Setelah mengawasi Lina dan Oza pulang, Nanda berbincang sebentar dengan atasan Nada lalu memutuskan pulang ke rumah untuk mengambil pakaian ganti.Ibu mereka pun pasti terlalu syok dengan kejadian semalam. Begitu tiba di rumah, Nanda melihat adik laki-lakinya yang berbeda dua tahun, berdiri di depan pagar dan tersenyum ketika melihat mobil kakaknya datang."Kak, boleh pinjam mobilnya?" tanya adik laki-laki bernama Adam ini yang bertanya begitu Nanda hendak membuka pintu pagar. "Kamu kesini hanya untuk itu?" tanya Nanda sambil masuk ke dalam rumah, setelah dipikirkan lagi sebaiknya tidak memasukan mobil ke dalam karena dirinya akan kembali ke rumah sakit lagi.Pintu rumah dikunci dan Nanda segera membuka memakai kunci cadangan miliknya."Kak, aku harus keluar bersama teman-teman. Pinjam mobilnya sebentar ya," rengek Adam."Kenapa kamu tidak minta ayah saja? Dia pasti mengabulkan keinginan kamu."Adam cemberut. "Ayah tidak mungkin kasih, dia lebih peduli sama adik-adik yang lain.""Mob
Begitu pulang dari luar negeri bersama istri dan kedua anaknya, pemilik hotel Trisha bersikeras menemuinya terkait penolakan Putra. Saat ini mereka duduk berhadapan di sofa empuk, saling menatap curiga seperti musuh."Saya benar-benar tidak menyangka, Aditama group sudah mengabaikan permintaan kami.""Permintaan apa yang kalian inginkan? Saya rasa Putra sudah mewakili semuanya."Antok Trisha menatap benci Reza yang sombong, hanya karena beruntung terlahir dari keluarga bagus jadinya bisa menekan orang yang lebih tua. "Tuan besar, keinginan saya hanya sederhana. Saya ingin Bu Nada ke hotel saya untuk mengawasi marketing hotel saya yang pendapatannya mulai menurun.""Anda yakin, masalahnya ada di marketing?""Tentu saja, saya bukan orang bodoh. Meskipun saya tidak sehebat keluarga anda, saya juga mengurus hotel sejak lama.""Yang jadi pertanyaannya, meskipun anda sudah tahu- kenapa anda tidak memperbaikinya dan harus menunggu kami? Masih ada orang lain yang jauh lebih kompeten dari mar
Nada berkemas bersama kakaknya, sudah tiga hari menginap di rumah sakit. Begitu dokter mengizinkannya pulang, dia segera pulang dan kembali beraktifitas keesokan harinya.Nada sudah bisa membayangkan tumpukan dokumen yang harus segera diurusnya. Selain itu, entah kenapa tiba-tiba dia kehilangan handphone. Setelah dicari di berbagai sudut ruangan kamar, tidak ditemukan. Nada menjadi kesal.Nanda berusaha mencarinya lewat GPS tapi handphone Nada dalam keadaan mati. Apakah si Oza itu yang mengambil handphone Nada saat berkunjung?Nanda merasa bersalah pada adiknya, karena sudah teledor mengabaikan barang-barang milik Nada.Nada yang tadinya kesal, menjadi sedih. "Kakak tidak usah merasa bersalah, nanti temani Nada beli handphone."Nanda tersenyum. "Kakak yang akan belikan handphone, kamu tidak usah khawatir."Nada mendecak. "Kakak sudah bayar biaya rumah sakit?""Ah, iya. Kakak segera ke bagian keuangan, kamu sama ibu di sini."Ibu Nada dan Nanda yang baru saja dari kamar mandi, terkeju
Setelah peristiwa itu, malamnya Putra dan Nanda bertemu di kafe dekat rumah. Nanda menatap curiga Putra ketika mengajaknya bertemu di sini. "Sudah berapa lama pernah ke sini?""Baru-baru ini dan ini kali pertama saya masuk ke dalam kafe dekat rumah." Kata Putra sambil membalik halaman menu. "Silahkan pesan sesuka hati, saya rasa anda sedang ingin mengisi energi. Jangan lupa pesankan untuk Nada dan ibu juga.""Tunggu, kenapa anda begitu peduli pada keluarga saya?"Putra menunjukkan senyum bisnis. "Kita pesan makan dulu baru bicara, sangat tidak sopan menunggu lama waitress."Nanda baru sadar adanya orang ketiga dan cepat-cepat memesan menu. Begitu waitress selesai mencatat pesanan, Nanda langsung bertanya."Anda-"Putra mengangkat tangan. "Pertama, saya perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Putra Aditama, itu nama angkat saya tapi dulu saya memiliki nama Putra Kartiko Wijaya."Nanda mengedip bingung. "Anda pasti tahu nama ini bukan?"Nanda menggeleng bingung. "Memangnya itu na
Nanda yang sedang mengawasi para teller di bank sekaligus membantu salah satu teller junior untuk input system.Tiba-tiba polisi datang menghampiri meja teller junior Nanda."Bapak Nanda Suryo, bisa ikut kami sebentar?"Nanda melihat lencana polisi yang ditunjukan salah seorang polisi berbaju preman.Nanda mengangguk kecil. "Ikuti saya."Polisi mengikuti Nanda berjalan menuju ruangan belakang teller. Para staff lainnya bingung melihat Nanda masuk bersama beberapa preman."Nanda, ada apa?" tanya kepala cabang.Nanda bertanya ke polisi tersebut. "Tolong jelaskan disini, ada apa?""Ada salah satu laporan dari pemilik rental mobil yang kehilangan mobilnya beberapa hari ini, sewa harusnya satu hari tapi ini sudah seminggu lebih tidak dikembalikan dan saat dihubungi, tidak ada yang menjawab. Begitu datang ke rumah, tidak ada orang."Nanda mengerutkan kening. "Lalu apa hubungannya dengan saya?""Pelapor memberikan kartu identitas sebagai penjamin dan ada juga transaksi memakai kartu kredit."
