Kejadian ini memang sangatlah aneh, kenapa Wujin tiba-tiba bersikap aneh? Padahal tadi Wujin sudah sangat bersemangat ingin menangkap Anaya. Belum lagi tindakan Wujin yang segera mengoyakkan surat-surat hutang Ansen dan bersikap seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi.
"Tuan Wujin, Ada apa denganmu? Mengapa engkau bertindak sangat aneh, Kenapa tiba-tiba engkau berubah?" Wiradi bertanya dengan sangat penasaran. Wiradi benar-benar kebingungan, dalam hatinya kemudian Dia bertanya-tanya, "Ada apa ini? Siapa sebenarnya Ansen?""Hahahahahaha, Tuan Wiradi! Aku tadi sudah mengakui bahwa kami telah silap, Dan itulah memang yang telah terjadi tadi! Sekali lagi aku benar-benar mohon maaf yah! Sekarang kami pamit pulang dulu yah, Besok pagi anak buahku akan mengantar uang kemenangan Tuan Ansen! Maaf sudah mengganggu kalian, Terimakasih!" Wujin berkata dengan hormat kepada mereka seraya pamit pulang.Ansen berjalan mendekati Anaya, Ansen berkata dengan sedih seraya mengusap air mata Anaya, "Maafkan aku istriku, Maafkan aku yah! Mulai saat ini, Aku berjanji engkau akan selalu berbahagia bersamaku!" Setelah itu Ansen pergi keluar meninggalkan rumah, sekilas terlihat beberapa tetes air mata jatuh dari pipinya.Setelah mereka semua pergi, masing-masing anggota keluarga Anaya tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Mereka semua masih sangat penasaran, Apa yang telah dilakukan Ansen tadi?Tiba-tiba Wiradi berkata kepada Anaya, "Putriku, Sekarang katakanlah dengan jujur! Siapakah sebenarnya Ansen!""Ayah, Aku sungguh tidak tahu apa-apa! Yang aku tahu dulu Kakek Bongin menyakinkan aku untuk mau menikahi Ansen." Anaya menjawab dengan lembut."Kakak, Tolong jangan berpura-pura! Apa kakak tidak melihat tadi, Tuan Wujin tiba-tiba saja menjadi sangat ketakutan! Kakak jangan bohong lagi sama kita!" Rico berkata menatap Anaya sinis."Yah ampun, Aku memang tidak tahu siapa Dia!" Anaya menjawab menyakinkan mereka semua."Tunggu dulu, Kakek Bongin pernah menitipkan sebuah surat padaku. Kakek berpesan kepadaku, Saat aku sudah putus asa dan akan menyerah. Kakek menyuruhku agar segera membaca surat itu!" Anaya berteriak tiba-tiba mengingat sesuatu. Setelah itu Anaya segera pergi ke kamar tidurnya.Sontak mereka semua berlari mengikuti Anaya, sesampai di kamar tidurnya Anaya segera mengambil sebuah koper dari dalam lemari baju lalu membuka koper itu dan mulai memeriksanya dengan teliti."Loh, Kenapa tidak kelihatan! Aku yakin surat dari Kakek Bongin aku letakkan disini! Aduh, Kemana yah! Kenapa tidak kelihatan yah, Aduh dimana yah!" Anaya berkata dengan sangat gusar."Coba sambil diingat-ingat dulu Anaya. Ayo, Kita bongkar saja semuanya! Surat dari kakek Bongin itu adalah jawaban dari semua kejadian tadi!" Marina berkata dengan sangat semangat. Dalam pikirannya sekarang sudah terbayang bahwa Ansen adalah anak orang kaya. Marina kemudian tersenyum dengan sangat riang.Mereka semua menjadi bersemangat dan kemudian segera membongkar lemari baju itu. Mereka mengeluarkan beberapa koper kain lalu membuka dan memeriksanya. Mereka juga mengeluarkan semua barang-barang serta pakaian-pakaian yang ada dalam lemari baju itu.Tapi sayang, mereka tidak akan menemukan apapun. Surat itu sudah terlebih dahulu ditemukan oleh