Putra berdiri di samping Vivi sementara Choky berdiri di belakang Reza.
Mereka berdua sedang berdiskusi pengembangan proyek lalu tiba-tiba Reza berkomentar."Hari ini kamu segar sekali, apakah ada hal yang menyenangkan semalam?"Vivi otomatis menoleh ke Putra.Putra menghela napas ironis, di tanggal merah harus masuk kerja karena kedua atasannya sedang mengembangkan proyek baru. Otomatis sebagai sekretaris mereka berdua, dia harus hadir.Choky ikut menatap Putra dengan heran lalu cekikikan ketika melihat rona wajah temannya yang segar.Putra ingin memukul kepala Choky lalu mengalihkan tatapannya ke Reza dengan wajah sedih. "Tuan besar, tidak bisakah kita konsentrasi bekerja? Saya sedang semangat bekerja?"Vivi yang tertarik segera berpindah tempat untuk duduk di pangkuan sang suami. "Cepat ceritakan, apakah ada sesuatu yang menyenangkan semalam?"Putra menggeleng. "Tidak ada, yah memang saya hanya kencan semalam tapi tidak ada yang istimewa untuk menjadikannya pasangan.""Kamu ONS?" tanya Choky terkejut.Vivi dan Reza mengerutkan kening tidak mengerti. Bukannya mereka tidak paham arti ONS tapi lebih ke penasaran. Putra yang gila kerja berani ONS?Reza mendecak. "Hati-hati penyakit, kamu harus ke dokter dulu. Jangan dekati istriku beberapa hari ini.""Apakah itu menyenangkan?" tanya Vivi yang penasaran.Putra mengutuk dirinya di dalam hati. Kenapa bisa terlalu jujur bicara ke mereka bertiga. "Yah, menyenangkan di malam hari tapi menyebalkan di pagi harinya.""Apakah pasangannya berwajah jelek?" tanya Vivi.Putra mulai mengingat wajah manis Nada dan tubuhnya yang tidak terlalu gemuk tapi juga tidak kurus, lemak berada di posisi yang tepat. Tapi begitu mengingat wajahnya yang menyebalkan, dia menjadi kesal.Choky berkomentar. "Sepertinya memang jelek."Vivi memberikan saran. "Jangan terlalu sering melakukannya, kanu juga harus rajin melakukan tes kesehatan. Info ke bagian accounting untuk ganti biaya check up.""Terima kasih atas sarannya, tapi ini kali pertama sekaligus terakhir saya melakukannya."Reza menatap tidak percaya Putra. "Jangan dekati kami sebelum kami melihat hasil tes kesehatan kamu."Putra menghela napas panjang.---------Dua minggu, lima hari kemudian. Di pagi hari saat orang-orang melakukan kegiatan produktif. Para supervisor melakukan briefing, yang menarik disini adalah pertengkaran manager marketing, accounting dan tangan kanan bos. Putra."Pak Putra, saya hanya menjalankan tugas seperti biasanya. Tidak mungkin dong saya menghabiskan uang perusahaan begitu saja." Nada benar-benar tidak habis pikir dengan cara berpikir Putra yang menekan divisi marketing. "Pak Aditama saja menyuruh kami bekerja semaksimal mungkin, dan anda menyuruh saya menekan biaya operasional?""Saya hanya menekankan biaya operasional marketing bukan menekan pekerjaan kalian." Putra melipat tangan dan bersikap menantang Nada, seolah melupakan percintaan mereka di malam tahun baru.Nada menatap kesal Putra. "Masalahnya saya hanya mengajak makan siang pihak perwakilan travel dan anda marah ke saya begitu melihat biaya makannya?""Oh iya, bagaimana bisa menghabiskan uang satu juta hanya untuk makan siang? Berapa orang yang makan siang dengan kamu dan tim? Kalian kalau hanya memperkenalkan kamar dan fasilitas hotel, cukup makan siang di hotel sehingga memperkenalkan menu, jangan keluar lagi! Pihak accounting juga tidak tegas menangani masalah ini!"Nada mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Sudah lihat rincian biayanya untuk apa? Satu juta bukan hanya untuk makan, saya juga sudah mencantumkan keseluruhan rincian dengan accounting karena tahu bapak pasti akan mempermasalahkan hal ini."Supervisor accounting hanya menundukkan kepala. Tidak berani ikut campur dalam pertengkaran mereka berdua. Rasanya ingin mengadu ke manager