Share

07

last update Last Updated: 2024-07-25 14:42:29

Di dalam kamar hotel yang cukup luas, Summer dan Misel duduk di atas tempat tidur, dikelilingi oleh tumpukan dokumen, peta, dan laptop. Ada pula koper dan beberapa baju baru yang berserakan di lantai. Mengingat Summer tidak bisa kembali ke rumahnya, maka ia dan Misel lebih memilih untuk membeli beberapa keperluan Summer. Kegelisahan tampak jelas di wajah mereka, namun tekad yang kuat untuk melarikan diri, memberikan dorongan tambahan bagi Summer.

"Kita harus pesan tiket buat lo. Malam ini, kan?" tanya Misel.

Summer mengangguk. "Iya. Gue takut banget aktifin hp gue. Pake hp lo boleh, kan?"

Misel langsung mengambil handphonenya dan memeriksa aplikasi tiket online. Misel mencari penerbangan dengan harga paling murah, dan akhirnya ia mendapatkannya. "Ada satu penerbangan jam 11 malam. Dari semua, ini yang paling murah. Mau?"

Summer melihat layar hp Misel lalu mengangguk . "Pesan aja. Gue transfer uangnya sekarang."

Misel mengibaskan tangannya. "Nggak usah. Biar gue yang bayar."

Summer tentu menolak tawaran Misel. Walau Misel bilang murah, tapi tetap saja itu adalah jumlah uang yang cukup besar. "Nggak. Gue yang bayar," tegas Summer. "Udah cukup lo bantu gue."

Misel menyipitkan matanya. "Summer? Lo bakal pergi ke Korea, dan di sana nggak ada siapa-siapa yang bisa lo andalin. Gue juga nggak bisa bantu lo kalau lo udah di sana. Jadi selama gue sanggup bantu lo di sini, gue minta lo nggak usah nolak bantuan gue. Oke?"

Mata Summer berkaca-kaca karena haru. "Lo emang teman paling best yang gue punya!"

Misel mendengus sambil memukul dadanya. "Gue emang yang terbaik, makasih."

Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, Misel akhirnya menyelesaikan pemesanan tiket. "Oke, tiket udah beres. Sekarang kita harus mikir, di mana lo tinggal nanti kalau lo udah sampai di Korea."

Sumber juga memikirkan hal tersebut. "Gue juga belum tau bakal tinggal di mana."

Misel tersenyum angkuh sambil mengangkat dagunya. "Lo punya Misel di sini. Lo nggak perlu khawatir."

Summer ikut tersenyum, mengangkat dua jari jempolnya. "Gue ngandelin lo."

Misel, yang merupakan seorang selebgram dengan banyak pengikut, memutuskan untuk menggunakan jaringan sosial medianya. Ia membuka aplikasi sosial media miliknya dan mulai menghubungi teman-temannya. "Gue coba tanya teman-teman gue yang ada di Korea, siapa tau ada yang bisa bantu."

Ia mulai mengirim pesan satu per satu kepada teman-temannya yang tinggal di Korea atau yang pernah tinggal di sana. “Hey, aku butuh bantuan. Temanku sedang dalam situasi darurat dan perlu tempat tinggal di Korea. Ada yang bisa bantu?”

Tidak butuh waktu lama bagi Misel untuk mendapatkan beberapa tanggapan. Salah satu temannya, seorang influencer bernama Ji-hye, merespon dengan cepat. "Hai, Misel. Temanmu bisa tinggal di apartemenku selama seminggu, sampai dia menemukan tempat lain. Beri tahu aku kapan dia tiba."

Misel menunjukkan pesan itu kepada Summer, yang langsung terlihat lega. "Kita punya tempat untuk lo tinggal sementara," kata Misel sambil tersenyum.

Summer merasa sedikit lega, meskipun masalah utamanya belum sepenuhnya terselesaikan. "Terima kasih, Misel. gue benar-benar nggak tau harus gimana kalau nggak ada lo."

Misel menepuk pundak Summer dengan lembut. "Gue ini sahabat lo, Summer. Gue hanya minta lo kuat buat hadapin hidup lo ke depannya. Sekarang pastiin semua dokumen lo udah siap. Paspor, visa, semuanya."

Summer memeriksa tasnya untuk memastikan semua dokumen penting sudah ada di dalamnya. "Semua udah siap. Kita hanya perlu nunggu sampai waktu berangkat."

Misel tersenyum, puas. "Kalau gitu kita cari makan dulu. Gue lapar banget soalnya."

Summer mengangguk, kemudian mengikuti Misel keluar dari kamar hotel.

