Gentong air untuk mandi Resi Sabda Jati dan adik perempuan Bisawarna sudah terisi penuh. Bisawarna pun telah memenuhi gentong yang ada di kamarnya untuk mandinya sendiri. Rasa penat dan banyaknya kekuatan yang dikeluarkan setelah seharian berlatih memanah membuatnya panas. Dia juga ingin mandi dengan air di gentongnya itu. Air yang disimpan di gentong menimbulkan kesejukan dan kesegaran tersendiri. Bukan hanya saat digunakan untuk mandi, tetapi air minum yang tersimpan di gentong-gentong yang ada juga menyebabkan kesegaran dan kesejukan bagi siapa saja yang meminumnya. Gentong itu asli terbuat dari tanah merah Padepokan Jati Jajar.
Beberapa jam telah berlalu. Mentari sudah sekian lama terbenam. Bintang gemintang bertaburan di kegelapan malam. Bulan sudah ikut terbenam menyusul matahari, beberapa saat yang lalu. Tanggal muda, bulan cepat terbenam. Gelap. Taburan cahaya bintang tidak mampu menerangi bumi seutuhnya.Bisawarna berdiri di dalam kamarnya. Sedari tadi dia berdiri bertumpu di jendela kamar yang sengaja ia buka. Ia menatap taburan langit malam untuk menenangkan diri. Perkataan ayahnya, Resi Sabda Jati, sore tadi masih terngiang di telinganya. Sudah sepenuh kemampuan ia berlatih memanah, bahkan panahnya sudah mengenai semua sasaran, masih dibilang “itu baru pemanasan.”Memang, ketika dibandingkan dengan ayahnya, kemampuan memanahnya masih sangat jauh levelnya. Ksatria mana yang mampu membelakangi sasaran panah, tetapi ketika anak panah itu dilepaskan masih bisa tepat mengenai sasarannya? Di dunia ini mungkin hanya beberapa gelintir orang saja yang mempunyai kesaktian seperti Resi Sabda Jati.Di tengah lamunannya, tiba-tiba terdengan suara ketukan pintu.“Siapa?” tanya Bisawarna.“Saya, Kakang. Sekar Jati.” Jawab orang itu dari balik pintu.“Masuklah, adikku!”Sekar Jati lalu membuka pintu kamar Bisawarna dan masuk ke dalamnya.“Kakang, kenapa tidak keluar ikut makan bersamaku dan Bopo Resi? Dari tadi bopo sudah menunggu Kakang.” Tanya Sekar Jati.“Aku tidak lapar, Dinda.” Jawab Bisawarna.“Kakang, aku tahu kakang pasti memikirkan sesuatu. Pasti tentang latihan memanah hari ini. Iya, kan?” selidik Sekar Jati.“Hmmm...” “Kakang, tidak usah terlalu dipikirkan. Saya yakin, Kakang nanti akan sehebat Bopo Resi. Bahkan lebih hebat daripada beliau. Kakang, kan baru tujuh hari ini latihan memanah. Jadi, wajar jika masih kalah dengan kemampuan Bopo Resi.”Bisawarna mulai menutup jendela dan berbalik ke adik perempuannya itu.“Kakang Bisawarna tetap perlu makan agar kemampuan Kakang juga bertambah. Kalau Kakang tidak makan, nanti akan sakit. Bagaimana Kakang akan bisa meningkatkan kemampuan kalau sakit? Yang ada malah semakin lemah. Izinkan aku mengambilkan makanan untuk Kakang.”Sekar Jati berbalik dan segera meninggalkan kamar Bisawarna.“Sekar Jati ...” Bisawarna bermaksud melarang Sekarjati mengambilkan makanan untuknya. Tetapi ia terlambat. Sekarjati telah keluar dari kamarnya.Bisawarna kemudian duduk di kursi di dekat ranjangnya. Di dalam kamar yang berukuran sekitar 4x4 meter itu, selain ranjang, adapula lemari pakaian, sebuah meja dan tiga buah kursi. Semuanya terbuat dari kayu jati. Tiang dan dinding papan semua rumah di Padepokan Jati Jajar terbangun dari kayu jati. Kerajaan Jati Sewu memang kaya akan kayu jati.Tidak lama kemudian, Sekar Jati masuk dengan membawa nampan berisi nasi, lauk, sebuah kendi, dan dua buah gelas. Dengan cekatan, gadis itu menaruh nampan nasi ke atas meja yang ada.