tapi pihak manager keuangan pusat sedang sibuk.Masalahnya Nada adalah manager marketing pusat yang menaungi keseluruhan hotel milik grup Aditama, menggantikan manager sebelumnya yang ditugaskan di luar negeri oleh tim Aditama group. Dia bisa sesuka hatinya meminta rembouse untuk biaya operasional tim marketing.Putra yang biasanya harus menyaring laporan dari berbagai departemen, sakit kepala ketika melihat pengeluaran yang dianggap tidak masuk akal.Contohnya saja sekarang, biaya menemani perwakilan travel untuk kerja sama dengan website mereka, membutuhkan biaya satu juta rupiah hanya untuk makan siang."Saya tidak memakai uang untuk kehidupan pribadi, saya hanya melakukan pekerjaan saya seperti biasanya. Pak Putra, coba cek kembali penjelasan pengeluaran itu untuk apa," kata Nada.Di balik kaca mata kerja, mata Putra menyipit curiga. "Saya sudah membaca penjelasan di sana, yang membuat saya tidak mengerti adalah bagian kamu makan siang sebanyak itu."Nada memegang belakang tengkuk kepalanya dengan sakit. "Ha- rasanya aku ingin menampar mulut penjilat kamu itu.""A- apa? Penjilat? Kamu menuduh saya penjilat?!""Memang, kamu melakukan ini untuk mencari muka dan menjilat bos!"Putra menaikan kaca matanya ke ujung pangkal hidungnya yang mancung. "Saya akan memberikan sp ke kamu, nikmati saja pekerjaan yang sekarang."SP?Nada menatap geram Putra. "SP? Kamu berani kasih aku SP?"Putra menatap dingin Nada. "Kamu sendiri juga berani menghina saya.""Pak, ini masalahnya hotel kita itu bintang kelap kelip yang mahal banget."Semua orang yang mendengar hampir tertawa. Nada bermaksud mengucapkan bintang lima tapi karena terlalu emosi akhirnya yang terucap hal lain.Hebatnya, lawan bicara Nada sama sekali tidak tertawa dan menganggap serius perlawanannya. Ini juga lah yang menjadi salah satu hiburan mereka semua.Putra mendekati Nada sementara Nada di sela ceramahnya tiba-tiba mual.Semua orang terpana.Nada menutup mulut dengan terkejut lalu menatap Putra yang melotot marah."Sekarang kamu ingin menghina saya?" tanya Putra.Nada menggeleng panik lalu memalingkan wajahnya ke rekan-rekan kerja.Semua rekan kerja tidak berani menatap Nada.Putra kembali mendekati Nada yang menjauh, melihat wajah Nada yang mendadak pucat. "Kamu baik-baik saja?""Hai guys, kalian semua sudah selesai briefing? Aku bawa ayam panggang kesukaan kita, bagi-bagi yaa- hari ini aku sukses mendapat bonus dari sewa motor." Manajer operasional masuk dan membawa dua kantong plastik berukuran besar lalu diletakkan di atas meja.Baunya harum dan membuat orang-orang lapar sementara Nada yang mulai panik menjadi bertambah mual dan segera berlari keluar ruangan.Manajer operasional menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lho, bu Nada kenapa? Apa saya mengganggu pertarungan antara pak Putra dan bu Nada?"Putra menatap pintu yang dilewati Nada dan mulai memikirkan kejadian malam tahun baru lalu bertanya pada diri sendiri. Apakah dia hamil?Manajer operasional berdiri di samping Putra. "Pak, jangan merasa bersalah. Wanita itu memang sangat lembut dan tidak bisa dimarahi terus-terusan. Coba sesekali jangan marah ke bu Nada."Putra melihat jam tangan. "Saya ada jadwal ke tempat lain, apakah ada yang masih ditanyakan?"Semua orang menggeleng cepat.Putra pergi meninggalkan ruangan setelah memberikan salam. Begitu pintu ditutup, semua orang menghela nafas lega dan mengantri makanan.Setelah mual-mual di kamar mandi, Nada terkejut melihat Putra berdiri dengan bersandar di depan pintu kamar mandi karyawan perempuan, "Masih mau lanjut marah-marahnya?" tanya Nada."Kamu masih datang bulan?""Ya?""Kamu sudah datang bulan?"Nada menjadi bingung dengan pertanyaan Putra, efek bertengkar di pagi hari, otaknya jadi sedikit melambat dalam menangkap informasi.Putra berusaha