Keluarga besar Anaya sempat berharap ketika mendengar teriakan itu, namun ketika mereka menyadari itu adalah teriakan Ansen maka mereka semua kembali ketakutan.
Mereka hanya bisa menangis dan pasrah melihat keadaan Anaya, Mereka tidak tahu harus melakukan apalagi. Mereka lalu menatap Ansen dengan sangat murka dan mengutuki Ansen didalam hatinya.Erlan dan anak buahnya juga tidak mempedulikan teriakan Ansen. Mereka tetap mendekati Anaya dengan perlahan, suasana menjadi sangat mencekam sekali. Nasib Anaya saat ini sudah berada di ujung tanduk.Ansen menatap Wujin dengan sangat marah, Ansen tidak menyangka Wujin akan menipunya. Ansen menjadi sangat murka."Hehehehehe, Apa yang ingin kau lakukan!" Wujin tertawa terkekeh-kekeh. Wujin sangat senang rencananya berhasil, Wujin memang sudah lama menginginkan Anaya. Wujin sudah membayangkan keindahan tubuh Anaya, tanpa sadar Wujin menelan ludahnya sendiri.Ansen lalu segera berdiri, senyumnya mengembang dengan sinis. Ansen menyeringai seraya menatap Wujin, Dia berjalan perlahan mendekati Wujin.Ansen berkata dengan lembut, seraya melepaskan beberapa kancing bajunya dan membuka bajunya, "Wah, Tampaknya disini sangat panas yah!"Wujin memicingkan matanya dan melihat dengan seksama kepada Ansen. Tiba-tiba wajahnya menjadi sangat pucat, Wujin menelan ludahnya berkali-kali seraya berkata dengan terbata-bata, "Naga Merah, Naga Merah!"Setelah itu Wujin segera menguasai dirinya, lalu dengan cepat dia berteriak ketakutan, "Erlan, Berhenti! Bawa segera anak buahmu kemari, Cepat kemari! Cepattt!"Semua orang menjadi sangat terkejut, kepala mereka semua dipenuhi dengan kebingungan. Kenapa Wujin tiba-tiba berubah? Kenapa Wujin melepaskan Anaya?Erlan segera berbalik dan membawa anak buahnya, Anaya terduduk lemas penuh syukur dengan nafas masih memburu. Semua keluarga besar Anaya cepat-cepat mendekati Anaya, lalu mereka semua berpelukan dengan sangat bahagia.Erlan lalu kembali dan berdiri disebelah Wujin, Wujin segera berteriak keras memanggil seseorang, "Zueye, Cepat kemari! Coba perhatikan baik-baik, Aku yakin engkau salah melihat orang. Tidak mungkin Tuan Ansen yang berutang, pasti engkau silap!"Zueye cepat-cepat mendekat dengan masih kebingungan, Zueye menatap Ansen dan Wujin bergantian. Wujin tampaknya seperti mengatakan sesuatu kepada Zueye, Zueye segera mengerti dan memahaminya lalu berkata, "Tuan Wujin, Sepertinya kita memang telah salah! Kelihatannya orang itu memang mirip dengan Tuan Ansen, Tapi setelah kuperhatikan dengan cermat ternyata bukan Tuan Ansen! Kita memang telah salah mengenali orang Tuan Wujin!""Hahahahahahaha, Sudah kuduga kita memang telah salah! Tuan Ansen, Maafkan anak buahku yang tidak bisa melihat dengan baik. Kami memang telah melakukan kesilapan besar, Kami mohon maaf yah!" Wujin berjalan mendekati Ansen dan ingin membungkuk kepada Ansen.Ansen segera memberi tanda menggelengkan kepala kepada Wujin, lalu Ansen kembali memakai bajunya. Ansen segera meletakkan jarinya dimulutnya dan mengedipkan sebelah matanya kepada Wujin.Wujin seolah mengerti tanda yang diberikan oleh Ansen, Wujin kemudian bersikap seperti biasa saja. Wujin segera mendekati keluarga besar Anaya, lalu membungkuk kepada mereka dan berkata, "Aku sangat meminta maaf, Telah terjadi kesilapan dan kami telah menimbulkan kegaduhan. Ternyata tadi anggotaku telah salah mengenali orang, Tuan Ansen tidak pernah berhutang kepada kami!""Apaaa! Wujin, Ada apa dengan dirimu! Lalu bagaimana engkau bisa menjelaskan surat-surat ini!" Wiradi berkata dengan penuh keheranan."Kriett, Kriettt!" Wujin dengan cepat mengambil surat-surat itu lalu mengoyakkkannya didepan mereka semua."Surat! Surat yang mana yah! Tuan Wiradi, Anda suka mengada-ada yah!" Wujin berkata sambil berpura-pura mencari-cari sesuatu."Tuan Wiradi justru hari ini aku membawa kabar baik, Tuan Ansen semalam menang undian berhadiah di tempatku! Tuan Ansen mendapatkan hadiah sebanyak 500 juta hep, Besok pagi anggotaku akan mengantarkannya kemari!" Wujin menyambung ucapannya dengan yakin.Mendengar perkataan Wujin sontak mereka semua bertambah heran, mereka lalu menatap Ansen dengan