Share

ANATASYA
ANATASYA
Penulis: Rvnrh

AWAL

"Ana, bangun sayang."

"Ana," panggilnya lagi. Gadis itu tidak ada pergerakan sama sekali.

"Ana." ibu Ana mengguncangkan tubuh Ana, tapi hasilnya nihil. 

"Ana kamu kebo banget sih!" Sarah–ibu Ana menaikan nada bicaranya.

Karena suara ibunya dan guncangan di tubuhnya, membuat Ana terbangun.

"Eunghh," lenguh Ana.

Sepertinya nyawa gadis itu belum terkumpul sepenuhnya, terbukti dari matanya yang masih merem melek.

"Apa, bu?" tanya Ana, dengan suara serak, khas bangun tidur.

Mata Ana masih terpejam, tidak ada niatan buat dia bangun.

"Cepat bangun!" 

"Hari ini kamu sekolah, jangan sampai telat." ujar Sarah.

Oh iya Ana baru ingat. Ana langsung bangkit dari kasur kesayangannya, dan beranjak menuju kamar mandi.

Sarah yang melihat itu, pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak butuh waktu lama untuk Ana menyelesaikan ritualnya di kamar mandi. Sekarang gadis itu sudah siap dengan baju seragamnya, lengkap dengan sepatu dan tasnya.

"Morning ibuuuuu" teriak Ana.

"Morning cantik," balas Sarah.

"Sini duduk." ajak Sarah, Ana mengangguk dan berjalan menuju kursi di sebelah Sarah.

"Ayah kemana bu?" tanya Ana di sela kunyahannya.

"Ayah kamu, udah berangkat, subuh tadi." 

Ana hanya menganggukan kepalanya. Ia tahu, ayahnya itu bekerja jadi tukang kuli. Bahkan terkadang ayahnya sampai tidak pulang karena rumahnya yang jauh, dan tidak mempunyai ongkos.

"Yaudah, aku berangkat ya, Bu." Ana menyalimi tangan Sarah, dan beranjak dari sana.

Jarak dari rumah Ana ke sekolah tidak terlalu jauh, jadi Ana tidak perlu repot-repot mengeluarkan ongkos. Ana bersyukur karena rumahnya yang dekat dengan sekolah, karena itu jadinya Ana bisa menghemat uang.

Ana berjalan memasuki area sekolah, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Ana itu gadis yang cantik dan manis. Tidak heran jika banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Akan tetapi, Ana tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia tetap melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Matanya lurus menatap kedepan dengan tatapan lembut.

Baru saja Ana mau menginjakan kakinya di teras kelas, sebuah tangan sudah bertengger di bahunya. Ana tersentak kaget, otomatis dia menghentikan langkahnya. Ana melihat ke arah si pelaku.

"Ish! Ngagetin aja." Ana memegang dadanya yang dugdegdugdeg.

Itu adalah Amanda–sahabat Ana.

"Hehe, maaf. Yaudah ayo gasken lagi." Amanda membawanya menuju tempat duduk.

"Ana." panggil Intan.

"Elsa," Hana menyahut.

Hana dan intan, mereka sahabat Ana dari jaman SMP. Kalo Amanda sahabat sejak pertama masuk SMA.

Ana menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan kedua sahabatnya.

"Apaan si lo nyahut aja!" Intan melirik sinis Hana. Kedua gadis itu emang tidak pernah akur sedari dulu. Tapi mereka tidak pernah bertengkar hebat.

"Ya terserah gue dong, mulut mulut gue! Kok lu yang repot." Hana menjulurkan lidahnya, meledek.

"Udah-udah. Ribut Mulu." lerai Amanda.

"Iya, nih," timpal Ana.

Semuanya kembali senyap, murid-murid di kelasnya masih banyak yang belum datang. Jadi kelas masih sepi.

"Na." panggil Intan

Hana dan Ana menoleh ke arahnya. 

"Ana maksud gue." lanjut Intan. Intan mendapat plototan tajam dari Hana.

"Kenapa gak panggil nama aja Bambang! Jadi gue juga gak bakalan nengok." Hana mendengus. Sepertinya suasana hati Hana sedang tidak baik, bisa di lihat dari sikapnya yang sensian.

"Kenapa tan?," tanya Ana.

"Heh! gue bukan tante lo ya!" serongot Intan.

Ana merotasikan bola matanya malas.

"Kan nama lo Intan! Jadinya gue panggil lo Tan." jawab Ana, ngegas.

"Ohh iye, santai dong. Jadi gini gue mau tanya. Lo balik sekolah mau langsung kerja?" tanya Intan.

