共有

Bab 5

作者: Septianisa C
last update 最終更新日: 2021-08-29 14:07:45

***

Hari ini Arjuna akan tancap gas langsung ke tempat Saka. Untuk menjemput Raina dan menculik cewek itu seharian penuh. Bodo amat soal Raina mau atau tidak. Karena saat ini Arjuna sangat butuh Raina. 

Pucuk dicinta Raina dan segelas kopi sudah nampak di depan kos Saka. 

"Wassap!" sapa Arjuna pada Raina yang lebih terdengar seperti makian sebenarnya. Tapi tidak apa-apa. Arjuna tahu Raina paham tentang perangainya yang satu ini. 

"Masih pagi, Jun." ucap Raina kemudian. 

"Gue udah kangen berat sama lo." 

"Halah. Kangen cuma kalo butuh. Gue hari ini ada kuis, nggak bisa skip kelas." 

"Tau aja kalo gue mau ngajakin skip kelas." Arjuna menjawil lengan Raina. Sedangkan cewek itu malah melotot, mungkin geli dengan kelakuan Juna yang kadang primitif.

"Nggak bisa, Jancuk. Nggak ada waktu gue."

"Rai. Jangan gitu, dong. Gue butuh lo demi kelangsungan hubungan gue sama Lia."

"Hubungan lo sama Lia nggak bisa bikin gue lulus cepet." Raina ngegas. Wajar, sih. Soalnya Arjuna emang ngeselin.

"Raina, please." Kalo di komik mungkin mata Juna sudah bersinar menggoda.

"Stop memperbudak gue diantara hubungan kalian. Lo harus inget, gue jomblo." Raina meraih gelas kopinya. Kemudian nyeruput pelan dan mengabaikan ocehan Arjuna. 

"Lo nggak kasihan sama gue? Kalo gue putus beneran sama Lia gimana? Gue jomblo, dong." 

"Selama ini hal itu nggak pernah penting bagi gue." Raina berdiri lantas berlalu. Meninggalkan Arjuna dengan melasnya. Namun bukan Juna jika tidak memaksa. 

"Gue beliin kopi Janji Jiwa. Atau mau gue cariin pacar, hayuk. Gue kenalin ke temen terbaik gue." 

Raina berbalik pada akhirnya. Kemudian tersenyum semanis yang dia bisa. Wow, senyum Raina sangat manis. Sungguh. 

"Nggak! Gue nggak mau skip kelas. Kalo lo mau, ya nanti aja. Selesai kelas gue." Raina sempurna masuk ke kos Saka. Arjuna cemberut. Sepertinya Raina tidak bisa menyelamatkan hubungannya dengan Lia. Jadi Juna harus apa sekarang? 

'Kak Lino. Kalo kakak jadi Juna, kakak bakal apa?'

***

'Gue kenalin ke temen terbaik gue' gitu katanya. Raina hanya tersenyum kecut. 

"Juna kenapa?" 

"Ngajak gue keluar. Tapi gue nggak bisa, hari ini ada kuis." 

Saka hanya ber oh ria kemudian keluar untuk menemui Arjuna. Raina tak peduli, dia sedang enggan cari masalah. 

Menit berikutnya ponsel Raina bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari Mama. Isi pesan itu kurang lebih sebuah ancaman agar Raina pulang hari ini. Namun Raina mengabaikan. Sama seperti pesan-pesan berikutnya atau sebelumnya.

Kedua orang tua Raina adalah sosok yang ambisius. Tentang karir dan reputasi mereka. Raina tak tau banyak namun cukup paham kenapa keduanya begitu menentang perceraian diantara pernikahan mereka yang sebetulnya sudah tak baik-baik saja. Raina tak banyak paham alasan lain selain semua demi kebaikan Raina. Persetan dengan kata itu. Karena faktanya keputusan kedua orang tuanya untuk tidak bercerai justru melukai Raina lebih banyak. 

Raina pernah berpikir apa yang akan terjadi jika kedua orang tuanya bercerai. Apakah dirinya akan gila seperti kebanyakan anak broken home lainnya atau justru tersenyum lega karena pada akhirnya neraka yang mengurungnya sudah berakhir. Raina selalu menunggu hari itu. Ia selalu menunggu sebuah perceraian yang akan membebaskannya. 

