Share

Hukuman

Penulis: Biba
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-20 18:24:56

Guru ganteng itu bernama Alzam, dia adalah guru yang paling ganteng diseluruh guru SMA Bangsa dia guru baru yang beberapa bulan. Hampir semua murid menyukai ketampanannya.

"Kita harus disiplin jadi saya akan tepat waktu," ucapnya tegas.

"Jadi kalo disiplin perihal mencintai harus tepat pada waktunya ya, Pak?" canda Asfha.

"Pak aku bakal menunggu lamaran dari Bapak pada waktunya," lanjut Asfha berteriak dan itu sukses mengundang gelak tawa.

HAHAHA

"Saya sudah mempunyai calon," ucapnya dingin sambil memperlihatkan cincin yang berada ditangan kirinya. 

JLEB

Para siswi yang melihat cincin itu menjadi syok berat sampai ada yang nangis, ada yang pingsan.

"Kesian banget udah berharap tau-tau udah punya calon sakit gak tuh?" ledek Arsad pada Asfha.

Asfha yang mendengar ledekan Arsad membalikkan badan karena Arsad berada di belakangnya, Asfha melirik tajam begitupun dengan Arsad.

"Bodo amat!" ucapnya langsung berbalik lagi.

"Lo belum beruntung, Fha!" ucap Fika so' sedih sambil memeluk Asfha.

"Gapapa yang penting Bapak bahagia."

"Ughhhhhh," ucap serentak semua siswa karena terharu.

"Harusnya aku yang di sana dampingimu dan bukan dia," Asfha nyanyi dengan nada melow dan dilanjutkan oleh semua siswi.

Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia

Harusnya kau tahu bahwa

Cintaku lebih darinya

Harusnya yang kau pilih bukan dia

Ho-wo-oh

Guru ganteng itu mencoba menghentikan para siswi yang sedang bernyanyi namun hasilnya nihil, mereka malah menarikkan suaranya apalagi Asfha sangat bar-bar sampai memakai sapu dijadikan sebagai gitar. 

Harusnya aku yang di sana

Dampingimu dan bukan dia

Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia

Harusnya kau tahu bahwa

Cintaku lebih darinya

Harusnya yang kau pilih bukan dia

"Diam semuanya!!" ucap guru ganteng itu sambil memukul meja sangat keras.

Semua siswi tersentak kaget baru kali ini guru yang diidamkan memperlihatkan garangnya, semua menjadi hening tak ada satupun yang berkutip termasuk Asfha.

"Asfha kamu duduk!!" titahnya dan Asfha menuruti. Pasalnya sedari tadi dia sedang berdiri didepan kelas.

"Saya berharap semuanya bisa serius, dikarenakan waktunya telah habis ada PR buat kalian buka materi bab 5 kerjakan dari hal 1-10!" ucapnya pergi. Semua siswa/i mengeluh.

"Haduh tambah oon dong gue dikasih tugas sebanyak ini," ucap Fika sedih.

"Ih, lo oon-nya serakah bagi-bagi sama gue napah. Sama Fik kalo dikasih tugas bukannya pinter malah tambah bego."

"Elo sih ada acara nyanyi segala jadi gini," protesnya.

"Loh ko nyalahin gue? Lo juga ikutan."

"Tapi tetep elo biang kerok-nya," ucapnya masih menyalahkan.

Asfha tak melawan, dia mengambil tas dan pergi meninggalkan kelas begitu saja. 

Ting Ting Ting

Bel waktu pulang sekolah telah berbunyi, semuanya sedang membereskan dengan wajah yang tak bergairah. Asfha, dia masih berada disekolah entah apa yang akan dia lakukan, setelah dilihat semuanya sepi hanya Asfha seorang diri, dia pergi ke kantor setibanya dikantor Asfha menemui Pak ganteng itu.

"Pak aku mau bicara," pintanya tiba-tiba.

Lelaki itu juga sedang berkemas bersiap-siap akan pulang namun ketika dia sedang berkemas ada Asfha yang mengganggunya.

"Kenapa kamu tidak salam dulu? Ada apa?" tanyanya menghadap Asfha.

"Aku mau, Bapak tidak memberatkan kelas kami dengan PR sebanyak itu."

"Itu hukuman buat kalian."

"Hukuman? Ayolah, Pak nanti aku do'ain semoga Bapak bahagia dengan istri," mohonya sambil menangkupkan kedua tangan.

"Kata siapa saya sudah punya istri?"

"Lah tadi, Bapak bilang udah punya calon ya pasti bakalan nikah-lah, Pak."

"Kata siapa saya sudah punya calon?"

Asfha menjadi bingung, kenapa dengan gurunya itu?

"Ko, Bapak jadi lemot sih. Itu yang ada ditangan kiri apa? Kalo bukan cincin tunangan?"

