Ansen sangat senang sekali bertemu sosok yang sudah lama tidak Dia lihat. Fenghui adalah Paman Ketiga. Fenghui adalah salah satu adik ayahnya, jadi mereka semua 4 bersaudara. yang paling besar adalah Fengchai yakni ayah Ansen, lalu yang kedua yakni paman pertama adalah Fengsou, lalu yang ketiga yakni paman kedua adalah Fengbin dan yang terakhir yakni paman ketiga yang sekarang duduk dihadapan Ansen adalah Fenghui.
Ansen sangat senang lalu segera memeluk pamannya, dari semua pamannya Ansen memang paling dekat dengan Fenghui. Bagi Ansen Fenghui adalah ayah keduanya.Ansen lalu ingin bertanya dengan keheranan.Fenghui langsung berkata cepat, "Ansen, Tadi Wujin menghubungi kami dan telah menjelaskan semuanya. Kebetulan paman berada dekat dari sini, Makanya paman segera kemari! Oh iyah, Kamu kenapa tidak bilang-bilang kalau sudah menikah?""Ayah dan ibumu sangat senang sekali mendengarkan berita itu, Minggu depan mereka akan datang kemari. Jadi mereka mengutus paman terlebih dahulu untuk segera menemuimu!" Fenghui menyambung ucapannya dengan penuh semangat."Aduh paman ketiga, Tolong beritahu ayah dan ibu untuk menunda dulu kedatangan mereka. Aku masih ingin mengenal lebih jauh keluarga besar istriku." Ansen berkata cepat meminta tolong kepada pamannya."Ansen, apa maksud ucapanmu!" Fenghui berkata dengan sangat heran."Paman Ketiga, boleh hubungi ayah dan ibu! Aku ingin berbicara langsung kepada mereka!" Ansen berkata dengan penuh harap."Baiklah Ansen!" Sehabis berkata lalu Fenghui mengambil handphonenya dan segera menghubungi abangnya.Setelah berbicara terlebih dahulu lalu Fenghui memberikan handphonenya kepada Ansen. Ansen lalu berbicara panjang lebar kepada ayah dan ibunya, Ansen memohon waktu 2 bulan lagi agar Dia lebih mengenal keluarga besar istrinya.Pada awalnya ayah dan ibunya segera menolaknya, apalagi ibu Ansen yang sudah sangat ingin bertemu dengan menantunya.Namun karena Ansen bersikeras akhirnya mereka mengalah dan menyetujuinya, tapi mereka akan langsung datang 2 bulan lagi kesitu dan segera menemui istri Ansen beserta seluruh keluarga besarnya.Ayahnya segera menyuruh Fenghui membuka kantor cabang di kota itu, Jadi nantinya apabila Ansen membutuhkan sesuatu maka Ansen bisa segera datang ke kantor itu.Setelah itu mereka berdua lalu bercerita dengan sangat gembira melepaskan rindu yang sudah lama tertahan. Tak terasa hari sudah larut malam, Ansen meminta izin untuk pulang.Fenghui segera menyuruh seorang anak buahnya mengantarkan Ansen, namun Ansen menolaknya dan memilih pulang dengan naik taxi. Ansen juga berpesan kepada paman Fenghui agar merahasiakan hal ini dan bersikap biasa saja jika mereka bertemu lagi nanti.Ansen telah sampai dirumah, setelah masuk kedalam tampak Anaya tertidur dikursi ruang tamu, sepertinya Anaya sedang menunggu kepulangan Ansen. Ansen segera mengangkat Anaya dan membawanya ke kamar tidur.Saat Ansen melewati ruang makan, ternyata disitu Wiradi dan Marina masih bercakap-cakap dengan serius. Ansen menatap mereka dengan terkejut, seketika Wiradi dan Marina tersenyum lebar membalas Ansen.Ansen menjadi sangat heran, kenapa sikap kedua mertuanya