Ansen, dan Ansen segera mengamankan surat itu. Surat itu isinya menerangkan latar belakang Ansen. Ansen tentu tidak mau ada seorangpun yang tahu latar belakangnya.Ansen sekarang duduk di kursi sebuah kafe, Ansen memesan kopi dan beberapa cemilan. Ansen menatap dengan muram ke jalan, Ansen masih sangat kesal dengan kejadian tadi.Pikiran Ansen lalu melayang kepada sebuah kejadian, yaitu hari dimana Ansen diselamatkan oleh Kakek Bongin. Itu adalah pertama kalinya Ansen menginjakkan kakinya di kota Danzou. Saat itu Ansen dituduh telah mencuri, Badannya sudah babak belur tapi orang-orang yang menangkapnya belum puas dan masih ingin membakarnya hidup-hidup.Beruntung Kakek Bongin datang dan mengakui Dia adalah menantunya. Begitu mendengar hal itu semua orang lalu pergi dan Ansenpun selamat.Kakek Bongin lalu membawa Ansen ke rumahnya, merawat Ansen seperti anaknya sendiri sampai Ansen pulih.Begitu senangnya hati Ansen lalu Ansen memberikan satu permintaan yang akan dipenuhinya kepada Kakek Bongin. Kakek Bongin segera membawa Ansen ke rumah Wiradi dan memintanya menikahi cucunya Anaya.Lalu Kakek Bongin tiba-tiba sakit keras dan meninggal dunia, sebelum meninggal Kakek Bongin meminta Ansen menepati janjinya. Akhirnya Kakek Bongin pergi dengan senyum bahagia, Dia menyaksikan sendiri Ansen menikahi Anaya."Ansen!" Tiba-tiba seseorang datang mendekat dan duduk di depan Ansen.Ansen terkejut dan wajahnya berubah sangat cerah. Ansen berkata dengan sangat senang, "Paman Ketiga!"Ansen sangat senang sekali bertemu sosok yang sudah lama tidak Dia lihat. Fenghui adalah Paman Ketiga. Fenghui adalah salah satu adik ayahnya, jadi mereka semua 4 bersaudara. yang paling besar adalah Fengchai yakni ayah Ansen, lalu yang kedua yakni paman pertama adalah Fengsou, lalu yang ketiga yakni paman kedua adalah Fengbin dan yang terakhir yakni paman ketiga yang sekarang duduk dihadapan Ansen adalah Fenghui. Ansen sangat senang lalu segera memeluk pamannya, dari semua pamannya Ansen memang paling dekat dengan Fenghui. Bagi Ansen Fenghui adalah ayah keduanya. Ansen lalu ingin bertanya dengan keheranan.Fenghui langsung berkata cepat, "Ansen, Tadi Wujin menghubungi kami dan telah menjelaskan semuanya. Kebetulan paman berada dekat dari sini, Makanya paman segera kemari! Oh iyah, Kamu kenapa tidak bilang-bilang kalau sudah menikah?" "Ayah dan ibumu sangat senang sekali mendengarkan berita itu, Minggu depan mereka akan datang kemari. Jadi mereka mengutus paman terlebih dahulu untuk
Pagi hari merekah cerah, Anaya terbangun dari tidurnya. Anaya heran Dia sekarang sudah berada diatas tempat tidurnya, lalu ada sepasang tangan yang mendekapnya mesra. Anaya berbalik dan melihat wajah suaminya, Anaya sangat senang sekali. Ansen mulai berubah, Ansen tidak lagi kasar padanya dan bahkan sudah mulai memanggilnya "Istriku". Anaya mengelus sebentar wajah suaminya, lalu dengan perlahan melepaskan dekapan suaminya dan keluar dari kamarnya. Anaya duduk bergabung bersama keluarga besarnya di ruang makan, sebelum Anaya duduk tiba-tiba Ayahnya mengatakan sesuatu. "Anaya, Coba tanyakan dulu kepada Ansen mengenai latar belakangnya! Ayah sungguh sangat penasaran, Nanti setelah itu ajak Ansen sarapan bersama dengan kita!" Anaya menghela napasnya, namun karena mendengar niat baik ayahnya yang akan mengajak Ansen sarapan bersama maka Anayapun segera pergi kekamarnya. Diwaktu bersamaan Sudiro datang dengan wajah sumringah, sebelum Sudiro mengatakan apapun Dia melihat semua orang tel
