Share

ANAK  YANG TERBUANG
ANAK YANG TERBUANG
Author: Muezza

PERTEMUAN KELUARGA

"Ma, Pa, Mas Uki besok malam mau ke rumah. Dia mau minta restu sama mama dan papa buat melamar Ara," ucap Zahra malu-malu saat makan malam bersama kedua orangtuanya.

"Wah, bagus dong!" jawab Pak Dirga, Ayah Zahra.

Zahra Damariva atau biasa dipanggil Ara, telah menjalin kasih bersama Uki sejak mereka masih bersekolah di SMA 8 Jakarta.

Mereka sempat menjalani LDR saat Uki mendapatkan beasiswa kuliah di Jepang dan Ara tetap berada di Jakarta. Sepulangnya Uki ke Indonesia, Uki mendapatkan tawaran pekerjaan di salah satu perusahaan asing. Menjadi seorang manager keuangan.

Uki yang merasa sudah siap secara lahir dan batin juga finansial, memutuskan untuk menikahi pujaan hatinya. Zahra Damariva. Ia pun akan mendatangi rumah orangtua Zahra.

"Boleh kan, Ma, Pa?" tanya Ara.

"Boleh dong!"

Ara bersama kedua orangtuanya pun menyambut hangat niat baik Uki. Keesokan harinya, Pingkan, Mama Zahra dibantu asisten rumah tangga pun membuat menu makan malam spesial.

Ara pun tidak mau kalah, ia pun mempersiapkan dirinya, pergi ke salon dan membeli beberapa pakaian untuk menyambut kedatangan Uki dan juga Ibunya nanti.

Waktu yang dinanti pun tiba. Uki akhirnya sampai di kediaman Dirgantara yang mewah. Uki pun disambut hangat oleh keluarga kekasihnya itu.

Setelah makan malam, Uki pun tidak membuang waktunya. Ia langsung mengungkapkan niat baiknya untuk meminta restu dan melamar Ara.

"Kalau bapak sama ibu mengijinkan, insya Allah saya akan menikahi Ara. Kalau sudah oke, saya pasti akan membawa ibu saya ke sini untuk melamar Ara secara resmi!" ucap Uki dengan wajah tegang.

Pak Dirga dan Pingkan menatap Uki yang tegang. Wajah terlihat sedikit pucat. Ada rasa kecemasan jika lamarannya itu ditolak orangtua Zahra.

Pak Dirga pun tersenyum,"Kalau bapak sama ibu sih terserah Ara saja. Kalau semuanya oke, kami pasti merestui!" ucap Pak Dirga dengan gelak tawa untuk memecah ketegangan.

"Alhamdulillah."

"Insyaallah, secepatnya saya akan bawa ibu saya ke sini untuk melamar Ara secara resmi!" tegas Uki. Zahra pun tersenyum lepas.

---

Zahra dan kedua orangtuanya pun mempersiapkan rumahnya agar terlihat cantik. Bukan hanya menghiasai rumahnya dengan aksesoris dan bunga agar terlihat menarik, kedua orangtua Zahra pun menyiapkan banyak makanan untuk menyambut Uki dan keluarganya yang akan datang melamar Zahra secara resmi.

Malam ini Uki akan datang bersama ibunya untuk melamar Ara secara resmi. Uki pun sudah menyiapkan sebuah cincin sebagai tanda pengikat hubungannya dengan Zahra.

Sekitar pukul 19.30, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah Tuan Dirgantara. Pingkan bersama Zahra pun langsung bergegas membuka pintu untuk menyambut kedatangan Uki dan ibunya.

Pintu pun diketuk. Ternyata benar dugaan Ara, Uki dan sang ibu sudah menunggu di depan pintu rumahnya.

"Mari, silakan masuk!" ajak Pingkan.

Ara dan mamanya itu langsung mengajak Uki dan Citra - Ibu Uki untuk menuju taman belakang. Di sana mereka sudah menyiapkan hidangan yang lezat untuk makan malam bersama.

"Pa, Papa!" panggil Pingkan saat suaminya masih sibuk di dalam kamar. Tidak berselang lama, Tuan Dirgantara pun keluar menemui Uki dan sang ibu.

Degh!

Wajah Tuan Dirgantara seketika berubah. Wajahnya menjadi tegang. Entah apa yang tengah terjadi. Namun, ia mencoba menetralisir keadaan dan mereka pun langsung makan malam sambil berbincang hangat di taman belakang.

---

"Ma, coba deh perhatikan. Mas Uki sama papa tuh sama ya. Banyak kemiripan," celetuk Ara. Mama Pingkan pun ikut menimpali karena ia juga merasakan persamaan itu.

"Papa suka pakai jam di tangan kiri. Mas Uki juga. Papa kalau makan ayam, kulitnya selalu belakangan. Mas Uki juga tuh. Lucu ya, Ma," celetuk Ara tertawa. Uki dan Mama Pingkan pun ikutan tertawa.

