Share

Kepulangan June

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2022-11-06 12:18:05

"Ha-halo, ada apa, Bang?" tanya Dinda dengan sedikit terbata-bata, sesekali dia menggigit bibir, menunggu jawaban dari June.

"Kamu ada di mana?"

Sontak, Dinda membeliak, secara spontan dia langsung menyandarkan tubuhnya pada meja kerja.

"Tentu saja aku ada di kantor, memangnya kenapa?"

"Aku akan ke sana sekarang!"

"Apa?!" teriak Dinda dengan cukup keras, hingga membuat Dzikri terlonjak. 

Dalam hati, Dzikri terus berucap syukur, karena dia tidak memiliki riwayat sakit jantung maupun darah tinggi. 

Kalau hal itu sampai terjadi, bisa-bisa riwayatnya benar-benar tamat gara-gara Dinda yang tidak bisa mengontrol diri.

"Lah, bukannya Abang ada lagi di luar kota, lantas kenapa tiba-tiba ingin bertemu denganku?" tanya Dinda yang dipenuhi oleh beribu kebingungan.

Mendengar hal tersebut, Dzikri yang tengah meminum sebotol air mineral, hampir saja tersendak. 

Untung saja, Dinda tidak menyadari hal itu, kalau saja Dinda alias macan betina--panggilan akrab yang selalu Dzikri lontarkan pada wanita itu, melihat semuanya. Bisa-bisa dia kenal omel.

"Sudah jangan banyak tanya, aku akan segera ke sana."

Dzikri memang bisa mendengar semua percakapan Dinda dan June, karena wanita itu menyalakan pengeras suara.

"Terserah kau sajalah, Bang!"

"Baik, tunggu aku di sana! Jangan ke mana-mana."

"Iya-iya, bawel banget! Gak suka."

Bip!

Tanpa menunggu respon dari June, Dinda langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Aneh banget!" gumam Dinda seraya meletakkan gawainya di tempat semula.

"Mungkin si Juned. Eh, June, kangen sama kamu, Din," celetuk Dzikri dengan satu tangannya yang tiba-tiba meraih setoples cemilan dari bawah meja.

"Mungkin!" sahut Dinda tanpa rasa curiga sedikitpun.

Dirasa tidak ada yang perlu di pikirkan, Dinda kembali menghampiri Dzikri, kemudian mendaratkan bokongnya tepat di samping Dzikri. 

Dinda kembali meraih data-data yang sempat Dzikri kumpulkan dan membacanya ulang.

"Aku masih penasaran, kenapa orang tua angkat Nadin bisa meninggal di waktu yang bersamaan," ucap Nadin seraya menoleh ke arah Dzikri yang tengah menikmati cemilan.

"Aku juga kurang tahu. Tetapi, rasanya memang janggal. Kecuali mereka meninggal akibat kecelakaan atau mungkin ... di bunuh?"

Helaan napas kembali keluar dari mulut Dinda, dia merenungi ucapan Dzikri selama beberapa saat.

Apa yang pria itu katakan ada benarnya juga, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. Di tambah lagi, tidak ada keterangan kenapa dan di mana orang tau angkat Nadin meninggal.

"Dzikri, bisa antar aku ke alamat ini?!" Dinda menunjuk sebuah alamat yang bertuliskan tempat tinggal Nadin bersama orang tua angkatnya dulu.

"Tentu saja, memangnya kapan?" 

Dinda kembali terdiam, dia memikirkan waktu yang tepat untuk datang ke alamat tersebut. 

Sebab, belakang ini Dinda merasa begitu sibuk dengan pekerjaan dan persiapan pernikahan yang tidak mungkin akan terjadi tersebut.

Meskipun rencananya masih cukup lama, tetapi dengan b*d*hnya, Dinda sudah mempersiapkan banyak hal, sehingga dia tidak sadar, kalau dia baru saja kecolongan sesuatu yang dulu dia anggap spesial.

"Aku akan mempertimbangkannya lagi. Kalau begitu, kamu boleh kembali. Aku juga harus bekerja." Gegas Dinda bangkit dari duduk, kembali menghampiri meja kerjanya. "Lalu, mengenai Om Baskoro, aku begitu suka dengan idenya. Tolong katakan padanya, untuk melakukan secepat mungkin dan tolong jangan katakan hal ini pada keluargaku dulu. Aku ingin berbicara dengan mereka secara langsung nanti."

Dzikri mengangguk, dia kembali meletakkan toples makanan ringan milik Dinda pada tempatnya semula.

"Kamu tenang saja, aku tidak akan sampai sejauh itu. Aku tidak berhak ikut campur dalam urusan keluargamu."

"Terima kasih atas bantuan, Dzikri."

"Sama-sama. Aku pergi dulu!"

Sepeninggalnya Dzikri, pandangan Dinda kembali jatuh pada beberapa lembar kertas yang masih berada di meja dekat sofa.

