"Suamiku sayang,......! Apakah aku pembawa sial bagimu! Kenapa hampir dua kali kita kehilangan nyawa karena kecantikanku! Huhuhuhuhu,.........!" Anaya menangis tersedu-sedu. "Istriku sayang,....! Jangan berkata seperti itu! Engkau adalah segalanya buat aku! Kita saja yang sial bertemu selalu dengan orang jahat!" Ansen berkata menjawab Anaya. "Istriku sayang! Ini semua adalah salahku! Andai aku ini seorang pendekar sakti, Maka tidak akan ada orang yang berani mengganggu kita!" Ansen menyambung ucapannya. "Istriku sayang! Aku berjanji akan selalu menjagamu seumur hidupku! Kita akan selalu bersama sampai nanti kita tua!" Ansen berkata lagi dengan mesra. Dia mengecup kening Anaya dengan sangat lembut. Mereka berdua lalu berpelukan dengan erat, Lalu mereka tertidur dengan lelap sekali. Senyum manis terukir di wajah mereka berdua. Fenghui dan Wujin akhirnya sampai di Hotel Ewall. Fenghui segera menghubungi Ansen. Lalu mereka berdua duduk menunggu di lobi hotel. Tak lama kemudian Ansen
Liuxie terus mengejar Sudiro dengan berlompatan di antara pohon-pohon rindang. Dia mengikuti jejak aura yang ditinggalkan oleh Sudiro. Dibelakangnya beberapa anak buahnya mengikuti Dia dengan cepat. Aura membunuh dari mereka semua sangat terasa sekali. Mereka lalu berhenti di depan Hutan Larangan. Liuxie diam menatap Hutan Larangan itu. Jejak aura Sudiro sangat jelas masuk kedalam hutan larangan ini. "Tuan Liuxie! Apakah kita benar-benar akan masuk ke dalam Hutan Larangan ini?" Seorang anak buah Liuxie bertanya dengan mimik muka serius. "Kita tidak punya pilihan! Jika kita tidak mengejarnya maka kita akan mendapat hukuman dari Tuan Wujin! Kita harus membawa Sudiro, Hidup atau mati!" Liuxie menjawab sambil menghela napasnya. Sebenarnya Liuxie sendiri tidak akan mau masuk ke dalam Hutan Larangan ini. Dia sangat takut bertemu salah satu pendekar jahat yang sedang berlatih disitu. Namun jika Liuxie kembali maka Tuan Wujin pasti akan sangat marah. Tuan Wujin pasti akan memberikan huku
"Sudiro! Akhirnya kami menemukanmu! Sekarang hari kematianmu telah tiba!" Liuxie berkata dengan sangat senang. Akhirnya mereka berhasil menemukan Sudiro. "Ayo,.....Kepung Dia! Jangan biarkan Dia sampai lolos lagi" Liuxie memberikan perintah kepada anak buahnya. Segera mereka semua mengelilingi Sudiro. Liuxie sangat senang, Sudiro tidak dapat lagi melarikan diri lagi. "Hehehehehehe,........! Kalian hadir disaat yang tepat! Kalian pikir aku mau lari lagi! Sekarang justru kalian yang harus mati!" Sudiro mencibir mengejek Liuxie dan anak buahnya. Lalu Sudiro lalu bekata kepada jiwa Wangheu, "Wangheu! Sekarang berikan semua kekuatanmu kepadaku!" "Baik Tuan! Bersiaplah, Aku akan menuju pusat kultivasimu!" Jiwa Wangheu menjawab dengan hormat. Lalu jiwa Wangheu bergerak cepat menuju pusat kultivasi Sudiro. Jiwa Wangheu lalu berkata, "Tuan Sudiro! Bertahanlah! Proses penyatuan kekuatan ini akan sangat menyakitkan Tuan! Ini karena Tuan tidak memiliki kultivasi apapun! Tuan harus bertahan y
Pagi hari merekah cerah di Hotel Ewall, Anaya terbangun di pelukan Ansen. Dia menatap wajah Ansen, lalu mencium keningnya dengan mesra.Ansen membuka matanya, Dia melihat wajah yang amat disayanginya menatapnya dengan mesra. Ansen langsung mencium bibir Anaya dengan penuh nafsu, "Hmpppp,................!""Ayang,....! Semalam kan sudah sampai dua kali! Aku capek sayang!" Anaya mencoba menolak Ansen. Tapi Ansen semakin ganas menyerangnya, akhirnya mereka terhanyut dalam lautan asmara. Mereka bergumul dengan membara, 15 menit kemudian akhirnya permainan mereka usai. Ada senyum kepuasan tak terhingga di wajah mereka berdua. "Sayang! Ayo kita temui paman Fenghui! Dia datang semalam bersama Wujin! Ada hal penting yang harus kamu ketahui isriku sayang!" Ansen berkata kepada Anaya. "Oh yah! Aduh, ada hal penting apa yah sayang! Apa ada masalah yah sayangku!" Anaya menjawab dengan penasaran. "Ada kabar gembira! Sudahlah, Ayo kita bersiap-siap! Mereka sudah menunggu kita di restoran!" Anse