"Kamu sama guru gak ada akhlaq-akhlaqnya," ucapnya menyentil kening Asfha.

"Saya tidak punya calon dan calon saya yang sebenarnya ada didepan mata."

"Hah?" tanya Asfha bingung, dia langsung melihat sekeliling.

"Gak ada siapa-siapa lagi, Pak cuma kita berdua," lanjutnya. Namun secepat mungkin Asfha memegang kening Pak Alzam mengetes apakah masih baik-baik saja dan Pak Alzam yang diperlakukan seperti itu hanya diam.

"Gak demam ko, Bapak kerasukan jin tomang ya disini nggak ada calon, Bapak," ucapnya polos.

"Kamu yang lemot, Asfha! Yang saya maksud itu kamu adalah calon saya."

"Hah ko aku? Kan aku bukan calon, Bapak … oh ceritanya Bapak lamar aku nih?" tanyanya kepede-an.

"Emang mau saya lamar?"

"Lah ko nanya dulu, Pak. Pasti aku mau-lah masa iya ditolak cowok ganteng kayak, Bapak. Tapi Bapak jangan berharap aku bakal terima."

"Kenapa?" tanyanya mengerutkan keningnya.

"Kalo ada yang lebih ganteng boleh ke lain hati dong, Pak."

"Ada-ada saja, saya pamit pulang," pamitnya  sambil melangkah namun dicegah oleh Asfha.

"Gimana dulu dong, Pak! Sama tugasnya dikurangin nanti saya terima deh meskipun ada yang lebih ganteng dari, Bapak," ucapnya mengedipkan mata kanannya.

"Belajar genit dari mana kamu? Baru saja jadi murid udah protes apalagi sudah jadi istri!"

"Eh beda lagi, Pak yang namanya istri harus patuh kalo murid ngelawan juga gapapa."

"Alasan! Tugas akan tetap dan tidak ada penolakan!" ucapnya pergi. Asfha menjadi kesal.

"Pak, gue sumpahin makin ganteng," teriaknya.

"Eh ya kali orang nyumpahin nya bagus emang tolol gue ini," lanjutnya, pergi meninggalkan sekolah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ASFHA ZIARA   BAB 27

    Fika tersenyum bahagia, dia juga memeluknya kembali."Oke. Gue minta maaf, Fha. Gue udah salah paham sama lo, harusnya gue lebih sadar dan berpikir dulu sebelum dimasukin ke hati.""Gak usah minta maaf. Harusnya yang minta maaf itu gue, karena lo korban dari bentakan nada bicara gue dari kesekian orang. Hahaha, lagian salah lo juga sih apa-apa dimasukin ke hati.""Haha iya-iya. Tapi, sekarang gue lebih bersyukur punya sahabat seperti lo.""Jadi sebelumnya lo gak pernah bersyukur?" tanya menguraikan pelukan dan langsung menatap lekat sahabatnya."Hilih kebalikan nih, jadi lo yang dimasukin kehati."

  • ASFHA ZIARA   BAB 26

    Jam 8 pagi matahari sudah nampak diatas nabastala memancarkan cahaya menerangi alam semesta. Indahnya pancaran itu memberi kesejukan bagi penghuni makhluk yang berada di bumi dan langit.Dilangit Kicauan burung berbondong-bondong mengelilingi angkasa. Dibumi pohon bersemi kembali, lantas nikmat mana yang kami dustakan?"Satu dua satu dua.""Fha mau gak?" tawar Fika membawa kantung kresek hitam yang berisi makanan.Asfha menoleh lalu menghampirinya.Dua makhluk itu sedang berolahraga dibelakang rumah Asfha mengisi waktu libur dihari minggu. Sudah hampir 2 jam mereka melakukan runititas itu.

  • ASFHA ZIARA   BAB 25

    Lelaki itu memangutkan kepala. "Ya gapapa. Katanya belum beres belanjanya? Dilanjut!"Asfha menyengir kuda, sebenarnya bukan belum selesai belanja tapi karena dia ingin berlama-lama dengan lelaki itu."Ah nggak udah ko," alibinya."Oh udah? Pulang gih! Nanti orang tua lo marah. Gak baik anak gadis keluyuran lama-lama diluar tengah malem!"Asfha mendengus kesal mencibirkan bibirnya. Lelaki itu tak mengerti apa yang diinginkan Asfha. Dengan seperti itu keinginannya harus musnah tertelan sebelum waktunya, dia tak bisa mencari alasan lagi hanya pasrah.Bingung jika harus saling diam akhirnya Asfha izin untuk pamit pulang terlebih dahulu.