"Kalo mereka cerai, emang lo yakin semua bakal baik baik aja?" tanya Saka satu waktu. Raina hanya tersenyum sengit. Entah. Dirinya tak pernah tau. Dan tidak akan pernah tau jika tidak pernah mencoba, bukan?

"Setelah semua ini, gue nggak yakin bakal ada kata baik-baik aja buat gue." 

"Kata itu nggak akan ada kalo lo nggak pernah coba buat baik-baik aja." Ucapan Saka selalu spesial. Selalu bisa membuat Raina terombang-ambing bersama keadaan hatinya. Rasanya seolah Saka mengendalikan tuas kemudi otak dan hatinya. 

"Lo mau jadi saksi atas kata itu, Saka?" 

Sejak hari itu kata baik-baik saja tak pernah muncul. Kata baik-baik saja selalu pergi menjauh. Enggan mendekat meski Raina membujuknya dengan pertaruhan nyawa. 

"RAINA! GUE TUNGGU SETELAH KELAS." jerit Arjuna dari luar menyadarkan Raina atas pesan teks yang baru saja dia terima. Yah, begitulah Arjuna. Suka memaksa bahkan ketika dengan tegas orang di sekitarnya bilang tidak. Khas Arjuna yang membuat Raina berpikir ulang. Tentang kata baik-baik saja itu. Mungkin, Arjuna bisa mewujudkannya.

***

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • ARJUNA   After Arjuna Bag 5

    Arjuna PoV"Kabar gue baik," katanya.Gue tersenyum canggung. Cowok tadi berdiri, ke tempat yang gue lihat seperti dapur umum lantas mulai sibuk dengan dua gelas disana. Gue masih mengamati, bagaimana cowok itu yang tudak berubah sama sekali. Masih hobi mengenakam celana pendek dan kaos kebesaran. Perutnya masih sedikit menggbul seperti dulu, dan rambut sedikit ikal coklatnya juga tidak berubah sama sekali. Gue menelan saliva ketika cowok itu menyajikan kopi hitam untuk gue."Nggak usah canggung," ujarnya. Membuat gue yang tadinya ingin menyesap kopi jadi urung. Meletakkan itu kembali."Lo sendiri juga canggung." Gue berkata pelan. Mencoba menjadi tenang seperti gue yang dulu. Gue beberapa tahun lalu. "Sorry, mungkin karena gue.""Iya. Semua emang karena lo. Seandainya enggak, lo tau kita bakal jadi apa sekarang?"Gue diam. Meski jujur gue nggak paham dengan apa yang barusan gue dengar."Gue m

  • ARJUNA   After Arjuna Bag 4

    Arjuna's PoVSemarang tidak buruk. Atau gue akan bilang cukup menarik. Lebih panas dari Jogja dan sedikit lebih ramai. Rumah nenek Jeli ada di bagian atas Semarang. Daerah Tembalang atas. Perjalanan kesana tidak jauh, hanya sedikit menanjak. Namun suguhan pemandangan Semarang cukup menarik.Kami sampai di sebuah rumah tua bergaya klasik. Dengan joglo dan ukiran tiang rumah yang masih kental jaman dulu. Gue tebak, kalo rumah ini di jual, bisa menghasilkan milyaran rupiah untuk beberapa pecintanya. Belum bagaimana pemandangan semarang yang bisa sedikit terlihat dari sini."Mau teh atau sirop, Jun?" Jeli bertanya pada gue. Gue memang sedang duduk di bawah pohon mangga dimana dibawahnya ada seperti dipan kayu yang sudah cukup berumur. Tapi sejuk dan pemandangan Semarang tetap menarik bagi gue."Sirop ada? Pake es batu juga ada?""Ada. Tunggu aja situ."Semarang dan bagaimana cerita itu akan dimulai. Gue menghela napas pan