Dinda menatap lembaran kertas itu selama beberapa detik, sebelum akhirnya meraihnya dan kembali membacanya dengan teliti.

"Cukup mengejutkan, aku dan akun palsmumu berteman dengan cukup lama. Tetapi, aku tidak menyadarinyi? Ah, pantas saja kamu tidak ragu memb*d*hi, Arkan?"

Dinda bergumam, sebelum akhirnya memasukan map tersebut ke sebuah laci besar yang terdapat di samping meja kerjanya dan menguncinya.

***

Brak!

Sontak, Dinda langsung terperanjat dari lamunan, kala mendengar suara pintu ruangannya di dobrak oleh seseorang.

Dinda membeliak, dilayangkan tatapan tidak percaya ke arah june. Ternyata bukan hanya Dinda yang terperanjat, melainkan semua karyawan yang tengah bekerja di luar sana, termasuk Nadin sendiri.

Nadin tahu, kalau June adalah Kakak Dinda dan dia mulai merasakan kegelisahan, ketika melihat June datang dengan tidak seperti biasanya.

"Abang!" seru Dinda seraya menghampiri Kakak kandungnya yang wajahnya tampak tidak bersahabat.

"Apa kabar, Dinda?" tanya June dengan nada biasa saja, membuat Dinda langsung menghela napas lega.

"Kabarku baik-baik saja. Aku kaget barusan, apa yang kamu lakukan, Bang?"

June menggeleng pelan. Gegas dia berjalan menuju sofa, kemudian mendaratkan bokongnya di sana.

"Tidak ada, aku hanya ingin memberikan kejutan saja!" dalih June seraya menatap adik kandungnya dengan lekat.

Dinda yang merasa di perhatikan oleh June dengan tidak seperti biasanya, malah memicingkan mata dan langsung menghampiri June, kemudian memeluknya dengan erat.

"Kangen aku, ya, Bang?"

June melepas pelukan Dinda secara sepihak, membuat wanita itu langsung menarik napas panjang.

Dinda merasa kecewa dengan tingkah June yang di rasa tidak seperti biasanya.

"Lah, kenapa, Bang?” tanya Dinda di sela-sela kebingungannya.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan, aku harap kamu menjawabnya dengan jujur, Dinda," pinta June dengan sorot mata penuh keseriusan.

"Memangnya ada apa, Bang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Hal Penting yang Dzikri Ketahui

    "Ada apa Fauzi dan ... siapa mereka?" tanya wanita paruh baya yang memakai tudung kepala dari anyaman bambu.Fauzi menghela napas panjang, dia bergegas turun dari teras, menghampiri kedua orang tuanya yang masih mematung di tempat dengan raut wajah kebingungan."Lebih baik kita ngobrol di dalam saja. Soalnya ini masalah yang cukup serius," balas Fauzi sambil menoleh ke belakang, menatap Dinda dan Dzikri sekilas.Sontak saja, kedua orang tua Fauzi saling pandang dengan cukup lama. Keduanya seakan-akan berbicara melalui lirikan mata. Fauzi yang sadar akan hal itu, kembali berbalik, melangkah ke hadapan Dinda dan Dzikri yang tengah bungkam."Mas, Mbak, ayo masuk! Biar kita bicarakan semuanya di dalam," ajak Fauzi dengan ramah kepada Dinda dan Dzikri."Baik, terima kasih. Ayo, Dinda kita masuk!""Ayo!"Baru ketika Dinda bangkit dari duduk, kedua orang tua Fauzi datang menghampirinya dan Dzikri."Iya, kalian boleh masuk dulu. Kami akan bersih-bersih sebentar," pesan Ibunya Fauzi."Baik, B

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Kerabat Nadin

    Sepanjang perjalanan menuju rumah kerabat mendiang kedua orang tua angkat Nadin, pikiran Dzikri dan Dinda terus saja berkecamuk.Dalam benak masing-masing, terus terbesit berbagai ribu pertanyaan mengenai alasan kenapa Nadin bisa sampai tega membunuh orang tua angkatnya.Entah hanya itu tuduhan semata atau memang benar begitu adanya. Tetapi, Dinda masih saja tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tiba-tiba saja, dalam benak Dinda terlintas sekilas bayangan tentang Nadin yang pertama kali dia temui. Di mana wanita itu terlihat begitu polos dan baik, tampang seperti pembunuh maupun wanita perusak hubungan orang, benar-benar nyaris tak terlihat.Bagi Dinda, Nadin terlihat seperti wanita pada umumnya saja. Tidak ada sedikitpun rasa curiga dalam hatinya terhadap Nadin."Lagi ngelamunin apaan?" tanya Dzikri sembari menyenggol lengan Dinda.Sontak, Dinda menoleh, kemudian menggeleng pelan."Tidak, aku lagi memikirkan tentang Nadin saja. Aku--""Ini rumahnya," potong si wanita paruh baya