tiba-tiba berubah. Biasanya mereka pasti akan marah-marah dan memaki Ansen namun tadi mereka berdua justru tersenyum lebar.Sampai didalam kamar, Ansen lalu meletakkan Anaya ditempat tidur. Tiba-tiba Anaya langsung memeluknya dengan sangat erat sekali, wajah Anaya tersenyum dengan sangat manis. Jantung Ansen segera berdegup dengan sangat kencang, Ansen lalu membatin dalam hatinya, "Wah, Cantik sekali!"Tanpa sadar Ansen segera mencium kening Anaya, lalu membalas pelukan Anaya. Ansen merasakan ada sesuatu yang tumbuh dalam hatinya, Ansen tersenyum dengan sangat bahagia.Wujin baru saja sampai dirumah, Wujin sangat senang sekali. Rencananya berhasil dengan baik, saat ini dia telah berhasil membuat namanya menjadi sangat harum. Bahkan Fengchai sampai sangat berterimakasih kepadanya, tentu kedepannya Wujin akan semakin diperhatikan.Tiba-tiba handphonenya berbunyi dan disitu muncul nama Big Boss, Wujin cepat-cepat mengangkatnya dan kemudian setelah mereka berbicara beberapa menit lalu Wujin menutup handphonenya.Ternyata Fengchai memberi Wujin tugas khusus untuk melindungi dan memastikan keselamatan Ansen. Fengchai meminta Wujin agar jangan sampai ketahuan Ansen, Wujin harus melindungi Ansen secara diam-diam.Wujin segera memanggil Erlan, dan memberinya perintah khusus. Erlan manggut-manggut mendengarkan lalu segera pergi melaksanakan perintah Wujin.Pagi hari merekah cerah, Anaya terbangun dari tidurnya. Anaya heran Dia sekarang sudah berada diatas tempat tidurnya, lalu ada sepasang tangan yang mendekapnya mesra. Anaya berbalik dan melihat wajah suaminya, Anaya sangat senang sekali. Ansen mulai berubah, Ansen tidak lagi kasar padanya dan bahkan sudah mulai memanggilnya "Istriku". Anaya mengelus sebentar wajah suaminya, lalu dengan perlahan melepaskan dekapan suaminya dan keluar dari kamarnya. Anaya duduk bergabung bersama keluarga besarnya di ruang makan, sebelum Anaya duduk tiba-tiba Ayahnya mengatakan sesuatu. "Anaya, Coba tanyakan dulu kepada Ansen mengenai latar belakangnya! Ayah sungguh sangat penasaran, Nanti setelah itu ajak Ansen sarapan bersama dengan kita!" Anaya menghela napasnya, namun karena mendengar niat baik ayahnya yang akan mengajak Ansen sarapan bersama maka Anayapun segera pergi kekamarnya. Diwaktu bersamaan Sudiro datang dengan wajah sumringah, sebelum Sudiro mengatakan apapun Dia melihat semua orang tel
Sebuah mobil mewah masuk dan berhenti didepan pintu rumah Anaya. Keluarga besar Anaya tidak berani datang menyambut tamu itu. Mereka hanya memperhatikan dengan waswas, Masih ada sedikit ketakutan dengan kejadian sebelumnya. Dua pria berpakaian rapi turun dari mobil dan berjalan dengan cepat mendekati mereka. Salah seorang dari mereka membawa sebuah koper berwarna hitam yang lumayan besar. Mereka berjalan sampai didepan Ansen, lalu mereka berdua menyapa Ansen dengan membungkukkan badannya.. "Salam Hormat, Tuan Ansen! Kami adalah anak buah Tuah Wujin. Maafkan kedatangan kami mengganggu Tuan Ansen, Kami datang pagi ini diperintahkan untuk mengantarkan uang kemenangan Tuan Ansen. Terimalah uang sebesar 500 juta hep ini Tuan Ansen, Ini adalah uang Tuan!" Mereka berdua berkata dengan sopan, Lalu salah seorang dari mereka membuka koper hitam itu seraya mengulurkannya ke hadapan Ansen. "Apaaa,.....! Wujin benar-benar serius yah!" Wiradi seketika langsung terkejut, Dia sebelumnya berpikir W
