Share

Bab 5

Keluarga besar Anaya sempat berharap ketika mendengar teriakan itu, namun ketika mereka menyadari itu adalah teriakan Ansen maka mereka semua kembali ketakutan.

Mereka hanya bisa menangis dan pasrah melihat keadaan Anaya, Mereka tidak tahu harus melakukan apalagi. Mereka lalu menatap Ansen dengan sangat murka dan mengutuki Ansen didalam hatinya.

Erlan dan anak buahnya juga tidak mempedulikan teriakan Ansen. Mereka tetap mendekati Anaya dengan perlahan, suasana menjadi sangat mencekam sekali. Nasib Anaya saat ini sudah berada di ujung tanduk.

Ansen menatap Wujin dengan sangat marah, Ansen tidak menyangka Wujin akan menipunya. Ansen menjadi sangat murka.

"Hehehehehe, Apa yang ingin kau lakukan!" Wujin tertawa terkekeh-kekeh. Wujin sangat senang rencananya berhasil, Wujin memang sudah lama menginginkan Anaya. Wujin sudah membayangkan keindahan tubuh Anaya, tanpa sadar Wujin menelan ludahnya sendiri.

Ansen lalu segera berdiri, senyumnya mengembang dengan sinis. Ansen menyeringai seraya menatap Wujin, Dia berjalan perlahan mendekati Wujin.

Ansen berkata dengan lembut, seraya melepaskan beberapa kancing bajunya dan membuka bajunya, "Wah, Tampaknya disini sangat panas yah!"

Wujin memicingkan matanya dan melihat dengan seksama kepada Ansen. Tiba-tiba wajahnya menjadi sangat pucat, Wujin menelan ludahnya berkali-kali seraya berkata dengan terbata-bata, "Naga Merah, Naga Merah!"

Setelah itu Wujin segera menguasai dirinya, lalu dengan cepat dia berteriak ketakutan, "Erlan, Berhenti! Bawa segera anak buahmu kemari, Cepat kemari! Cepattt!"

Semua orang menjadi sangat terkejut, kepala mereka semua dipenuhi dengan kebingungan. Kenapa Wujin tiba-tiba berubah? Kenapa Wujin melepaskan Anaya?

Erlan segera berbalik dan membawa anak buahnya, Anaya terduduk lemas penuh syukur dengan nafas masih memburu. Semua keluarga besar Anaya cepat-cepat mendekati Anaya, lalu mereka semua berpelukan dengan sangat bahagia.

Erlan lalu kembali dan berdiri disebelah Wujin, Wujin segera berteriak keras memanggil seseorang, "Zueye, Cepat kemari! Coba perhatikan baik-baik, Aku yakin engkau salah melihat orang. Tidak mungkin Tuan Ansen yang berutang, pasti engkau silap!"

Zueye cepat-cepat mendekat dengan masih kebingungan, Zueye menatap Ansen dan Wujin bergantian. Wujin tampaknya seperti mengatakan sesuatu kepada Zueye, Zueye segera mengerti dan memahaminya lalu berkata, "Tuan Wujin, Sepertinya kita memang telah salah! Kelihatannya orang itu memang mirip dengan Tuan Ansen, Tapi setelah kuperhatikan dengan cermat ternyata bukan Tuan Ansen! Kita memang telah salah mengenali orang Tuan Wujin!"

"Hahahahahahaha, Sudah kuduga kita memang telah salah! Tuan Ansen, Maafkan anak buahku yang tidak bisa melihat dengan baik. Kami memang telah melakukan kesilapan besar, Kami mohon maaf yah!" Wujin berjalan mendekati Ansen dan ingin membungkuk kepada Ansen.

Ansen segera memberi tanda menggelengkan kepala kepada Wujin, lalu Ansen kembali memakai bajunya. Ansen segera meletakkan jarinya dimulutnya dan mengedipkan sebelah matanya kepada Wujin.

Wujin seolah mengerti tanda yang diberikan oleh Ansen, Wujin kemudian bersikap seperti biasa saja. Wujin segera mendekati keluarga besar Anaya, lalu membungkuk kepada mereka dan berkata, "Aku sangat meminta maaf, Telah terjadi kesilapan dan kami telah menimbulkan kegaduhan. Ternyata tadi anggotaku telah salah mengenali orang, Tuan Ansen tidak pernah berhutang kepada kami!"

"Apaaa! Wujin, Ada apa dengan dirimu! Lalu bagaimana engkau bisa menjelaskan surat-surat ini!" Wiradi berkata dengan penuh keheranan.

"Kriett, Kriettt!" Wujin dengan cepat mengambil surat-surat itu lalu mengoyakkkannya didepan mereka semua.

"Surat! Surat yang mana yah! Tuan Wiradi, Anda suka mengada-ada yah!" Wujin berkata sambil berpura-pura mencari-cari sesuatu.

"Tuan Wiradi justru hari ini aku membawa kabar baik, Tuan Ansen semalam menang undian berhadiah di tempatku! Tuan Ansen mendapatkan hadiah sebanyak 500 juta hep, Besok pagi anggotaku akan mengantarkannya kemari!" Wujin menyambung ucapannya dengan yakin.

Mendengar perkataan Wujin sontak mereka semua bertambah heran, mereka lalu menatap Ansen dengan penuh kebingungan.

Dalam sekejap Wujin berubah, dan seolah-olah Wujin sangat menghormati Ansen. Bahkan Wujin memanggilnya dengan sebutan Tuan. Tentu hal ini semakin memperbesar tanda tanya di kepala mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status