Ana mengangguk.

"Oh, oke." balasnya.

"Udah gitu doang?" tanya Ana.

"Iyalah, apa lagi." jawab Intan acuh.

"Gak jelas banget lo" Ana memutar tubuhnya kembali melihat kedepan.

Ana duduk di barisan ketiga dari tengah, dan Intan duduk di bangku belakang Ana. Intan bersama Amanda dan Ana bersama Hana.

Tak berselang lama pak Candra datang dengan gagahnya, pak Candra ini guru olahraga. Kelas Ana mendapatkan jadwal olahraga di hari Senin. Sebenarnya Ana suka pelajaran olahraga. Tapi, kalo olahraganya hari Senin mah males, capek. 

Habis upacara langsung olahraga 'kan gak elit.

"Sekarang kalian kumpul di lapangan, kita akan melaksanakan upacara bendera." ucap Pak Candra selaku wali kelas, ucapannya langsung di angguki seluruh murid.

"Iya pak."

"Sip, pak!"

"Gaskeun."

"Euhh males banget."

Itulah balasan dari sebagian murid.

Ana berjalan bersama ketiga sahabatnya menuju lapangan. Di sana sudah banyak sekali murid yang berjajar rapi, mulai dari kelas 10 sampai 12.

Oh ya. Just info. Ana itu masih kelas 11.

Ana berdiri di barisannya, menunggu pemimpin upacara memulai kegiatan upacara.

40 menit sudah, sekolah Lenggara melaksanakan kegiatan upacara. Sekarang waktunya pak kepala sekolah memberikan nasehatnya.

Tes tes.

Suara mikrofon dari arah depan mengalihkan atensi para murid. Di depan sana terdapat bapak kepala sekolah yang mau menyampaikan sesuatu.

"Selamat pagi, anak-anak." sambutan pak Hendra terdengar.

"Pagi pak!" jawab seluruh murid serentak.

"Untuk sekarang kalian akan di liburkan satu hari. Di karenakan guru-guru ada rapat mendadak. Oleh karena itu, untuk hari ini kalian boleh pulang cepat."

Sontak sorak gembira memenuhi lapangan sekolah. Mereka semua berbondong-bondong memasuki kelas untuk membawa tasnya. Ana dan ketiga sahabatnya tersenyum gembira. Apalagi Ana, Ana jadi banyak waktu untuk bekerja, dan menambah penghasilan.

Setelah sudah mengambil tasnya, yang sangat butuh perjuangan. Karena di koridor banyak sekali murid yang terburu-buru. Entah yang mau mengambil tas, dan berjalan pulang. Ana sekarang sudah berada di depan gerbang sekolah, ketiga sahabatnya sudah pulang terlebih dahulu. 

Ana sedang menunggu angkutan umum, buat ia tumpangi menuju tempatnya bekerja. Ana melihat ke arah Kanan dan kiri, sampai matanya menatap angkot yang tujuannya ke tempat Ana bekerja.

Ana melambaikan tangannya. Angkot itu berhenti tepat di hadapan Ana. Ana bergegas masuk.

Di dalam sana banyak sekali orang. Ana terhimpit oleh seorang ibu yang membawa banyak sekali belanjaan. Tapi Ana tidak merasa risih. Karena ia sudah terbiasa. Angkot yang di tumpangi Ana berhenti tepat di depan Caffe tempat Ana bekerja. Setelah membayar sesuai tarif, Ana berjalan menuju Caffe.

"Na, tumben lo jam segini udah datang. Gak sekolah lo?" tanya Anggi, teman Ana di tempat kerja.

Anggi ini yang pertama kali menyapa Ana, waktu hari pertama ana bekerja. Karena hampir semua karyawan sifatnya dingin dan tidak peduli. Jadi Ana bersyukur ada Anggi di sana.

"Iya, soalnya guru-guru pada rapat. Jadi sekolahnya di liburkan." jawab Ana.

"Oh, gitu."

Ana mengangguk.

"Yaudah, sana ganti baju dulu."

Ana berjalan menuju loker. Setelah selesai mengganti baju, Ana langsung menuju kasir. Ya, ana bekerja di bagian pembayaran. Tapi sesekali Ana membantu menjadi pengantar makanan.

"Eh na, tau gak? Masa ya katanya bos kita seumuran loh sama kita." ujar Anggi. Dia ini emang suka sekali menggosip.

"Masa sih." jawab Ana.

"Iya, beneran." 

Selama Ana bekerja di sana, dia belum pernah melihat tampang bosnya itu. Karena yang sering datang itu sekertarisnya.

Ana hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

~~~~~~~

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status