Jansen berjalan bergandengan tangan dengan mesra bersama Anaya. Anaya menyandarkan dirinya ke dada Ansen. Jantung Anaya berdetak dengan kencang, Senyumnya mengembang sangat manis. "Istriku sayang! Katakan padaku, Sayang mau sarapan apa!" Ansen bertanya dengan mesra kepada Anaya. "Aku pengen makan bubur ayam saja suamiku sayang!" Anaya menjawab Ansen sambil tersenyum. Mereka lalu pergi ke sebuah warung pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Setelah memesan bubur ayam lalu mereka berdua duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian mereka makan dengan sangat lahap, Sesekali mereka saling pandang dengan malu-malu. Beberapa saat kemudian datang beberapa pemuda berpakaian lusuh ke warung itu. Salah satu dari mereka lalu berkata dengan marah, "Bono! Mengapa sudah sampai satu minggu engkau belum memberikan uang keamanan? Apa kau bermaksud tidak membayar nya yah?" Pak Bono menjawab dengan ketakutan, "Maaf Tuan Willy! Jualanku selama ini sepi sekali, Aku belum mampu memberikannya kepa
Seorang teman Willy tiba-tiba berbisik kepada Willy, Dia curiga Ansen telah menipu mereka. Apakah benar-benar tadi Ansen menghubungi Wujin? Dia merasa sebenarnya mereka dikerjai oleh Ansen? Willy mengernyitkan dahinya, Di satu sisi memang ada benarnya kecurigaan temannya. Wujin bukan orang sembarangan, Tidak semua orang kenal kepadanya. Willy tersenyum lebar, Dia benar-benar percaya dengan ucapan teman-temannya. Willy lalu menatap Ansen dengan marah, sebelum Dia berkata apapun tiba-tiba handphonenya berdering. Willy melihat Tanzie menghubungi dirinya. Willy terkejut, Sebab Tanzie adalah Boss Willy. Willy mengangkatnya dan terdengar suara Tanzie menggelegar penuh emosi. "Willy,....! Apakah benar engkau mengganggu Tuan Ansen? Apakah engkau ingin menghabisinya dan memperkosa Nyonya Anaya!" Tanzie marah-marah memaki Willy. "Aaa,......!" Willy menjawab dengan kelu. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi, ternyata Ansen benar-benar kenal dengan Wujin. "Dasar bodoh! Kau mau mati yah!
Ansen kembali ke rumah bersama Anaya, Begitu sampai diteras rumah ternyata keluarga besar Anaya sudah menunggu mereka berdua dan langsung menyambut mereka dengan semangat. Kini mereka semua sangat ramah kepada Ansen, Semua sikap mereka berubah drastis kepada Ansen. Mereka sekarang memandang Anden dengan sangat sopan dan hormat. "Ekh,..! Kalian sudah pulang yah? Ayo, Silahkan makan dulu! Mama sudah masakin makanan yang enak loh!" Marina berkata dengan sangat senang. Ansen telah begitu baik memberikan semua uang kemenangannya kepada Marina. Itu bukanlah uang sedikit, itu adalah uang yang sangat besar sekali. Sekarang Ansen telah menjadi menantu kesayangan Marina. "Ibu,...! Kami baru makan tadi, Masih kenyang loh!" Anaya menjawab cepat seraya tersenyum. "Hei,...! Gak boleh begitu donk, Mama sudah cape-cape masak loh! Ayo dimakan donk, Mama jamin pasti enak deh!" Marina kembali merayu mereka berdua. "Istriku sayang! Mama sudah begitu repot mempersiapkan makanannya! Ayo kita cobain yu