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Mencari Tahu Soal Nadin

    "Jadi, ini tempatnya?" tanya Dinda pada pria yang duduk di sampingnya, yaitu yang tidak lain adalah Dzikri.Kebetulan sekali, hari ini Dinda dan Dzikri memilih untuk tidak masuk kantor. Keduanya sepakat untuk datang ke desa tempat di mana dulu Nadin tinggal.Selain perjalannya yang cukup memakan waktu, belum lagi kondisi jalanan serta hal lainnya yang membuat Dinda dan Dzikri sampai di desa tersebut di luar perkiraan keduanya. Beberapa kali Dzikri menghela napas, kala netranya menatap jalanan yang hanya berlapiskan batu serta tanah merah. Tidak bisa dia bayangkan, bagaimana kondisi jalan ini ketika diterpa hujan."Sepertinya memang betul. Tetapi, apa kamu merasa tidak aneh?" tanya Dzikri sambil menoleh ke arah Dinda. Kebetulan dia tengah menepikan mobil di pinggir jalan, berisitirahat sejenak."Maksudmu?" Dinda malah balik bertanya sambil menatap layar gawainya.Wanita itu sedikit kesal, karena jaringan internet susah sekali dia dapatkan ketika masuk ke desa ini. Malahan sedari tadi

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Keributan di rumah Ella

    "Mas, ada apa? Coba ceritakan secara jelas!" pinta Ella pada Tomo.Tomo yang tampak begitu kebingungan dan putus asa, terus menjambak rambutnya dengan kasar seraya terus berjalan mondar-mandir, dia tidak terlalu menghiraukan permintaan istrinya.Ella yang sadar, kalau Tomo tengah amat kebingungan, gegas menghampiri Tomo, mengenggam tangan suaminya itu dengan kasar."Mas, sudah diam dulu! Sekarang ceritakan padaku, sebenarnya ada apa?! Aku tidak akan pernah tahu, kalau kamu terus bersikap seperti ini."Ella yang terlanjur kesal dengan suaminya, tidak ragu berteriak di depan wajah Tomo hingga pria itu terpaku di tempat.Sesekali Tomo menghela napas panjang, dia bergegas melangkah menuju kursi kayu yang ada di depan rumahnya dan segera mendaratkan bobot tubuh di atasnya."Ella, kamu tahu, Burhan, 'kan?""Tentu saja, memangnya siapa yang tidak tahu dengan Burhan, dia 'kan sosok orang kaya yang--""Stop!" Tiba-tiba saja Tomo berteriak, memotong ucapan Ella dengan cepat, hingga wanita itu t

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Tomo

    Arkan tampak gelagapan, kedua bola matanya bergerak dengan cepat, terlihat pula jika jari tangannya saling bertautan, meremas satu sama lain.Kentara sekali, kalau Arkan begitu gugup dengan pertanyaan Dinda. Malahan sesekali dia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Be-benarkah seperti itu, Sayang? Ah, gila sekali! Padahal dia mengatakan padaku sudah mengajak beberapa karyawan yang lain," dalih Arkan di depan Dinda. Malahan Arkan sampai menyilangkan tangan di dada sembari memasang wajah kesalnya. Melihat akting Arkan yang cukup baik, Dinda langsung tersenyum tipis. Dalam hati, dia tidak ragu memberikan Arkan dua jempol sekaligus."Tentu saja, jadi kamu tidak tahu soal itu?"Arkan menggeleng cepat, berusaha berakting sebaik mungkin di depan Dinda. "Tidak, Sayang. Dia benar-benar pendusta, aku benci manusia seperti itu," ucap Arkan dengan penuh penekanan di tiap kalimat.Mendengar hal tersebut, rasanya perut Dinda langsung bergejolak. Ingin rasanya dia memuntahkan sei

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Desakan Ibu Arkan

    Dinda mengangguk pelan, dia meletakkan beberapa makanan yang sempat dia bawa dari rumah, termasuk buah-buahan dan makanan sehat untuk Arkan.Meskipun Dinda telah di sakiti oleh Arkan, tetapi dia masih sedikit memiliki rasa peri kemanusiaan pada orang tersebut. Dalam pikiran Dinda, dia tidak akan berhenti berbuat baik pada orang lain, meskipun orang tersebut justru berbuat jahat padanya. Karena biar Tuhan saja yang membalas semuanya. "Baik, Ma." Dinda duduk tepat di samping Ella."Dinda, bagaimana dengan persiapan pernikahannya?" tanya Ella dengan begitu antusias sembari mengenggam tangan calon menantunya.Dinda yang sebenarnya cukup malas, ketika membahas tentang pernikahannya dengan Arkan, hanya bisa menjawab dengan asal-asalan saja. Terpenting bagi Dinda adalah, apa yang dia berikan pada Ibunya Arkan cukup masuk akal. Biarkan saja wanita itu tahu semuanya nanti."Ya, begitu saja, Ma. Lagipula pernikahan kami masih lama. Jadi, hanya baru beberapa persen saja."Ella menghela napas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status