Sebuah mobil mewah masuk dan berhenti didepan pintu rumah Anaya. Keluarga besar Anaya tidak berani datang menyambut tamu itu. Mereka hanya memperhatikan dengan waswas, Masih ada sedikit ketakutan dengan kejadian sebelumnya. Dua pria berpakaian rapi turun dari mobil dan berjalan dengan cepat mendekati mereka. Salah seorang dari mereka membawa sebuah koper berwarna hitam yang lumayan besar. Mereka berjalan sampai didepan Ansen, lalu mereka berdua menyapa Ansen dengan membungkukkan badannya.. "Salam Hormat, Tuan Ansen! Kami adalah anak buah Tuah Wujin. Maafkan kedatangan kami mengganggu Tuan Ansen, Kami datang pagi ini diperintahkan untuk mengantarkan uang kemenangan Tuan Ansen. Terimalah uang sebesar 500 juta hep ini Tuan Ansen, Ini adalah uang Tuan!" Mereka berdua berkata dengan sopan, Lalu salah seorang dari mereka membuka koper hitam itu seraya mengulurkannya ke hadapan Ansen. "Apaaa,.....! Wujin benar-benar serius yah!" Wiradi seketika langsung terkejut, Dia sebelumnya berpikir W
Jansen berjalan bergandengan tangan dengan mesra bersama Anaya. Anaya menyandarkan dirinya ke dada Ansen. Jantung Anaya berdetak dengan kencang, Senyumnya mengembang sangat manis. "Istriku sayang! Katakan padaku, Sayang mau sarapan apa!" Ansen bertanya dengan mesra kepada Anaya. "Aku pengen makan bubur ayam saja suamiku sayang!" Anaya menjawab Ansen sambil tersenyum. Mereka lalu pergi ke sebuah warung pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Setelah memesan bubur ayam lalu mereka berdua duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian mereka makan dengan sangat lahap, Sesekali mereka saling pandang dengan malu-malu. Beberapa saat kemudian datang beberapa pemuda berpakaian lusuh ke warung itu. Salah satu dari mereka lalu berkata dengan marah, "Bono! Mengapa sudah sampai satu minggu engkau belum memberikan uang keamanan? Apa kau bermaksud tidak membayar nya yah?" Pak Bono menjawab dengan ketakutan, "Maaf Tuan Willy! Jualanku selama ini sepi sekali, Aku belum mampu memberikannya kepa
Seorang teman Willy tiba-tiba berbisik kepada Willy, Dia curiga Ansen telah menipu mereka. Apakah benar-benar tadi Ansen menghubungi Wujin? Dia merasa sebenarnya mereka dikerjai oleh Ansen? Willy mengernyitkan dahinya, Di satu sisi memang ada benarnya kecurigaan temannya. Wujin bukan orang sembarangan, Tidak semua orang kenal kepadanya. Willy tersenyum lebar, Dia benar-benar percaya dengan ucapan teman-temannya. Willy lalu menatap Ansen dengan marah, sebelum Dia berkata apapun tiba-tiba handphonenya berdering. Willy melihat Tanzie menghubungi dirinya. Willy terkejut, Sebab Tanzie adalah Boss Willy. Willy mengangkatnya dan terdengar suara Tanzie menggelegar penuh emosi. "Willy,....! Apakah benar engkau mengganggu Tuan Ansen? Apakah engkau ingin menghabisinya dan memperkosa Nyonya Anaya!" Tanzie marah-marah memaki Willy. "Aaa,......!" Willy menjawab dengan kelu. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi, ternyata Ansen benar-benar kenal dengan Wujin. "Dasar bodoh! Kau mau mati yah!