***

Rain mengemudikan mobilnya ke rumah Misel, yang ia tahu adalah teman baik Summer. Pikirannya terus-menerus memikirkan Summer. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus ia sampaikan, sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka berdua. Tapi sekarang, dengan Summer yang menghilang, Rain merasa putus asa.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Rain menghubungi seseorang bernama David yang terkenal dengan kemampuannya melacak orang. "Gimana David? Lo udah ketemu jejaknya Summer?"

"Gue butuh waktu, Rain. Gue lagi ngelacak pergerakan hp dia, tapi hp dia nggak aktif. Gue lagi coba cara lain sekarang," tutur David, menjelaskan.

Rain mengembuskan nafas, kasar. "Hah! Oke, kabarin gue kalau ada informasi baru."

"Gue bakal kabarin lo secepatnya," jawab David, kemudian memutuskan sambungan telepon.

***

Di lain sisi, David mulai bekerja dengan cepat. Ia memeriksa rekaman CCTV di sekitar rumah sakit dan mendapati jejak Summer yang meninggalkan rumah sakit. Ia juga mengamati gerak-gerik Misel, sahabat Summer yang sangat aktif di media sosial.

Waktu berlalu tanpa David sadari kalau hari mulai gelap. Setelah beberapa jam menyelidiki, David akhirnya menemukan jejak Misel. Di salah satu sosial media miliknya, Misel sempat membalas beberapa komentar dan bertanya mengenai Korea. Dari situ, David mulai menyelidiki lebih jauh, dan akhirnya ia mendapat informasi terkait Summer.

Tanpa berlama-lama, David langsung menghubungi Rain untuk menyampaikan informasi tersebut.

***

"Misel aktif beberapa jam yang lalu di sosial media. Dia nanya soal Korea, dan bilang kalau ada temannya yang butuh bantuan soal tempat tinggal di Korea."

Suara David yang tenang namun tegas, membuat Rain merasa hatinya semakin berat. "Jadi lo ambil kesimpulan kalau temannya Misel itu, Summer?"

Dari seberang, David menjawab pertanyaan Rain. "Gue yakin 80 persen. Lagian lo ke rumah Misel, orang tua Misel bilang dia nggak ada, kan?"

Rain diam, mendengarkan penjelasan David, dan segala jejak Misel yang bisa David temukan. Penjelasan David juga mulai terdengar masuk akal di benak Rain.

"Lo bisa cari tau, kapan mereka berangkat?" tanya Rain. Ia mengambil kunci mobil, kemudian bergegas keluar kamar.

"Ada penerbangan ke Korea jam 11 malam ini. Gue yakin mereka bakal ada di bandara."

Rain masuk ke mobilnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. "Oke, gue ke bandara sekarang."

Rain memutuskan sambungan telepon, lalu memacu mobilnya menuju bandara dengan kecepatan tinggi. Ia berharap kalau ia belum terlambat.

***

Di bandara, Summer dan Misel berdiri berhadapan, mata mereka berkaca-kaca.

"Misel, terima kasih buat semuanya," ujar Summer, suaranya bergetar. Entah sudah berapa kali ia mengucapkan terima kasih kepada Misel. Ia pikir ia sudah siap untuk pergi, tapi ternyata perpisahan terasa lebih menyedihkan dan menyiksa.

Misel menarik Summer ke dalam pelukannya, dana memeluknya erat. "Jaga diri lo baik-baik di sana, Summer. Kita akan selalu kontekan. Jangan ragu buat hubungi gue kapan aja."

Summer menahan air mata, tapi gagal. "Gue pasti bakal rindu banget sama lo."

Misel melepas pelukannya, kemudian menyeka air mata Summer. "Gue juga bakal rindu lo. Tetap kuat, ya."

Summer mengangguk. "Gue harus masuk sekarang."

Misel ikut mengangguk. "Ingat, kabarin gue kalau lo udah sampai sana."

Summer tersenyum, kemudian berbalik dengan berat hati. Pilihan yang ia ambil akan mengubah seluruh hidupnya, namun ia akan menghadapi kehidupan yang ia pilih dengan berani. Sambil memegang perutnya, ia menguatkan diri dan bayi yang ada di dalam kandungan. Namun belum jauh Summer melangkah, suara berat seorang pria tiba-tiba terdengar dari kejauhan.

"Summer?!!!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ART Kesayangan Tuan Rain   Epilog

    Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya

  • ART Kesayangan Tuan Rain   119

    Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe

  • ART Kesayangan Tuan Rain   118

    Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan

  • ART Kesayangan Tuan Rain   117

    Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem

  • ART Kesayangan Tuan Rain   116

    Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da

  • ART Kesayangan Tuan Rain   115

    Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status