"Ah, sialan! Aku kalah lagi!" teriak seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan gagah, pakaiannya pun masih bagus tapi hari ini moodnya jelek karena berkali-kali kalah. Terpaksa merelakan uang hasil palak ke beberapa toko."Ayo, lagi, lagi. Siapa tahu nanti keberuntungan kamu!" kata teman judinya yang mulai merapikan kartu dan bermain ulang.Pria itu menenggak botol bir murah dan bersendawa. "Ayo!""Hallo, apakah anda punya anak laki-laki bernama Putra?"Pria itu balik badan dan melihat Yami yang cantik dan imut, dia bersiul menggoda.Yami terkejut melihat wajah ayah kandung Putra yang tampan seperti anaknya. Memang harus mendapat bibit bagus untuk memiliki anak macan Putra."Siapa? Mau apa?""Saya Yami, apakah anda ayah kandung Putra Kartiko Wijaya?"Pria itu mengerutkan kening dan mengibaskan tangan untuk mengusir Yami. "Anak itu sudah lama kabur, aku tidak tahu dimana dia. Jangan ganggu aku.""Ayah mertua," panggil Yami.Pria tua itu menoleh dan melihat uang di koper ya
"Kamu anak tidak tahu terima kasih! Dengan susah payah kami mendidik dan mengurus kamu tapi lihat sekarang? Malah melupakan orang tuanya. Jika saja tidak ada orang yang memberitahu kami mengenai kamu, seumur hidup kami tidak bisa melihat kamu!" bentak ayah Putra yang geram."Orang tua pak Putra ternyata ajaib ya?" bisik salah satu staff fo. Yang lain mengangguk setuju.Nada menatap Putra yang sedari tadi hanya diam.Ibu Putra menangis histeris.Para tamu yang check in dan check out, lewat sambil melihat kejadian itu. Bahkan ada yang sengaja mondar mandir dua kali lebih.Reza buka suara. "Sudah selesai? Boleh kami bicara?"Semua orang menoleh ke Reza.Reza bertanya ke Putra. "Putra, benar mereka orang tua kamu?"Putra menjawab dengan tegas. "Ya, mereka orang tua kandung saya."Para staff yang ada di lobby sontak terkejut begitu juga dengan general manager dan manager operasional pusat yang menonton sambil makan.Kedua orang tua Putra menatap haru anaknya. "Tapi saya sudah putus hubun
Yami mulai ketakutan dan menggoyang tangan ibunya. Ibu Yami tidak gentar. "Kamu berani mengancam hotel kami? Kami sudah berbuat banyak untuk kalian dan ini balasannya?"Reza dan Vivi tidak menjawab.Para staff menatap bodoh keluarga Trisha sementara kedua orang tua Putra saling bertukar kode lewat tatapan mata. Seharusnya tidak berakhir begini. Batin mereka berdua.Di dalam rencana mereka, Putra seharusnya takut identitas terbongkar dan menutup mulut mereka berdua dengan sejumlah harta ditambah suap dari Yami yang belum dibayar. Jika Yami berhasil menundukkan Putra, dia menjanjikan rumah mewah ke mereka berdua dan memberikan uang bulanan yang berarti mereka tidak perlu menjual tubuh atau palak toko-toko lagi lalu bisa hidup mewah seumur hidup.Tapi sekarang apa yang mereka dapatkan? Yami yang melihat ibunya tidak takut dengan ancaman, mulai berani. "Putra, aku memang setiap hari datang untuk melihat kamu tapi aku juga tidak pernah memaksakan diri, aku tidak pernah berani masuk kant