  • ARJUNA   After Arjuna Bag 3

    Arjuna PoVJogja menyenangkan. Ada banyak hal yang membuat gue lupa tentang rasa sakit. Banyak juga hal positif yang bisa gue dapat. Gue menjadi mahasiswa seni rupa sekarang. Iya, sebelum DO gue memang bukan mahasiswa seni. Tapi sekarang gue menyukai seni. Kalian tau, melakukan hal yang kita sukai jauh lebih indah dari melakukan hal yang bisa dapat banyak uang. Wait. Gue jadi kasihan sama Ali.Gue sedang berdiri di depan sebuah tembok kosong. Banyak cat di sekitar gue juga banyak orang, banyak teman."Arjuna, tembok yang itu lo urus ya? Gue sama Kevin ke tembok sebelah. Peserta yang disana mendadak out. Kosong. Kan sayang kalo nggak digambar."Gue ikut mural. Karena gue mahasiswa seni? Enggak juga. Setelah masuk seni, gue jadi suka gambar. Kata temen gue, gambar itu bisa disebut healing. Wait. Kawan gue. Sebentar."Kevin misah. Sekarang kampus jadi dua tim yang ikut. Gue sama lo dan Kevin sama Rangga berdua." Jeli berkata tenang.&

  • ARJUNA   After Arjuna Bag 2

    Saka PoV***"RAJENDRA!! KATA IBUK KAMU DISURUH PULANG. CEPETAN KATANYA!" itu teriakan yang gue dengar. Sumpah, nyaring banget."BENTAR!!" dan itu jawab gue nggak kalah ngegas. Gue masih asik nguyah jambu biji ketika cewek yang tadi berteriak menyodokkan gagang sapu kearah gue."Eh, sianjing. Jangan gitu. Nanti gue jatuh.""Kamu tuh disuruh beli bawang. Balik dulu baru maling jambu."Informasinya gue nggak lagi maling. Pohon jambu yang sekarang gue panjat tidak berpemilik. Atau, sebenernya ada, tapi goib. Soalnya di depan rumah kosong.Oh iya. Bawang. Gue belum beli. Gue turun dari pohon setelah metik satu buah jambu lagi, lantas berjalan ke toko kelontong yang jual bawang. Cewek bersuara nyaring tadi masih ngikutin."Kamu betulan nggak mau ke Jakarta?"Pertanyaan secara tiba-tiba. Gue menggigit jambu kecil kemudian mengunyahnya singkat."Kan gue udah jadi karyawan tetap disini.

  • ARJUNA   After Arjuna Bag 1

    Raina PoVHalo, gue Raina. Diluar hujan dan cukup dingin. Gue hanya ingin bertanya bagaimana kabar kalian. Semoga baik. Setelah pada akhirnya gue pergi sangat jauh, gue menemukan banyak hal baru. Tentang pertemanan, tentang luka, tentang cinta dan sesuatu yang paling gue cari, tentang pulang. California tidak begitu buruk. Gue melewati hari dengan baik-baik saja. Gue bahkan bisa jalan-jalan, sengaja tertidur di teras minimarket atau keliling dengan angkutan umum hingga gue lupa dimana gue berada.Makanan di negara ini berbeda dengan Indonesia, itu salah satu hal yang gue rindu. Iya, salah satu doang. Yang lainnya? Gue merindukan seseorang.Penerbangan gue di jam 10 pagi, dan disini gue berada. Duduk seorang diri menatap tiket penerbangan dan, oh, ponsel gue bergetar. Dari Mama."Halo, Ma." Gue menyapa dengan riang. Suara diujung sana tak kalah riang. Ah, gue jadi rindu."Udah mau terbang?" tanyanya."Bentar lagi. De

  • ARJUNA   Bab 51

    ***"Ati-ati, Rai. Kabar kabar ke kita kalo ada apa-apa." Saka berkata pelan. Menatap mata Raina yang berkaca meski dengan sekuat tenaga dia menyembunyikannya."Jangan lupa sama gue. Apalagi seblak jeletot buatan gue. Kalo lo kangen, bilang aja. Nanti gue kesana." Ecan ikutan berkomentar."Halah, kayak punya duit aja lo." Saka mengejek. Sedang Raina malah terkekeh kecil."Jual ginjal dulu nanti." Kelakarnya."Ngaco, lo." Raina memukul ringan bahu Ecan. "Cuma sampe selesai kuliah. Nanti gue langsung pulang.""Lebaran pulang, dong. Nanti gue bawain nastar dari Bandung.""Bedanya nastar Bandung sama Jakarta apa?" Lia bertanya."Sama kayaknya. Kalo yang di Bandung sih buatan nyokap."Raina tersenyum. Iya, dia akan rindu.Jam keberangkatan pesawat Raina masih satu jam lagi. Dia masih harus menunggu hingga waktu itu tiba. Dan waktu menunggu yang orang orang lakukan menjadi beda

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status