya Saka tidak akan membiarkan Lidya mendapatkan apa yang dia mau dengan cepat."Tetap di tempatmu!" nada suara Saka meninggi.Lidya benar-benar menguras tuntas kesabaran Saka. Perempuan itu bahkan tidak meminta maaf atau mengatakan apa pun yang sekiranya bisa menenangkan hati sang suami. Apakah tidak ada sedikit pun rasa sesal di hati Lidya karena telah mempermainkan Saka?
Sharena celingukan mencari pemesan bakso acinya. Di balik masker hitam dan helm bogo cokelat yang dia kenakan, tersimpul senyum tipis ketika melihat lokasi yang dia datangi sekarang. Banyak orang lalu lalang, beberapa sibuk mengarahkan pemain, ada yang sedang membenarkan riasan, heboh masalah kostum dan kesibukan lainnya yang biasa ada di lokasi syuting. Dia tidak tahu itu lokasi apa, tapi dari banyaknya kru dan perlengkapan properti yang ada sepertinya itu bukan syuting FTV atau sinetron biasa."Maaf ya Mbak lama menunggu, saya baru beres syuting. Jadi berapa Mbak bakso acinya?" tutur seorang perempuan berusia sekitar tiga puluhan.Sharena menoleh ke arah orang tersebut lalu matanya membelalak."Kak Dian?" cicit Sharena spontan.Wanita yang dipanggil Dian itu mengernyit lalu memperhatikan sang kurir aci dengan saksama. Ketika Sharena membuka helm dan menurunkan maskernya, Dian tampak ter