Ansen kembali ke rumah bersama Anaya, Begitu sampai diteras rumah ternyata keluarga besar Anaya sudah menunggu mereka berdua dan langsung menyambut mereka dengan semangat. Kini mereka semua sangat ramah kepada Ansen, Semua sikap mereka berubah drastis kepada Ansen. Mereka sekarang memandang Anden dengan sangat sopan dan hormat. "Ekh,..! Kalian sudah pulang yah? Ayo, Silahkan makan dulu! Mama sudah masakin makanan yang enak loh!" Marina berkata dengan sangat senang. Ansen telah begitu baik memberikan semua uang kemenangannya kepada Marina. Itu bukanlah uang sedikit, itu adalah uang yang sangat besar sekali. Sekarang Ansen telah menjadi menantu kesayangan Marina. "Ibu,...! Kami baru makan tadi, Masih kenyang loh!" Anaya menjawab cepat seraya tersenyum. "Hei,...! Gak boleh begitu donk, Mama sudah cape-cape masak loh! Ayo dimakan donk, Mama jamin pasti enak deh!" Marina kembali merayu mereka berdua. "Istriku sayang! Mama sudah begitu repot mempersiapkan makanannya! Ayo kita cobain yu
Wiradi dan Marina masuk ke sebuah rumah yang megah. Wiradi sudah beberapa kali datang ke rumah ini, jadi Dia bersikap biasa saja. Sementara itu, Bagi Marina ini adalah kunjungan pertamanya. Dia tidak bisa menutupi kekagumannya akan rumah mewah itu.Seorang pelayan muncul dan menyapa mereka, "Tuan Wiradi, Nyonya Marina! Silahkan ikut saya! Tuan Wujin sudah menantikan kalian!" "Oh Iyah! Baiklah! Silahkan pimpin jalannya!" Wiradi menjawab pelayan itu seraya membawa istrinya. Mereka sampai di sebuah ruang tamu yang dipenuhi dengan barang-barang antik. Disitu Wujin telah duduk menantikan mereka sambil menikmati segelas teh. Wiradi dan Marina kemudian duduk di dekat Wujin. Dengan cepat seorang pelayan menuangkan teh kepada mereka. Wiradi ingin bertanya kepada Wujin, Namun Wujin langsung berkata kepadanya, "Aku tahu tujuan kalian datang kerumahku!" "Benarkah Tuan Wujin! Kalau begitu bantulah kami Tuan Wujin!" Wiradi berkata kepada Wujin. "Hahahahahaha,............! Sayangnya aku diber
Di pagi hari yang cerah, Ansen dan Anaya beserta keluarga besarnya sudah berkumpul di ruang makan. Saat ini mereka semua sarapan dengan lahap, mereka sepertinya sedang menikmati makanan itu. Sudiro datang dan menyapa mereka semua, Dia segera bergabung dengan mereka. Dia ingin duduk namun semua kursi yang ada sudah terisi. Lalu Marina langsung berkata, "Sudiro kamu datang! Ada apa yah! Oh yah, Semua kursi sudah berisi yah! Silahkan tunggu di ruang tamu saja yah!" "Ibu mertua! Aku datang karena ingin melihat Anaya, Aku..........!" Sudiro berkata lembut namun Marina langsung memotongnya dengan marah. "Sudiro,.......! Jangan panggil aku ibu mertua lagi, Lalu kamu buat apa mengganggu Anaya! Dia kan sudah menikah, Kamu punya pikiran gak!""Ekh,.....! Apaaa,......! Ibu.....!" Sudiro sontak terkejut, mukanya langsung merah merona. Biasanya Marina akan sangat senang dipanggil ibu mertua, dan Dia segera mengusir Ansen lalu mempersilahkan Sudiro duduk di samping Anaya. "Itu benar Sudiro, Ka