  • ASFHA ZIARA   BAB 24

    Tit Tit TitAsfha memalingkan wajahnya melihat kedepan ternyata benar suara mobil itu berhenti tepat didepan rumahnya."Tuh kayaknya udah dateng. Izinin yah? Bentar doang … hmm yah bener deh bentar doang. Kesian Fika udah kesini kalo aku gak diizinin," pintanya memelas."Ya udah, Pah. Izinin ajah, mereka cuma belanja," ucap Mamahnya membantu meminta izin.Papahnya dia sejenak, berpaling melirik Asfha. "Ya udah sana. Tapi hati-hati jangan ngebut apalagi sambil bercanda!""Yey oke siap, Pah," jawabnya antusias sambil hormat.Asfha berdiri dan menyalami orang tuanya. Dia juga diantar oleh

  • ASFHA ZIARA   BAB 23

    "Haduh. Huft hah huft hah."Asfha mencoba menormalkan pernapasannya. Dia berjalan kembali menghampiri meja lalu menengok kearah bawah, dia penasaran siapa yang telah bersikap tidak sopan."Keluar!" titahnya sambil menggebrakkan meja.Orang yang berada dibawah itu menoleh. "Ada apa, Neng?" tanyanya sambil keluar tanpa berdosa."Oh kamu, Mang. Cepet-cepet keluar!"Semua orang ikut keluar dan menunggu apa yang akan terjadi."Amang kentut ya?" tanya Asfha to the point.Mang Udin menyengir. "Iya hehe, tapi tadi loh kentutnya."

  • ASFHA ZIARA   BAB 22

    Deras hujan mengguyur rumah disertai gemerlapan petir, jalan basah kuyup, pepohonan ikut bergoyang karena tiupan angin.Tang kolentrang tangSuara rintikan hujan menggema berirama diatap rumah, apalagi atap rumah itu terbuat dari Asbes.Ruangan cukup redup hanya pancaran cahaya remang-remang terdapat seorang gadis sedang belajar, ralat bukan belajar melainkan melukis. Gadis itu mencoreng-coreng tinta diatas kertas putih. Lukisan itu menampakkan kepala seseorang, entah laki-laki atau perempuan yang jelas lukisan itu baru separuh.Namun ditengah kepokusan melukis, dia merasa terganggu dengan adanya suara kebisikan tang kolentrang yang terdengar keras dan semakin keras.

  • ASFHA ZIARA   BAB 21

    Pergerakan Asfha terhenti disaat dia sudah membuka pintu. Asfha menuruti dan masuk, Pak Alzam memutar dan duduk didekat Asfha tepatnya ditempat pengemudi, dia memakai sabuk pengaman. Dirasa sudah siap, Pak Alzam belum melajukan mobilnya melainkan memajukan badan yang berada didepan muka Asfha. Muka mereka hanya berjarak beberapa cm. Asfha membelalakan matanya jarak antara wajah mereka sangat dekat pergerakan Asfha pun terkunci, dia menahan napas kuat-kuat. Pak Alzam pun tak dapat terbohongi hatinya ikut berdebar, sebelum beranjak dia sempat melirik Asfha. Mata mereka saling bertemu debaran-debaran dihati mereka semakin kencang. Rasa canggung dan keringat mengajalar menusuk jiwa mereka. "Emm a-nu, Pak," lirihnya terbata-bata.  

  • ASFHA ZIARA   BAB 20

    Aksan bisa merasakan bahwa badan Sang Ibu bergetar isakan itu pun menjalar terdengar jelas. Aksan menguraikan pelukan menatatap terlihat mata sembab lalu diusap jejak air matanya dan Sang Ibu menerbitkan senyuman diterima hangat oleh Aksan."Jangan nangis!" lirihnya."Nggak sayang. Jadi bagaimana dengan gadis itu? Apakah kamu menyukainya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.Gerakan Aksan yang mengusap jejak air mata Sang Ibu berhenti. Dia ingin sekali menjelaskan namun terselip rasa malu dalam benaknya. Selama ini juga dia tidak pernah bercerita siapapun yang sudah mengusik hatinya."Ceritalah, Nak!" titahnya seolah-olah tahu jika dia sedang malu.

  • ASFHA ZIARA   BAB 19

    Tok tok tok Ketukan suara pintu, Fika yang sedang duduk santay dengan rasa malas dia terpaksa berdiri lalu berjalan membuka pintu tersebut, disaat dibuka ternyata yang datang adalah Asfha dan seorang lelaki yang berada dibelakangnya adalah Pak Alzam. Awalnya Fika akan memarahi namun disaat dia melihat Pak Alzam, dia mengerutkan keningnya seolah-olah menanyakan kenapa bisa dengannya? Asfha tahu jika Fika menanyakan tapi dia tidak menjawabnya melainkan masuk begitu saja, dia berjalan ke brangkas melihat temanya seperti orang yang sudah tak berdaya. Dia menatap sahabatnya itu dengan tatapan biasa, dilihat dari ujung kepala sampai ujung kaki sekujur wajahnya bengkak karena pukulan matanya pun sampai tak terlihat.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status