Wiradi dan Marina masuk ke sebuah rumah yang megah. Wiradi sudah beberapa kali datang ke rumah ini, jadi Dia bersikap biasa saja. Sementara itu, Bagi Marina ini adalah kunjungan pertamanya. Dia tidak bisa menutupi kekagumannya akan rumah mewah itu.Seorang pelayan muncul dan menyapa mereka, "Tuan Wiradi, Nyonya Marina! Silahkan ikut saya! Tuan Wujin sudah menantikan kalian!" "Oh Iyah! Baiklah! Silahkan pimpin jalannya!" Wiradi menjawab pelayan itu seraya membawa istrinya. Mereka sampai di sebuah ruang tamu yang dipenuhi dengan barang-barang antik. Disitu Wujin telah duduk menantikan mereka sambil menikmati segelas teh. Wiradi dan Marina kemudian duduk di dekat Wujin. Dengan cepat seorang pelayan menuangkan teh kepada mereka. Wiradi ingin bertanya kepada Wujin, Namun Wujin langsung berkata kepadanya, "Aku tahu tujuan kalian datang kerumahku!" "Benarkah Tuan Wujin! Kalau begitu bantulah kami Tuan Wujin!" Wiradi berkata kepada Wujin. "Hahahahahaha,............! Sayangnya aku diber
Di pagi hari yang cerah, Ansen dan Anaya beserta keluarga besarnya sudah berkumpul di ruang makan. Saat ini mereka semua sarapan dengan lahap, mereka sepertinya sedang menikmati makanan itu. Sudiro datang dan menyapa mereka semua, Dia segera bergabung dengan mereka. Dia ingin duduk namun semua kursi yang ada sudah terisi. Lalu Marina langsung berkata, "Sudiro kamu datang! Ada apa yah! Oh yah, Semua kursi sudah berisi yah! Silahkan tunggu di ruang tamu saja yah!" "Ibu mertua! Aku datang karena ingin melihat Anaya, Aku..........!" Sudiro berkata lembut namun Marina langsung memotongnya dengan marah. "Sudiro,.......! Jangan panggil aku ibu mertua lagi, Lalu kamu buat apa mengganggu Anaya! Dia kan sudah menikah, Kamu punya pikiran gak!""Ekh,.....! Apaaa,......! Ibu.....!" Sudiro sontak terkejut, mukanya langsung merah merona. Biasanya Marina akan sangat senang dipanggil ibu mertua, dan Dia segera mengusir Ansen lalu mempersilahkan Sudiro duduk di samping Anaya. "Itu benar Sudiro, Ka
"Yah ampun! Benarkah itu! Jangan katakan yang membatalkan itu adalah Tuan Bihong!" Wiradi berkata kepada Rean. "Ayah! Orang yang kumaksud justru Dia ayah!" Rean berkata dengan sangat sedih. "Gawat! Kita sangat membutuhkannya! Aduh, Bagaimana ini yah?" Wiradi berkata dengan penuh khawatir. "Papa! Apa ini semua ada hubungannya dengan Sudiro yah!" Marina tiba-tiba berkata kepada suaminya. "Aku yakin ini semua karena ulahnya! Bukankah Tuan Bihong memiliki seorang putri bernama Gilga yang sangat tergila-gila kepadanya!" Wiradi berkata menjawab istrinya. "Sudiro pasti merayu telah Gilga dan memanfaatkannya. Tuan Bihong sangat memanjakan putrinya dan akan mengabulkan semua permintaan putrinya!" Wiradi melanjutkan ucapannya. "Aduh,....! Kenapa jadi begini yah! Jadi gimana ini papa, Mama gak mau jadi orang miskin!" Marina berkata dengan sedih. Tiba-tiba Ansen berkata dengan penuh keyakinan, "Ayah Mertua, Ibu Mertua! Semuanya, Tenanglah! Aku akan mecarikan investor baru! Aku baru ingat,