Share

Bab 5

***

Hari ini Arjuna akan tancap gas langsung ke tempat Saka. Untuk menjemput Raina dan menculik cewek itu seharian penuh. Bodo amat soal Raina mau atau tidak. Karena saat ini Arjuna sangat butuh Raina. 

Pucuk dicinta Raina dan segelas kopi sudah nampak di depan kos Saka. 

"Wassap!" sapa Arjuna pada Raina yang lebih terdengar seperti makian sebenarnya. Tapi tidak apa-apa. Arjuna tahu Raina paham tentang perangainya yang satu ini. 

"Masih pagi, Jun." ucap Raina kemudian. 

"Gue udah kangen berat sama lo." 

"Halah. Kangen cuma kalo butuh. Gue hari ini ada kuis, nggak bisa skip kelas." 

"Tau aja kalo gue mau ngajakin skip kelas." Arjuna menjawil lengan Raina. Sedangkan cewek itu malah melotot, mungkin geli dengan kelakuan Juna yang kadang primitif.

"Nggak bisa, Jancuk. Nggak ada waktu gue."

"Rai. Jangan gitu, dong. Gue butuh lo demi kelangsungan hubungan gue sama Lia."

"Hubungan lo sama Lia nggak bisa bikin gue lulus cepet." Raina ngegas. Wajar, sih. Soalnya Arjuna emang ngeselin.

"Raina, please." Kalo di komik mungkin mata Juna sudah bersinar menggoda.

"Stop memperbudak gue diantara hubungan kalian. Lo harus inget, gue jomblo." Raina meraih gelas kopinya. Kemudian nyeruput pelan dan mengabaikan ocehan Arjuna. 

"Lo nggak kasihan sama gue? Kalo gue putus beneran sama Lia gimana? Gue jomblo, dong." 

"Selama ini hal itu nggak pernah penting bagi gue." Raina berdiri lantas berlalu. Meninggalkan Arjuna dengan melasnya. Namun bukan Juna jika tidak memaksa. 

"Gue beliin kopi Janji Jiwa. Atau mau gue cariin pacar, hayuk. Gue kenalin ke temen terbaik gue." 

Raina berbalik pada akhirnya. Kemudian tersenyum semanis yang dia bisa. Wow, senyum Raina sangat manis. Sungguh. 

"Nggak! Gue nggak mau skip kelas. Kalo lo mau, ya nanti aja. Selesai kelas gue." Raina sempurna masuk ke kos Saka. Arjuna cemberut. Sepertinya Raina tidak bisa menyelamatkan hubungannya dengan Lia. Jadi Juna harus apa sekarang? 

'Kak Lino. Kalo kakak jadi Juna, kakak bakal apa?'

***

'Gue kenalin ke temen terbaik gue' gitu katanya. Raina hanya tersenyum kecut. 

"Juna kenapa?" 

"Ngajak gue keluar. Tapi gue nggak bisa, hari ini ada kuis." 

Saka hanya ber oh ria kemudian keluar untuk menemui Arjuna. Raina tak peduli, dia sedang enggan cari masalah. 

Menit berikutnya ponsel Raina bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari Mama. Isi pesan itu kurang lebih sebuah ancaman agar Raina pulang hari ini. Namun Raina mengabaikan. Sama seperti pesan-pesan berikutnya atau sebelumnya.

Kedua orang tua Raina adalah sosok yang ambisius. Tentang karir dan reputasi mereka. Raina tak tau banyak namun cukup paham kenapa keduanya begitu menentang perceraian diantara pernikahan mereka yang sebetulnya sudah tak baik-baik saja. Raina tak banyak paham alasan lain selain semua demi kebaikan Raina. Persetan dengan kata itu. Karena faktanya keputusan kedua orang tuanya untuk tidak bercerai justru melukai Raina lebih banyak. 

Raina pernah berpikir apa yang akan terjadi jika kedua orang tuanya bercerai. Apakah dirinya akan gila seperti kebanyakan anak broken home lainnya atau justru tersenyum lega karena pada akhirnya neraka yang mengurungnya sudah berakhir. Raina selalu menunggu hari itu. Ia selalu menunggu sebuah perceraian yang akan membebaskannya. 

"Kalo mereka cerai, emang lo yakin semua bakal baik baik aja?" tanya Saka satu waktu. Raina hanya tersenyum sengit. Entah. Dirinya tak pernah tau. Dan tidak akan pernah tau jika tidak pernah mencoba, bukan?

"Setelah semua ini, gue nggak yakin bakal ada kata baik-baik aja buat gue." 

"Kata itu nggak akan ada kalo lo nggak pernah coba buat baik-baik aja." Ucapan Saka selalu spesial. Selalu bisa membuat Raina terombang-ambing bersama keadaan hatinya. Rasanya seolah Saka mengendalikan tuas kemudi otak dan hatinya. 

"Lo mau jadi saksi atas kata itu, Saka?" 

Sejak hari itu kata baik-baik saja tak pernah muncul. Kata baik-baik saja selalu pergi menjauh. Enggan mendekat meski Raina membujuknya dengan pertaruhan nyawa. 

"RAINA! GUE TUNGGU SETELAH KELAS." jerit Arjuna dari luar menyadarkan Raina atas pesan teks yang baru saja dia terima. Yah, begitulah Arjuna. Suka memaksa bahkan ketika dengan tegas orang di sekitarnya bilang tidak. Khas Arjuna yang membuat Raina berpikir ulang. Tentang kata baik-baik saja itu. Mungkin, Arjuna bisa mewujudkannya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status