Share

Bab 6

Kejadian ini memang sangatlah aneh, kenapa Wujin tiba-tiba bersikap aneh? Padahal tadi Wujin sudah sangat bersemangat ingin menangkap Anaya. Belum lagi tindakan Wujin yang segera mengoyakkan surat-surat hutang Ansen dan bersikap seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi.

"Tuan Wujin, Ada apa denganmu? Mengapa engkau bertindak sangat aneh, Kenapa tiba-tiba engkau berubah?" Wiradi bertanya dengan sangat penasaran. Wiradi benar-benar kebingungan, dalam hatinya kemudian Dia bertanya-tanya, "Ada apa ini? Siapa sebenarnya Ansen?"

"Hahahahahaha, Tuan Wiradi! Aku tadi sudah mengakui bahwa kami telah silap, Dan itulah memang yang telah terjadi tadi! Sekali lagi aku benar-benar mohon maaf yah! Sekarang kami pamit pulang dulu yah, Besok pagi anak buahku akan mengantar uang kemenangan Tuan Ansen! Maaf sudah mengganggu kalian, Terimakasih!" Wujin berkata dengan hormat kepada mereka seraya pamit pulang.

Ansen berjalan mendekati Anaya, Ansen berkata dengan sedih seraya mengusap air mata Anaya, "Maafkan aku istriku, Maafkan aku yah! Mulai saat ini, Aku berjanji engkau akan selalu berbahagia bersamaku!" Setelah itu Ansen pergi keluar meninggalkan rumah, sekilas terlihat beberapa tetes air mata jatuh dari pipinya.

Setelah mereka semua pergi, masing-masing anggota keluarga Anaya tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Mereka semua masih sangat penasaran, Apa yang telah dilakukan Ansen tadi?

Tiba-tiba Wiradi berkata kepada Anaya, "Putriku, Sekarang katakanlah dengan jujur! Siapakah sebenarnya Ansen!"

"Ayah, Aku sungguh tidak tahu apa-apa! Yang aku tahu dulu Kakek Bongin menyakinkan aku untuk mau menikahi Ansen." Anaya menjawab dengan lembut.

"Kakak, Tolong jangan berpura-pura! Apa kakak tidak melihat tadi, Tuan Wujin tiba-tiba saja menjadi sangat ketakutan! Kakak jangan bohong lagi sama kita!" Rico berkata menatap Anaya sinis.

"Yah ampun, Aku memang tidak tahu siapa Dia!" Anaya menjawab menyakinkan mereka semua.

"Tunggu dulu, Kakek Bongin pernah menitipkan sebuah surat padaku. Kakek berpesan kepadaku, Saat aku sudah putus asa dan akan menyerah. Kakek menyuruhku agar segera membaca surat itu!" Anaya berteriak tiba-tiba mengingat sesuatu. Setelah itu Anaya segera pergi ke kamar tidurnya.

Sontak mereka semua berlari mengikuti Anaya, sesampai di kamar tidurnya Anaya segera mengambil sebuah koper dari dalam lemari baju lalu membuka koper itu dan mulai memeriksanya dengan teliti.

"Loh, Kenapa tidak kelihatan! Aku yakin surat dari Kakek Bongin aku letakkan disini! Aduh, Kemana yah! Kenapa tidak kelihatan yah, Aduh dimana yah!" Anaya berkata dengan sangat gusar.

"Coba sambil diingat-ingat dulu Anaya. Ayo, Kita bongkar saja semuanya! Surat dari kakek Bongin itu adalah jawaban dari semua kejadian tadi!" Marina berkata dengan sangat semangat. Dalam pikirannya sekarang sudah terbayang bahwa Ansen adalah anak orang kaya. Marina kemudian tersenyum dengan sangat riang.

Mereka semua menjadi bersemangat dan kemudian segera membongkar lemari baju itu. Mereka mengeluarkan beberapa koper kain lalu membuka dan memeriksanya. Mereka juga mengeluarkan semua barang-barang serta pakaian-pakaian yang ada dalam lemari baju itu.

Tapi sayang, mereka tidak akan menemukan apapun. Surat itu sudah terlebih dahulu ditemukan oleh Ansen, dan Ansen segera mengamankan surat itu. Surat itu isinya menerangkan latar belakang Ansen. Ansen tentu tidak mau ada seorangpun yang tahu latar belakangnya.

Ansen sekarang duduk di kursi sebuah kafe, Ansen memesan kopi dan beberapa cemilan. Ansen menatap dengan muram ke jalan, Ansen masih sangat kesal dengan kejadian tadi.

Pikiran Ansen lalu melayang kepada sebuah kejadian, yaitu hari dimana Ansen diselamatkan oleh Kakek Bongin. Itu adalah pertama kalinya Ansen menginjakkan kakinya di kota Danzou. Saat itu Ansen dituduh telah mencuri, Badannya sudah babak belur tapi orang-orang yang menangkapnya belum puas dan masih ingin membakarnya hidup-hidup.

Beruntung Kakek Bongin datang dan mengakui Dia adalah menantunya. Begitu mendengar hal itu semua orang lalu pergi dan Ansenpun selamat.

Kakek Bongin lalu membawa Ansen ke rumahnya, merawat Ansen seperti anaknya sendiri sampai Ansen pulih.

Begitu senangnya hati Ansen lalu Ansen memberikan satu permintaan yang akan dipenuhinya kepada Kakek Bongin. Kakek Bongin segera membawa Ansen ke rumah Wiradi dan memintanya menikahi cucunya Anaya.

Lalu Kakek Bongin tiba-tiba sakit keras dan meninggal dunia, sebelum meninggal Kakek Bongin meminta Ansen menepati janjinya. Akhirnya Kakek Bongin pergi dengan senyum bahagia, Dia menyaksikan sendiri Ansen menikahi Anaya.

"Ansen!" Tiba-tiba seseorang datang mendekat dan duduk di depan Ansen.

Ansen terkejut dan wajahnya berubah sangat cerah. Ansen berkata dengan sangat senang, "Paman Ketiga!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status