Vania merasa dirinya berada di gurun tandus yang mendapat siraman air es di teriknya mentari kala Verrel memperlakukannya bak seorang istri.
Tubuhnya menegang ketika Verrel terus menciuminya dari ujung rambut sampai ujung kaki, angannya melambung tinggi menggapai surga kenikmatan disaat Verrel menindih tubuhnya dengan perlahan. Tak kuasa menahan, ia mendesis menikmati hujaman rudal perkasa milik pria tampan yang terus memaju mundurkan tubuhnya, semakin lama semakin menambah kecepatan seiring jarum jam bergerak. Tak ingin hanya menjadi penikmat surga dunia, Vania menarik tubuh Verrel dan meminta untuk bertukar posisi, menciptakan surga bagi pasangan pria nya saat ini, aksinya ini membuat pria itu tersenyum senang. Verrel menikmati sentuhan demi sentuhan yang menggetarkan hati, hingga ia merasa hatinya hampir meledak, menikmati kuluman lidah Vania y" Sudah, jangan nakal, ikutin saja kata kataku, aku tak akan menyakiti mu " Bisik Verrel mesra seraya mencium telinga Vania yang membuat Vania makin membenci dirinya " Aku harus segera bekerja aku sudah sangat terlambat ku mohon " Pinta Vania kepada Verrel dan mendengar itu Verrel pun mengabulkannya " Baiklah tapi sebelum bekerja kita harus makan dulu kasihan pelayan tua yang sudah susah payah memasakkan untukmu " Ujar Verrel menyebut nama pelayan Itu Vania sontak teringat kemarin kepala nya pusing setelah minum pemberian sang pelayan tua itu. " Apakah kamu memasukkan sesuatu di minumanku semalam? Karena kemarin setelah aku meminumnya aku merasa pusing dan tidak ingat apapun " Tanya Vania ketus. " Ternyata kamu lucu juga sayang.. kemarin kita memulai semua be
Tapi, apaa.!? Ia harus menelan pil kekecewaan, dan kali ini lebih pahit, harapannya pupus, setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Vania turun dari mobil mewah seorang pria yang lebih muda darinya dan memiliki wajah yang tampan bak model papan atas, dengan kulit terawat dan tubuh atletis, sangat menjadi idaman para wanita dengan postur tubuhnya yang tinggi. Otaknya langsung berfikir kotor, ketika melihat pria itu tampak akrab dengan mengagndeng tangan Vania, tatapaj pria itu menyiratkan rasa cinta yang dalam terhadap Vania. Pertanyaan demi pertanyaan terus melintas mengisi penuh seluruh rongga otaknya, ia tidak terima dengan perlakuan Vania yang seolah memanfaatkan dirinya, dan meninggalkan dirinya begitu saja pagi - pagi buta, lalu pagi ini ia melihat Vania dengan pria lain, darimanakah mereka? Akan kah Vania bermalam bersama pria muda nan tampan itu semalam suntuk? Pikirannya melayan
Mereka menikmati makanan hasil masakan Vania, dengan senda gurau melepas rindu seolah sudah sangat lama tak bersua, padahal baru semalam mereka bertemu. Dendi dengan kemarahannya Karena tidak mengetahui yang terjadi sebenarnya. Vania beranjak untuk membungkus Pure labu untuk Cameella, dan disaat itu ponsel milik Dendi berdering, perlahan ia merogoh saki celananya dan melihat siapa gerangan yang menghubunginya, terlihat di layar kaca. *Dela memanggil* Dendi mengabaikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke kantong celana, ia mengalihkan pandangannya, menatap Vania yang sudah selesai menata makanan untuk dibawa olehnya, senyum mengembang menghiasi wajah tampannya. " Nih, dah siap, moga baby Cameella suka yah, oh ya mas, kenapa kamu ga angkat telpon mas? bukannya tadi berdering, siapa tau penting loh.. " Ujar Vania seraya menyodork