bersikap sabar. "Waktu itu- kamu-"Nada mengerjapkan mata lalu mulutnya membulat seperti bentuk o. "Hamil?"Putra mendesis. "Emang aku bakalan takut, kamu kayak uler gitu?""Selama ini saya perhatikan, kamu sama sekali tidak bersikap sopan terhadap saya.""Lalu, apa anda sendiri sudah bersikap sopan kepada saya?" tanya Nada dengan berkata sopan. "Setiap marah selalu berkata kamu, kamu lalu menunjuk dokumen seolah meluapkan emosi setelah mendapat ceramah bos. Saya tahu pak Putra hormat sekali dengan bapak dan ibu Aditama tapi bukan berarti memperlakukan partner kerja seperti ini!"Putra terkejut."Semu
Keempat istri ayahnya duduk menatap tajam Nada lalu sang ayah berdiri dengan tatapan marah seolah Nada adalah aib.Ibu kandung Nada adalah istri kedua sah secara nikah yang statusnya dibiarkan menggantung, sementara mereka berempat menikah di bawah tangan. Nada sendiri lebih memilih ikut bersama ibu dan kakaknya, setelah sang ayah memutuskan hidup bersama wanita lain dan memunggungi istri serta kedua anak sahnya.Yang membuat Nada marah adalah salah satu anak dari istri ayahnya datang berkunjung ke rumah ibu dengan alasan memberikan oleh-oleh dan melihat tes pack di atas meja kamar lalu diadukan ke ayah. Lancang sekali dia masuk ke kamar!Ayah yang murka langsung menelepon Nada yang baru pulang dari kantor dan menamparnya begitu tiba dari rumah.Kakaknya seorang laki-laki, ibu Nada juga masuk ke fase menopause jadi pasti ini milik Nada.Nada nekat melakukan hal konyol ini karena ingin memiliki anak, malas ditanyai dan tidak ingin menikah. Daripada angkat anak, mending sekalian punya
Dua hari kemudian.Kalian tahu, hal apa paling ngenes dalam hidup? Duduk di depan bersama partner kerja sambil dengar ah uh ah uh di belakang mobil yang sudah ditutup dengan sekat dalam keadaan jomlo mampus.Choky bisa mengalihkan perhatian dengan menyetir, lalu Putra? Hanya bisa mencoba konsentrasi dengan melihat pemandangan dari dalam mobil. Dia tidak bisa membaca dokumen terlalu lama di dalam mobil karena pusing.Tidak lama Reza memutuskan membatalkan seluruh janji hari itu juga. Putra tidak bisa membantah karena yang mereka temui tidak terlalu penting. Ah, ada satu yang penting tapi pasti sengaja diundur terus.Ayah dari Cefrilizia yang mengejar Reza. Putra segera menghubungi satu persatu orang-orang yang akan dibatalkan janjinya, menyisakan Tommy Heard."Hallo, selamat pagi. Saya sekretaris bapak Reza Aditama, saya mau mengonfirmasikan bahwa beliau terpaksa membatalkan janji hari ini.""Tunggu sebentar."Choky melirik Putra yang akan kena imbas kelakuan seenaknya si bos. Yang me
Nada menatap marah Choky. "Pak Choky, saya bisa menuntut anda atas kasus penghinaaan! Bagaimana bisa saya tidur dengan pria kejam dan gila kerja seperti dia?"Choky menepuk mulutnya lalu menatap maaf Nada. "Maafkan saya, lidah terselip."Putra menaikkan kaca mata dan tersenyum sinis. "Tenang saja, bu Nada juga bukan tipe saya. Wanita kasar yang tidak bisa dikasih tahu dan harus dimarahi dulu supaya mengerti.""Oh bagus, jika saya bukan tipe bapak. Tipe kaku yang bahkan mungkin saja patut dipertanyakan saat melakukan seks di atas tempat tidur," ucap Nada sambil menaikan kedua bahunya.Putra tersenyum sinis mengingat malam tahun baru, Nada bersikap pasrah bahkan menjerit nikmat. "Apakah anda seyakin itu, ibu Nada terhormat?"Nada mengangguk tegas. "Ya."Reza bertanya. "Sudah selesai?""Ya!" jawab Putra dan Nada bersamaan. "Saya tidak keberatan dengan pekerjaan kalian berdua, setidaknya kalian harus bisa menjadi tim kerja yang baik. Untuk kasus sekarang saya anggap sudah selesai dan tid