“Kakang mau makan dengan lauk apa? Ikan bakar atau botok udang? Ikan dan udang tangkapan para murid padepokan hari ini sangat banyak. Mereka bisa makan puas malam ini.”“Ikan bakar saja. Aku suka ikan bakar.” Jawab Bisawarna.“Nasinya yang banyak, ya, biar kenyang!” kata Sekarjati sambil mengambilkan nasi untuk kakaknya.“Tidak usah diambilkan! Aku bisa mengambil sendiri nanti. Aku belum mau makan. Aku masih kenyang.” Kata Bisawarna.“Kakang harus makan.” Tegas Sekar Jati.“Iya, nanti .....”“Sekarang!”Belum selesai Bisawarna berbicara, Sekar Jati sudah memotongnya.“Saya tidak akan keluar sebelum Kakang makan. Dan untuk memastikan itu, saya harus melihat Kakang makan sekarang.” Tambah Sekar Jati.“Baiklah, baik. Kakang akan makan sekarang.” Bisawarna tidak mampu menolak perintah adiknya itu. Bisawarna selalu kalah ketika adiknya memerintahkan. Dalam berbagai hal. Bukan hanya makan. Sebenarnya, Bisawarna tidak tahu apakah itu perintah atau paksaan.Pagi menyapa dunia. Mentari bersinar cerah menerpa seluruh permukaan Bumi Katimuran. Para pejabat kerajaan, prajurit, dan abdi dalem Kerajaan Slendro Sanga telah terbangun semenjak fajar shadiq muncul. Rasa segar dialami oleh semua. Sungguh luar biasa tidur hanya sebentar tetapi terasa sangat sehat dan nyaman. Bangun pagi pun tidak merasakan kantuk lagi.‘Gong! Gong! Gong!’Gong istana dipukul tiga kali. Paseban darurat. Seluruh prajurit dan abdi dalem kerajaan segera berlari menuju istana. Para pejabat tinggi duduk di kursi masing-masing. Para prajurit dan abdi dalem duduk memenuhi halaman istana sampai alun-alun kerajaan. Rakyat jelata turut keluar rumah menyaksikan fenomena langka tersebut. Dalam hati penuh kekhawatiran, penuh tanda tanya, musibah apa yang akan terjadi.“Seluruh pejabat, prajurit, abdi dalem, dan rakyat Slendro Sanga.” Sapa Prabu Gendhing Pitu membuka pembicaraan dalam paseban.“Tujuh hari yang lalu, seorang utusan dari Kerajaan Waringin Sungsang datang menyampakan
Kakang Mas,Aku tahu bahwa peperangan di Slendro Sanga tidak akan bisa dihindari.Aku tahu bahwa Kakang Mas sudah menguasai berbagai macam ilmu dan jurus yang diajarkan Bopo Resi di Jati Jajar.Namun, Kakang Mas belum pernah menghadapi perang besar sebelumnya. Kakang baru mengeluarkan jurus-jurus yang Kakang kuasai untuk mengatasi begal atau preman pasar di sekitar Jati Jajar.Musuh yang akan Kakang hadapi pasti lebih banyak dan lebih sakti daripada begal-begal dan preman-preman itu.Aku khawatir, Kakang.Namun, aku tidak bisa mencegah ataupun melarang kepergian Kakang ke Slendro Sanga. Peperangan yang akan Kakang Mas hadapi, bisa dijadikan tempat latihan yang sesungguhnya.Dunia sudah semakin tua,Di masa depan, mungkin peperangan akan sering terjadi. Bukan hanya perang-perang kecil antarkampung, tetapi perang besar antarkerajaan. Bukan hanya perang melawan musuh, tetapi bisa jadi berperang melawan saudara sendiri.Aku khawatir, Kakang.Khawatir tentang masa depan. Lebih khawatir lag
Penyusunan strategi pertahanan telah usai. Semua yang mendapat amanah sebagai pemimpin pasukan di setiap pos penjagaan segera menyiapkan pasukan masing-masing. Persiapan sebelum perang itu penting. Perang tidak hanya masalah adu kekuatan atau keterampilan menggunakan senjata saja. Banyak hal yang menjadi faktor penunjang keberhasilan peperangan.Hal pertama yang disiapkan sebelum berperang setelah pemilihan pasukan adalah mengecek ketersediaan senjata. Senjata berperan penting dalam perang. Perang tanpa senjata ibarat bunuh diri secara konyol. Hal berikutnya adalah perbekalan makan dan obat-obatan. Perang bisa saja terjadi dalam waktu yang lama. Bisa lebih dari sehari atau dua hari. Untuk memulihkan tenaga ketika istirahat dari peperangan, tentu makanan menjadi faktor utama memulihkannya. Di dalam peperangan, besar kemungkinan ada pasukan yang terluka. Obat-obatan berperan penting untuk menyembuhkan luka-luka yang dialami pasukan. Kalau tidak segera ditangani dengan obat yang cepat da