penuh kebingungan.Dalam sekejap Wujin berubah, dan seolah-olah Wujin sangat menghormati Ansen. Bahkan Wujin memanggilnya dengan sebutan Tuan. Tentu hal ini semakin memperbesar tanda tanya di kepala mereka.Kejadian ini memang sangatlah aneh, kenapa Wujin tiba-tiba bersikap aneh? Padahal tadi Wujin sudah sangat bersemangat ingin menangkap Anaya. Belum lagi tindakan Wujin yang segera mengoyakkan surat-surat hutang Ansen dan bersikap seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi. "Tuan Wujin, Ada apa denganmu? Mengapa engkau bertindak sangat aneh, Kenapa tiba-tiba engkau berubah?" Wiradi bertanya dengan sangat penasaran. Wiradi benar-benar kebingungan, dalam hatinya kemudian Dia bertanya-tanya, "Ada apa ini? Siapa sebenarnya Ansen?""Hahahahahaha, Tuan Wiradi! Aku tadi sudah mengakui bahwa kami telah silap, Dan itulah memang yang telah terjadi tadi! Sekali lagi aku benar-benar mohon maaf yah! Sekarang kami pamit pulang dulu yah, Besok pagi anak buahku akan mengantar uang kemenangan Tuan Ansen! Maaf sudah mengganggu kalian, Terimakasih!" Wujin berkata dengan hormat kepada mereka seraya pamit pulang. Ansen berjalan mendekati Anaya, Ansen berkata dengan sedih seraya mengusap air mata Anaya, "Maa
Ansen sangat senang sekali bertemu sosok yang sudah lama tidak Dia lihat. Fenghui adalah Paman Ketiga. Fenghui adalah salah satu adik ayahnya, jadi mereka semua 4 bersaudara. yang paling besar adalah Fengchai yakni ayah Ansen, lalu yang kedua yakni paman pertama adalah Fengsou, lalu yang ketiga yakni paman kedua adalah Fengbin dan yang terakhir yakni paman ketiga yang sekarang duduk dihadapan Ansen adalah Fenghui. Ansen sangat senang lalu segera memeluk pamannya, dari semua pamannya Ansen memang paling dekat dengan Fenghui. Bagi Ansen Fenghui adalah ayah keduanya. Ansen lalu ingin bertanya dengan keheranan.Fenghui langsung berkata cepat, "Ansen, Tadi Wujin menghubungi kami dan telah menjelaskan semuanya. Kebetulan paman berada dekat dari sini, Makanya paman segera kemari! Oh iyah, Kamu kenapa tidak bilang-bilang kalau sudah menikah?" "Ayah dan ibumu sangat senang sekali mendengarkan berita itu, Minggu depan mereka akan datang kemari. Jadi mereka mengutus paman terlebih dahulu untuk
Pagi hari merekah cerah, Anaya terbangun dari tidurnya. Anaya heran Dia sekarang sudah berada diatas tempat tidurnya, lalu ada sepasang tangan yang mendekapnya mesra. Anaya berbalik dan melihat wajah suaminya, Anaya sangat senang sekali. Ansen mulai berubah, Ansen tidak lagi kasar padanya dan bahkan sudah mulai memanggilnya "Istriku". Anaya mengelus sebentar wajah suaminya, lalu dengan perlahan melepaskan dekapan suaminya dan keluar dari kamarnya. Anaya duduk bergabung bersama keluarga besarnya di ruang makan, sebelum Anaya duduk tiba-tiba Ayahnya mengatakan sesuatu. "Anaya, Coba tanyakan dulu kepada Ansen mengenai latar belakangnya! Ayah sungguh sangat penasaran, Nanti setelah itu ajak Ansen sarapan bersama dengan kita!" Anaya menghela napasnya, namun karena mendengar niat baik ayahnya yang akan mengajak Ansen sarapan bersama maka Anayapun segera pergi kekamarnya. Diwaktu bersamaan Sudiro datang dengan wajah sumringah, sebelum Sudiro mengatakan apapun Dia melihat semua orang tel
Sebuah mobil mewah masuk dan berhenti didepan pintu rumah Anaya. Keluarga besar Anaya tidak berani datang menyambut tamu itu. Mereka hanya memperhatikan dengan waswas, Masih ada sedikit ketakutan dengan kejadian sebelumnya. Dua pria berpakaian rapi turun dari mobil dan berjalan dengan cepat mendekati mereka. Salah seorang dari mereka membawa sebuah koper berwarna hitam yang lumayan besar. Mereka berjalan sampai didepan Ansen, lalu mereka berdua menyapa Ansen dengan membungkukkan badannya.. "Salam Hormat, Tuan Ansen! Kami adalah anak buah Tuah Wujin. Maafkan kedatangan kami mengganggu Tuan Ansen, Kami datang pagi ini diperintahkan untuk mengantarkan uang kemenangan Tuan Ansen. Terimalah uang sebesar 500 juta hep ini Tuan Ansen, Ini adalah uang Tuan!" Mereka berdua berkata dengan sopan, Lalu salah seorang dari mereka membuka koper hitam itu seraya mengulurkannya ke hadapan Ansen. "Apaaa,.....! Wujin benar-benar serius yah!" Wiradi seketika langsung terkejut, Dia sebelumnya berpikir W