Nada menepuk perut dengan kenyang. Setelah menyelesaikan makan dengan Putra, dia segera melarikan diri ke ruangan.Tidak lama rekan-rekannya datang dari kantin dan melihat Nada yang sudah menepuk perut.'Sudah makan?"Nada mengangguk. "Makan apa?""Hanya salad.""Segitu kenyang?""Ya.""Pantas saja badan bu Nada kecil terus." Sahut teman lain sambil duduk.Nada tidak tahu apakah itu hinaan atau pujian. Yang terpenting kebutuhan makan jabang bayi terpenuhi.TringNada membuka handphone dan terkejut.[Mau dibelikan buah? Kebetulan aku harus keluar bersama Choky.]Nada segera membalasnya. Tidak ada, terima kasih.Nada segera meletakan handphone dan hendak bicara.Tring.Nada membuka handphonenya lagi. [Saya belikan parsel buah yang cocok untuk wanita hamil.]Nada hampir saja melempar handphonenya, dia jijik dengan perhatian Putra.Sejak kecil Nada melihat perselingkuhan ayah jadi wajar tidak terlalu mengutamakan perjalanan cintanya. Karena beranggapan pria hanya mengumbar janji.Setela
Putra akhirnya membawa parsel buah ini dengan beberapa pertimbangan, dia harus memberikan sendiri barang ini ke Nada dan menjadikannya sebagai alasan untuk permintaan maaf. Yah, Putra sendiri tidak tahu letak kesalahannya dimana tapi melihat Nada mau menerima semua makanan buatannya, mau tidak mau dia juga harus mengalah.Toh semua pekerjaannya selesai dengan cepat.Plak!Putra dan Choky mendengar suara tamparan keras begitu berjalan masuk ke lobby."KAMU BILANG APA?!"Nada yang juga terkejut, menyentuh pipinya yang ditampar lalu tak lama dia berhasil menguasai keadaan."KAMU TAHU TIDAK, SAYA SUDAH CAPEK-CAPEK PERJALANAN JAUH DAN KAMU MAU MENGUSIR SAYA?!"Nada menunjukkan senyum bisnis. "Maaf ibu, saya hanya menyarankan supaya ibu tidak merasa rugi. Saya juga akan mengembalikan uang sepenuhnya."Putra mengerutkan kening begitu mendengar keputusan seenaknya Nada. Aturan hotel adalah tidak mengembalikan dana dp jika masuk masa high season dan sekarang sudah masuk masa itu. Choky yang b
Putra tidak suka melihat ibu dari anaknya dibentak di depan umum apalagi didorong dalam keadaan hamil. "Kami tahu pelanggan adalah raja tapi kami juga ingin mendapat timbal balik dari anda, hargai salah satu karyawan kami. Seandainya saja anda tidak emosi dan menuduh ini itu, mungkin kami akan memberikan kompensasi meskipun kesalahan bukan ada di pihak kami." Putra menatap dingin keluarga tamu itu. "Jika anda ingin menyebar luaskan kritikan anda, kami akan terima dengan senang hati dan membuka cctv di depan umum."Keluarga itu terdiam dan cemberut, akhirnya mereka pilih meninggalkan hotel dan menginap di tempat lain. Mereka juga tidak berani mengancam setelah mendapat ancaman terlebih dahulu.Sedari awal, Putra sudah menjabarkan masalahnya di depan mereka. Setelah mereka pergi, dan suasana mulai terkendali yang untungnya masih belum ada tamu yang mondar mandir di lobby.Putra berdiri di hadapan Nada dan membentak. "Saya sudah bilang tadi untuk tidak memakai sepatu hak tinggi, kenapa
Nada dan Putra saling beradu pandangan.Putra tidak bermaksud bersikap romantis, dia hanya ingin bertanggung jawab.Nada juga tidak menganggap romantis semua yang dilakukan Putra.Mereka berdua hanya dua lawan jenis canggung tentang hubungan dan ingin bertanggung jawab terhadap anak yang belum lahir, meskipun cara untuk mendapatkannya salah.Tin! Tin!Nada dan Putra sama-sama menoleh ke sumber suara yang baru berhenti di samping mereka.Sopir Taxi keluar dan bertanya. "Ibu Nada?"Nada segera pergi ke arah Taxi. "Saya, pak."Putra menarik tangan Nada. "Tidak jadi, pak. Biar dia pulang sama saya.""Eh, nggak pak. Jangan, saya sama bapak saja."Putra menatap tajam Nada. "Kamu serius pergi sama orang tidak dikenal?""Orang tidak dikenal gimana? Dia sopir taxi.""Sopir taxi tapi orang asing sama saja bohong."Sopir taxi menjadi tidak tahan lagi. "Maaf, kalau masih lama- saya kenakan charge menunggu lho." Ancamnya.Nada menarik tangan lalu masuk ke dalam taxi.Putra menatap sopir taxi. "Pak