Malam, menjelang hari pertempuran direncanakan, Prabu Panji Anom di istana kerajaan Trembesi Agung merasa bimbang. Kerajaan Slendro Sanga merupakan kerajaan yang baik dalam hubungan bilateral. Selama ini, antara Trembesi Agung dan Slendro Sanga saling melengkapi satu sama lain dalam kegiatan ekspor-impor guna memenuhi kebutuhan antarkedua kerajaan. Lebih dari itu, Patih dari kejaraan Slendro Sanga merupakan sahabat baik prabu Panji Anom. Bukan hanya sahabat terbaik, Patih Gangsa Munya adalah kakak seperguruan prabu Panji Anom sewaktu masih berlatih bela diri kala mereka masih remaja. Hubungan itu terus berlanjut sampai saat ini.Namun, Trembesi Agung saat ini sudah di bawah jajahan Waringin Sungsang. Trembesi Agung mau/tidak mau harus menuruti keinginan penguasa Waringin Sungsang jika masih ingin ada di atas bumi. Keinginan Panji Anom untuk menyerang, selalu dibayang-bayangi oleh sosok Patih Gangsa Munya yang dulunya sering mengajari Panji Anom ketika kesusahan menguasai suatu jurus.
Raden Senopati Alap-alap Ireng dan Alap-alap Putih memerlukan waktu dua hari untuk melakukan perjalanan ke Trembesi Agung maupun ke Cemara Sewu. Artinya, itu merupakan hari keenam semenjak Prabu Gagak Laga mengirimkan surat ke Slendro Sanga.Di Kerajaan Trembesi Agung, Prabu Panji Anom sedang melakukan paseban dengan para pejabat pemerintahan kerajaan. Dalam paseban, mereka masih membahas tentang kekalahan yang mereka alami ketika menghadapi serangan dari Waringin Sungsang. Banyak prajurit yang gugur di medan laga. Tidak sedikit pula anak-anak, orang tua, dan wanita yang tidak ikut terlibat dalam peperangan turut menjadi korban. Anak panah dan tombak yang salah sasaran, pantulan energi serangan, dan serpihan-serpihan senjata lain yang digunakan dalam peperangan menghampiri mereka dari arah yang tidak diduga-duga dan dalam waktu yang tiba-tiba.Ketika tengah membahas hal tersebut, Alap-alap Putih datang tanpa permisi ke tengah-tengah paseban. Semua orang, termasuk Prabu Panji Anom dika
Hari mulai pagi. Terpaan sinar mentari menyebar menerangi bumi. Pangeran Laras Maya, Raden Bonang Tinabuh, Gambang Rinengga, dan Bisawarna telah memacu kuda yang mereka kendarai masing-masing. Mereka berangkat tepat matahari terbit tadi.Sementara itu, di sisi bagian barat Negeri Katimuran, di Kerajaan Waringin Sungsang, Prabu Gagak Laga sedang duduk di singgasananya. Di hadapannya ada Patih Gagak Yuda, yang tidak lain adalah saudara kembar prabu Gagak Laga, tetapi Gagak Yuda lebih muda beberapa jam dari Gagak Laga. Raja dari Kerajaan Ngangrangan, prabu Semut Jrabang, juga turut hadir, memenuhi undangan prabu Gagak Laga. Selain itu, para senopati dan punggawa kerajaan Waringin Sungsang turut hadir memenuhi paseban yang diadakan Prabu Gagak Laga.“Prabu Semut Jrabang,” sapa Gagak Laga.“Hamba, Gusti Prabu.” Jawab Semut Jrabang.“Terima kasih telah mau bergabung dengan sukarela menjadi bagian dari Waringin Sungsang. Rakyat dan kerajaanmu aman sentosa, tidak ada setetes pun darah yang te