Jansen berjalan bergandengan tangan dengan mesra bersama Anaya. Anaya menyandarkan dirinya ke dada Ansen. Jantung Anaya berdetak dengan kencang, Senyumnya mengembang sangat manis. "Istriku sayang! Katakan padaku, Sayang mau sarapan apa!" Ansen bertanya dengan mesra kepada Anaya. "Aku pengen makan bubur ayam saja suamiku sayang!" Anaya menjawab Ansen sambil tersenyum. Mereka lalu pergi ke sebuah warung pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Setelah memesan bubur ayam lalu mereka berdua duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian mereka makan dengan sangat lahap, Sesekali mereka saling pandang dengan malu-malu. Beberapa saat kemudian datang beberapa pemuda berpakaian lusuh ke warung itu. Salah satu dari mereka lalu berkata dengan marah, "Bono! Mengapa sudah sampai satu minggu engkau belum memberikan uang keamanan? Apa kau bermaksud tidak membayar nya yah?" Pak Bono menjawab dengan ketakutan, "Maaf Tuan Willy! Jualanku selama ini sepi sekali, Aku belum mampu memberikannya kepa
Seorang teman Willy tiba-tiba berbisik kepada Willy, Dia curiga Ansen telah menipu mereka. Apakah benar-benar tadi Ansen menghubungi Wujin? Dia merasa sebenarnya mereka dikerjai oleh Ansen? Willy mengernyitkan dahinya, Di satu sisi memang ada benarnya kecurigaan temannya. Wujin bukan orang sembarangan, Tidak semua orang kenal kepadanya. Willy tersenyum lebar, Dia benar-benar percaya dengan ucapan teman-temannya. Willy lalu menatap Ansen dengan marah, sebelum Dia berkata apapun tiba-tiba handphonenya berdering. Willy melihat Tanzie menghubungi dirinya. Willy terkejut, Sebab Tanzie adalah Boss Willy. Willy mengangkatnya dan terdengar suara Tanzie menggelegar penuh emosi. "Willy,....! Apakah benar engkau mengganggu Tuan Ansen? Apakah engkau ingin menghabisinya dan memperkosa Nyonya Anaya!" Tanzie marah-marah memaki Willy. "Aaa,......!" Willy menjawab dengan kelu. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi, ternyata Ansen benar-benar kenal dengan Wujin. "Dasar bodoh! Kau mau mati yah!
Ansen kembali ke rumah bersama Anaya, Begitu sampai diteras rumah ternyata keluarga besar Anaya sudah menunggu mereka berdua dan langsung menyambut mereka dengan semangat. Kini mereka semua sangat ramah kepada Ansen, Semua sikap mereka berubah drastis kepada Ansen. Mereka sekarang memandang Anden dengan sangat sopan dan hormat. "Ekh,..! Kalian sudah pulang yah? Ayo, Silahkan makan dulu! Mama sudah masakin makanan yang enak loh!" Marina berkata dengan sangat senang. Ansen telah begitu baik memberikan semua uang kemenangannya kepada Marina. Itu bukanlah uang sedikit, itu adalah uang yang sangat besar sekali. Sekarang Ansen telah menjadi menantu kesayangan Marina. "Ibu,...! Kami baru makan tadi, Masih kenyang loh!" Anaya menjawab cepat seraya tersenyum. "Hei,...! Gak boleh begitu donk, Mama sudah cape-cape masak loh! Ayo dimakan donk, Mama jamin pasti enak deh!" Marina kembali merayu mereka berdua. "Istriku sayang! Mama sudah begitu repot mempersiapkan makanannya! Ayo kita cobain yu
Wiradi dan Marina masuk ke sebuah rumah yang megah. Wiradi sudah beberapa kali datang ke rumah ini, jadi Dia bersikap biasa saja. Sementara itu, Bagi Marina ini adalah kunjungan pertamanya. Dia tidak bisa menutupi kekagumannya akan rumah mewah itu.Seorang pelayan muncul dan menyapa mereka, "Tuan Wiradi, Nyonya Marina! Silahkan ikut saya! Tuan Wujin sudah menantikan kalian!" "Oh Iyah! Baiklah! Silahkan pimpin jalannya!" Wiradi menjawab pelayan itu seraya membawa istrinya. Mereka sampai di sebuah ruang tamu yang dipenuhi dengan barang-barang antik. Disitu Wujin telah duduk menantikan mereka sambil menikmati segelas teh. Wiradi dan Marina kemudian duduk di dekat Wujin. Dengan cepat seorang pelayan menuangkan teh kepada mereka. Wiradi ingin bertanya kepada Wujin, Namun Wujin langsung berkata kepadanya, "Aku tahu tujuan kalian datang kerumahku!" "Benarkah Tuan Wujin! Kalau begitu bantulah kami Tuan Wujin!" Wiradi berkata kepada Wujin. "Hahahahahaha,............! Sayangnya aku diber