"Hehehehehe,.....! Ibu Mertua, Aku mw tambah lagi! Masakanmu memang sangat enak!" Ansen berkata kepada Marina seraya memberikan piring makannya. "Tentu, Menantu kesayanganku! Silahkan makan sepuasnya yah!" Marina menjawab dan dengan cepat mengambil piring makan Ansen. Lalu Dia menambah makanan ke dalam piring itu dan mengembalikan kepada Ansen."Terimakasih Ibu Mertua!" Ansen menjawab seraya mengambil piring itu dan kembali makan dengan lahap sekali. "Dasar anak muda zaman sekarang! Tidak tahu malu!" Fenghui tertawa sambil menatap Ansen. Mereka semua makan dengan sangat lahap, masakan Marina memang begitu lezat. Tiba-tiba Handphone Wujin berbunyi, Wujin segera bangkit berdiri dan menjauh untuk mengangkat panggilan itu. Beberapa saat kemudian Wujin kembali dengan wajah pucat, Sontak semua orang yang ada disitu menjadi sangat heran. Mereka semua penasaran sekali. "Wujin,.....! Kenapa tiba-tiba wajahmu pucat sekali! Tampaknya engkau begitu ketakutan sekali! Ada apa Wujin!" Fenghui
Mata semua orang sekarang tertuju kepada Fenghui, mereka menatap Fenghui dengan nafas memburu. "Jadi begini! Fengbin pernah memberikan kepadaku sebuah Giok Putih! Giok ini bisa menciptakan sebuah ruang energi yang dapat melindungi kita dari apapun!" Fenghui menjelaskan perlahan kepada mereka. "Yah ampun paman Fenghui! Engkau penuh dengan kejutan, Kalo begitu kita akan selamat! Hahahahahaha!" Absen langsung menanggapi dengan riang gembira. "Tapi ruang energi ini hanya bisa menampung 4 orang saja!" Fenghui menjelaskan dengan tidak bersemangat. "Apaaaa,........!" Sontak Ansen berteriak kaget. Lalu mereka semua kembali diam membisu. Ruang energi itu hanya bisa memuat 4 orang, padahal jumlah mereka semua sangat banyak. Jika ditotal jumlah mereka lebih dari 10 orang. Wiradi langsung angkat bicara, "Baiklah! Kalo begitu; Ansen, Anaya, Tuan Fenghui dan Tuan Wujin! Silahkan kalian berempat yang masuk ke ruang energi itu!" "Ayah,.....! Jangan berkata begitu! Bagaimana aku bisa hidup tanp
Senyum Sudiro melebar, Dia sangat senang begitu mendengar perkataan jiwa Wangheu. Proses penyesuaian sudah selesai dan berjalan dengan sempurna. Sudiro membuka mata dan dia sekarang dapat merasakan kekuatan yang luar biasa. Dia menggerakkan telapak tangannya dan mengerahkan sedikit tenaganya. "Hiaahhh!" "Duar! Boom!"Sebuah cahaya berbentuk bola melesat keluar dari telapak tangan Sudiro. Bola itu langsung menghancurkan dan meratakan sebuah bukit. "Apaaaa!""Yah ampun!" Sudiro langsung melotot kaget. Dia sangat heran. Dia hanya mengerahkan sedikit kekuatannya. Namun sebuah bukit langsung hancur lebur rata dengan tanah. "Hehehehe,...........! Bagaimana Tuan Sudiro! Apakah kau puas sekarang?" Jiwa Wangheu bertanya terkekeh-kekeh. "Hahahaha,..............! Hebat,.............! Hebat sekali,...........! Aku benar-benar puas! Hahahaha,...............!" Sudiro tertawa terbahak-bahak kegirangan. "Sekarang mari kita selesaikan urusan kita yang tertunda! Ansen, Anaya, Wujin! Kalian semua
"Wangheu! Menurutmu, Tinggal berapa kali lagi aku menyerang retakan itu agar bisa membuatnya berlubang!" Sudiro bertanya dengan terengah-engah kepada jiwa Wangheu. Sudiro baru saja kembali menyerang ruang energi itu. Ini serangan yang sudah kesekian kali, Sudiro tidak menghitungnya. Sudiro hanya memusatkan perhatiannya pada retakan itu yang menjadi semakin banyak dan besar. "Tuan! Menurutku dengan 2 kali serangan lagi maka retakan itu akan segera berlubang. Tapi Tuan kita sudah menghabiskan banyak waktu disini. Lebih baik kita pergi Tuan. Naluriku mengatakan ada seseorang yang sangat kuat yang akan datang!" Jiwa Wangheu memohon kepada Sudiro. "Diam! Dasar goblok! Kau ingin membuatku marah! Lebih baik kau bantu aku!" Sudiro langsung memarahi jiwa Wangheu. Jiwa Wangheu hanya bisa terdiam. Dia tahu Dia tidak bisa melawan Sudiro, diantara mereka sudah terjalin dalam Ikatan Langit. Jika Dia melanggar maka jiwa Wangheu akan mati. Sudiro kembali duduk bersila, Dia berkonsentrasi penuh