Share

Bab 17

***

Sudah dua hari aku tak mendengar suara Anin. Tak melihat wajahnya. Tak menghirup aromanya.

Kerinduan itu yang kini membuatku terpekur di tepi ranjangnya. Resah. Kuraba bedcover, seakan kudengar tawanya ketika kugoda. Tanpa sadar bibirku melebar, mengingat keluguannya, kepolosannya. Dan yang tiba-tiba menghambat nafasku adalah ketulusannya.

Yah, Anin tulus saat menyatakan cinta padaku. Aku bisa menilai dari setiap suku kata yang berikatan dengan mimik muka dan gerak matanya. Ada yang meremas dadaku saat bibir ini justru mengelak, lalu menyakitinya dengan penolakan.

Aku ingin dia di sini tapi harapan seperti itu jahat sekali. Dan kenapa di otakku masih ada harapan semacam itu? Aku yakin sudah melakukan hal benar, membiarkannya pergi adalah keputusan yang sahih kan? Sudah lama aku mengambil sari patinya, sudah saatnya aku melepasnya sebelum layu dan berhenti tumbuh lalu menjadi sampah.

Jujur aku tidak menyangka, ternyata Anindya tetap bungkam

Aulia Lapan Bilan

Sangat mengharap vote dan komentar pembaca

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status