Share

Bab 6

***

Julia anaknya anggun dan asik parah. Pertama Juna kenal Lia saat kenaikan kelas dua SMA. Lia cewek pindahan dari Kanada dan katanya akan menetap lama di Indonesia. Kata Raina, Lia ini anaknya lucu, lugu dan manis banget. Raina yang cewek aja nilai Lia begitu bagaimana Arjuna yang notabene masih cowok normal. 

Seperti yang kebanyakan orang tau, Arjuna adalah bajingan kelas kakap dalam urusan wanita. Kalo kata Setiyaki, Arjuna adalah Jancuk terbajingan yang pernah ada bahkan anak anak berniat mengadakan tumpengan untuk mengganti namanya menjadi Arjuna Jancuk Nayaka Badas Prihatmoko. Tapi Papi belum setuju jadi dia belum berniat mengganti kk mereka.

Kenapa nama Arjuna bisa se aesthetic itu? Karena kelakuannya yang kalo kata Mas Abim naudubilah banget. 

Berawal dari kelas satu SMA. Arjuna pernah kenal dengan seorang cewek namanya Tamara. Dia cantik parah. Anak blasteran Indo-Jerman yang lebih lokal dari kebanyakan blasteran. Singkatnya cewek itu dipacarin sama Arjuna tapi dia putusin pas tau kalo ada kakak kelas yang lebih badas dari Tamara. Raina adalah salah satu saksi hidup Arjuna. Dan cewek itu sangat tau perjalanan percintaan Arjuna selama ini. Arjuna berani pacaran sama Lia di kelas tiga pertengahan semester pertama. Bagi Arjuna, pertama kali dia nembak Lia itu terbilang sangat biasa saja. Tanpa bunga atau ala-ala badboy di sekolah. 

"Pacaran, yuk?" itu adalah kalimat ajakan yang Arjuna lontarkan dengan sangat gampang. Awalnya Juna nggak expect kalo Lia akan menerimanya. Tapi, yah. Julia dengan gampang bilang iya. 

Kata Kak Lino, diantara anak-anak Papi dan Mama, Arjuna memang yang paling ganteng setelah Kak Lino tentu saja dari versinya Kak Lino. Katanya pesona Arjuna itu ada di bagian mata dan bibir. Dibawah mata kiri Arjuna ada mole kecil yang manis banget versi Mama. Kemudian bagian bibir begitu cipokable kalo kata Raina dan Saka. Makanya harus dimanfaatkan. 

Apa bibir Arjuna masih perawan? Tentu tidak. Pertanyaan yang jelas banget jawabannya. First kiss Arjuna adalah dengan Tamara. Kemudian setiap pacaran Arjuna akan menunjukan kasih sayang dengan bibirnya. Bukan lagi kalimat karena itu bullshit banget.

Keluar dari sikap bajingan Arjuna yang kalo ditulis bisa bikin mutah. 

Tiga hari lalu Arjuna cekcok hebat dengan Lia. Alasannya klasik, karena Lia cemburu buta. 

Hari itu Lia memergoki Arjuna jalan dengan seorang cewek padahal cewek itu cuma senior Juna aja. Namanya juga cewek. Kalo kata Raina, cewek itu gampang insecure dan memang, cewek yang sedang bersama Arjuna sangat cantik. 

"Lo bisa nggak, sih, sehari aja paham sama apa yang gue rasain." Sarkas Julia hari itu. Arjuna sudah pening soal tugas kuliahnya yang mepet deadline tapi tiba-tiba Lia datang dengan amarahnya. 

"Gue salah apa lagi?" 

"Sumpah, ya. Cowok tuh nggak pernah paham." 

Arjuna sedang pening karena tugas kuliah, kan? Makanya otaknya sedang bekerja lambat. Arjuna ikutan marah.

"Kenapa lagi? Cewek mana lagi yang lo maksud?" Arjuna tak kalah ngegas. Bahkan Saka dan Ecan sampe melongo karena Arjuna tiba-tiba membentak. 

"Kok lo ngegas?" Julia berucap lirih untuk kemudian mengeluarkan ponselnya yang terdapat foto Arjuna dengan seorang perempuan. "Dia siapa?" 

"Lia, please. Gue lagi pusing, jangan bahas hal kayak gini dulu." 

"Oh, gue tau kok lo nggak bisa jelasin siapa dia." Lia meraih ponselnye kemudian memasukkannya dalam tas. "Dia cewek yang sering jalan sama lo. Awalnya gue nggak mau nerka siapa dia, tapi lihat cara kalian tatap tatapan gue jadi mikir cewek itu lebih dari apa-apa buat lo." 

Arjuna tertawa nanar. "Terus mau lo?" 

"Kita break dulu aja, ya? Gue capek." Ucap terakhir Lia sebelum meninggalkan kos Ecan. 

"Silakan. Kalo itu mau lo. Kita udahan juga gue sanggup." 

Arjuna sudah lelah. Dia pening dan tak tau lagi harus berbuat apa. 

***

"Terus sekarang lo mau apa? Gue nggak akan bisa bantu." ucap Raina. Cewek itu juga capek harus jadi penengah di setiap pertengkaran Arjuna dengan pacar-pacarnya. 

"Gue nggak mau putus sama Lia." jawab Juna sambil mengaduk ice americanonya.

"Dia nggak bilang putus, kan? Cuma break. Lia butuh waktu buat ngertiin lo." 

"Dua tahun gue pacaran sama dia, kenapa selama itu dia nggak pernah bisa ngertiin gue?" Arjuna dengan dramatisnya berucap. Raina hanya menggigit sedotan. Duduk di kedai kopi dengan Arjuna duduk didepannya seperti siklus. Akan terjadi setiap beberapa bulan sekali. 

"Sama aja. Dua tahun lo pacaran sama dia tapi lo juga belum bisa ngertiin dia." 

"What?" 

"Manusia itu teka-teki, Jun. Lo nggak akan bisa paham dia selama apapun lo dekat. Kecuali lo berusaha buat tau dia dan lo juga kasih tau dia apa yang harus dia tau dari lo. Kasus lo sekarang, lo cuma mau dimengerti tanpa lo cerita ke dia bagian mana dia harus mengerti lo. Pun sebaliknya, dia pengen lo ngertiin tapi dia nggak pernah bilang bagian mana lo harus ngerti dia." Raina menengguk habis minumannya. Bahkan sampai mengunyah es batu untuk menikmati diam seorang Arjuna. 

"Jadi gue lagi yang salah?" 

"Kalian berdua salah. Itu kesimpulan yang bisa gue kasih ke lo." Raina menarik gelas kopi Arjuna kemudian perlahan menyeruput karena miliknya sudah habis. "Tapi bukan berarti hubungan kalian adalah kesalahan. Sama kayak kasus-kasus sebelunnya. Lo masih punya kesempatan selama lo mau gunain kesempatan itu." 

Arjuna terdiam lama. Bahkan cowok itu diam saja ketika ice americano kesukaanya hampir raib di tangan Raina. 

Seperti kasus-kasus sebelumnya adalah acuan Raina dalam menanggapi curhatan Arjuna. Karena siklus pertengkaran mereka selalu seputar itu. Cewek, saling menyalahkan, tidak dewasa. Raina bahkan muak dengan semuanya. Dia selalu berpikir kenapa manusia masih saling bertahan satu sama lain ketika keduanya selalu mempermasalahkan hal sepertu itu. Sama seperti kedua orang tuanya, kenapa mereka masih bertahan diantara pertengkaran. Padahal hanya mendengar dan menyaksikan saja sudah membuat Raina ingin nyemplung ke neraka secepatnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status