Perjalanan panjang Della akhirnya sampai disebuah gedung yang di kelilingi pepohonan, sekilas gedung itu terlihat lebih mirip seperti sebuah gudang. Della memasuki gedung itu dengan santai, terlihat pria - pria berbadan kekar menunduk hormat ketika melihatnya memasuki gedung itu. Ia terus melangkahkan kaki menuju ruang kerja di gedung tersebut, tapi tak mendapati orang yang ia cari disana, dengan amarah yang memuncak di ubun - ubun, ia melanjutkan langkahnya dengan menaiki tangga menuju kamar. Kamar tersebut tertutup rapat, terdapat dua orang pria berbada tinggi melerainya untuk masuk, tapi Della tak menghiraukan permintaan penjaga kamar itu, dengan kasar ia membuka pintu kamar, bola matanya terbelalak lebar melihat pemandangan yang membuatnya semakin tersulut amarahnya. ia mendapati pria itu tengah menikmati cumbuan wanita cantik, sang pria sontak ter
Vania langsung melirik jam yang ada di tangannya, mendadak ia berkeringat dingin menghadapi situasi ini. Ia berfikir keras bagaimana caranya ia berpamitan dengan Dendi " Heii kenapa kamu ngelamun?Pesan dari siapa sih? Sebegitu seriusnya kamu Van..” Ucapan yang keluar dari bibir Dendi menyentakkan lamunannya dan Vania menjawab sekenanya. " Ini temen mo kerumahku mas, dia kawatir karna aku ga ngantor tadi, aku balik dulu ya mas, sampe ketemu lagi meella yang cantikkk.... " Ujarnya seraya mencium pipi Cameella dengan gemas dan Dendi yang menyaksikan pemandangan yang sangat ia rindukan. " Kenapa gak suruh kesini aja temenmu itu van..? " Tanya Dendi yang melihat kepanikan diwajah Vania seraya beranjak memanggil baby sitternya&n
Ucapan Verrel sepertinya telah membuat Vania merasa tidak tega jika mengabaikannya begitu saja, ia menghela nafas panjang dan mempertimbangkan segalanya. Verrel tersenyum dalam hati melihat ekspresi wanita di hadapannya. Meskipun ia memang jujur akan pergi malam ini menggunakan jet pribadinya ke luar kota, tapi mengenai kematiannya, itu hanyalah sebagian cara untuk meluluhkan hati wanita yang telah mengusik ketenangan jiwanya, agar bersedia meluangkan waktu untuknya. Meski begitu, ia tak memiliki niat buruk terhadap Vania, ia berjanji pada dirinya sendiri akan mendapatkan Vania dengan cara yang normal selayaknya pasangan bahagia lainnya, ia tak ingin mengulang keegoisannya menikmati malam yang penuh dengan desahan nafsu dengan cara kotor seperti yang telah ia lakukan sebelumnya. Itu sebabnya Verrel berusaha keras untuk selalu bersikap selembut mungkin terhadap Vania, ia ingin Vania membu
Mendapati Vania tersipu malu, membuat Verrel tertawa, betapa menggemaskannya wajah wanita itu saat ini, Verrel meraih tangan Vania dan menggenggamnya. " Van...maukah kamu menunggu kepulanganku, aku janji tak akan lama.." Suara Verrel berbisik seraya memainkan jemari Vania yang berada di genggamannya. " Paan sih kamu bahas tu mulu " Ujar Vania seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Verrel. Ia tak ingin terbawa suasana yang romantis, tapi semakin ia berusaha, semakin Verrel menahan sembari menatap wajah Vania. Hingga akhirnya terjadi tarik menarik yang menbuat Verrel terjatuh ke dalam air. Seketika Vania menutup bibirnya karena terkejut, sorot matanya ketakutan karena telah membuat bos mafia terjatuh ke dalam kolam renang karenanya. Kekawatiran terlukis jelas diwajah Vania, hingga membuat Verrel tersenyum karena terlintas id
Sementara disisi lain Vania yang terjaga karena sinar matahari yang menembus jendela kamarnya, dan menyapanya pagi itu, membuatnya bergegas mandi untuk pergi bekerja. Setelah nenyiapkan semuanya, ia berangkat menuju kantor dimana ia bernaung mengais rejeki selama ini. Sesampainya di gedung tempatnya bekerja, suasana hening seketika setelah melihat kedatangannya, semua mata tertuju padanya dan mereka berbisik - bisik sembari melirik kearahnya, begitu juga ketika di dalam lift terdengar sayup - sayup di telinganya mereka berbisik. " Ini loh janda gatal yang menggaet para laki laki kaya.. hati hati pasangan kita di jaga jangan sampe ketemu dia, kalau gak, bersiap buat gigit jari kitanya..” Begitulah percakapan terdengar jelas ke telinganya, ia menghela nafas panjang, dan tersenyum getir mendengar kata demi kata yang mengiris hatinya perlahan.&n