Namun, tidak bagi Dirgantara dan juga Citra yang pandangannya nampak datar. Tidak ada senyum, apalagi tawa dari keduanya.

Ketika selesai makan, di saat yang lainnya tengah berbincang, Pak Dirgantara pamit untuk ke dalam rumah. Tidak berselang lama, Citra pun berpamitan untuk ke kamar mandi.

Di ruang tamu, Dirga pun panik. Wajahnya tegang. Banyak hal yang harus dipikirkannya. Satu hal yang harus ia pikirkan, membatalkan rencana pernikahan Uki dan Zahra.

Mengapa?

"Ini nggak boleh terjadi. Mereka tidak bisa menikah. Aku harus gimana sekarang?" gumam Dirgantara.

Tidak berselang lama, Citra pun menghampiri Dirgantara yang tidak lain adalah mantan suaminya. Ya, Dirga dan Citra pernah menikah beberapa tahun silam hingga akhirnya Dirga pergi begitu saja meninggalkan Citra yang tengah mengandung Uki.

"Citra, ini nggak bisa dibiarkan. Mereka tidak boleh menikah!" ucap Dirga.

"Aku setuju, Mas!"

'Aku nggak mau tahu ya, Uki dan Zahra tidak boleh menikah. Apapun caranya, mereka tidak boleh bersatu!" tegas Dirgantara yang langsung meninggalkan Citra di ruang tamunya.

"Uki, jadi apa rencana kamu selanjutnya?" tanya Dirgantara memecah ketegangan saat kembali ke meja makan di taman belakang rumah bersama Citra.

Uki pun menjelaskan niatnya. Setelah melamar dan menikahi Zahra, ia akan melanjutkan studinya di Jepang. Mengambil S2. Ia pun akan membawa Zahra bersamanya agar bisa sama-sama melanjutkan studinya.

"Gimana kalau rencana pernikahan kalian ditunda dulu. Ya maksud Papa kalian kan masih muda. Banyak hal yang bisa dikejar. Kalian fokus sama karir dan studi masing-masing. Setelah itu, baru memikirkan soal pernikahan. Gimana?" ujar Tuan Dirgantara membuat Ara Uki bahkan Mama Pingkan ikut terkejut.

"Saya setuju!" ucap Citra lantang.

Uki pun syok saat mendengar ibunya ikut menyetujui tawaran Ayah Zahra itu agar keduanya menunda rencana pernikahan yang sudah disusun dengan matang oleh Zahra dan Uki.

"Loh, nggak bisa gitu dong, Pa. Uki dan ibunya kan datang ke sini untuk melamar Ara. Kita sambil merencanakan kapan pernikahan Uki dan Ara, kenapa Papa malah minta menunda?" seru Pingkan yang merasa ada kejanggalam.

"Pa, maksud papa apa sih? Ara nggak ngerti. Soal studi Mas Uki dan Zahra juga nggak akan menganggu rencana pernikahan kami. Kenapa sekarang papa jadi ingin kita menunda pernikahan?" tanya Ara yang mulai bingung.

Ara bingung. Entah apa yang terjadi dengan papanya yang sejak awal menyetujui hubungannya dengan Uki kini tiba-tiba tidak merestui dan menginginkan pernikahan itu gagal. Banyak timbul pertanyaan di benak Ara, juga di benak Pingkan tentang apa yang terjadi pada Dirgantara sebenarnya.

"Sudah kalian nggak usah banyak tanya.. Pokoknya pernikahan ini harus batal. Kalian tidak boleh menikah!" usco Dirgantara lantang.

Uki dan Ara pun seketika bangkit dari tempat duduknya. Ia tidak menyangka kebahagiaan itu tiba-tiba menjadi bencana baginya.

"Pingkan, bawa Ara masuk!" suruh Dirgantara. Pingkan pun semakin bingung dan tidak paham tentang hal yang terjadi.

"Ara, Pingkan, masuk!" Perintah Dirgantara. Pingkan pun tidak dapat bertindak apapun. Hanya bisa diam menerima perintah suaminya itu.

"Uki, ayo pulang!" ajak Citra yang langsung menarik tangan anak lelaki satu-satunya itu.

"Bu, tunggu, Bu! Uki harus tanya sama.Pqk Dirga, kenapa semuanya jadi begini? Apa yang sebenarnya terjadi, Bu?" ujar Uki.

Namun, Uki dan Ara akhirnya pasrah. Mereka tidak bisa berbuat apapun untuk menolak perintah Dirgantara dan juga Citra..

Sedangkan Pingkan yang tidak pernah mengetahui apa yang tengah terjadi pada suaminya pun menyimpan beribu tanya soal perubahan sikap sang suami.

"Kenapa semua jadi begini? Apa yang terjadi dengan Mas Dirga?" batin Pingkan.

Akankah Dirgantara dan Citra mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi?

bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status