Share

Kegilaan Asfha

Asfha, dia harus berjalan kaki karena motornya mogok dan keterlambatan pulang. Meskipun dirinya mempunyai mobil dan motor dua tapi dia tidak ingin membebankan kedua orangtuanya.

Dibawah terik matahari yang begitu panas sesekali Asfha mengeluh kendaraan yang melalui dirinya tak ada satupun yang ingin membantu.

"Huh gini kali ya kalo hidup serba kekurangan gak ada yang bantuin berasa derita ditelen sendiri. Sungguh berat sekali epribadih," ucapnya pada diri sendiri sambil mengelap keringat yang berada di kening.

Ketika dia akan melangkah dia melirik kearah belakang merasa mendengar sedikit keributan dan ternyata benar ada segerombolan orang yang sedang mengejar pencuri. Ketika pencuri itu melewati Asfha secepat kilat dia menarik kerah baju si pencuri.

"Mau kemana lo tua berewok dah mau jadi calon mayat, kulit dah keriput bukannya insap malah maksiat," ucapnya nyerocos.

"Bukan urusan lo," ucapnya akan lari namun Asfha kembali menarik paksa.

"Eh main kabur aja adu panco dulu yo! Yang menang beliin es cream satu truk."

"Lu ngelawak atau mau adu panco banyak drama."

"Nyali lo bagus juga, belum tau siapa gue hah?"

"Halah cuma gadis kecil doang, yok!" ucapnya bersiap memposisikan kaki kuda-kuda.

"Gak usah banyak bacot!" ucapnya sambil menendang keras kemaluannya.

"Sh aww, cakep juga tendangan lu," ucapnya meringis.

Belum juga dimulai si pencuri itu sudah kesakitan karena tendangan Asfha yang begitu memautkan. Ketika ada peluang Asfha kembali menendang dagu si pencuri itu dan membabibu pukulan tepat dihidungnya. Disaat si pencuri itu akan melawan dengan lincahnya Asfha meng tangkis tangannya dan diputar kebelakang membuat si pencuri kesakitan.

"Boy sakit aduh lepasin!" pintanya.

"Boy boy emangnya gue laki," sarkas Asfha.

"Sakumaha gue," timpalnya.

"Dih bisa bahasa sunda juga. Anak indung gak boleh baong ya cakep. Kalo baong nanti dilemparin ke waduk empang!" ucapnya sambil menyentil telinga si pencuri layaknya seorang ibu sedang membeli pelajaran kepada anaknya.

"Belegug! Dikira gue anak lo lepasin!" pintanya memberontak tapi tenaga Asfha lebih besar.

"Bodo amat! Mana siniin dulu tas nya! Kalo gak ngasih? Gue kasih bau ketek yang belum dimandiin 1 bulan!"

"Geulis-geulis bau dih! Nih ambil!" ucapnya sambil menyodorkan tas.

Asfha mengambil tas itu, karena merasa belum puas dengan baku hantamnya, dia memberi ketiak dengan menjepitkan kepala si pencuri.

"Nih gue kasih ketek yang sedepnya minta ampun," ucapnya menggesek-gesek. 

Si pencuri itu memberontak setelah berhasil keluar, dia lari sekencang mungkin apalagi melihat warga yang sudah membawa barang-barang tajam.

"Hahaha badan aja gede mentalnya ciut," ledeknya.

Ketika sudah merasa aman seorang wanita menghampiri Asfha, dia berbadan langsing muka cantik bagaikan ratu meskipun umurnya tak jauh dengan Ibunya, tetapi wanita itu sungguh menawan mungkin karena awet muda.

"Eh … kamu gapapa?" tanyanya.

"Eh hehe gak, Bu. Ini tas-nya lain kali hati-hati disini rawan rampok," ucapnya sambil menyodorkan tas.

"Ya terima kasih."

"Ya, Bu. Saya pamit dulu hari dah sore takut dicariin, Mamah apalagi anak-nya kayak aku udah cakep jago silat lagi," ucapnya kepede-an.

"Haha kamu ini, saya antarkan!"

"Hah? Enggak deh makasih banget," tolaknya halus.

"Saya gak mau tau dan gak nerima penolakan," ucapnya pergi begitu saja.

"Lah? Ko emak-emak model gitu maksa. Tapi ya udah lah terima aja so'-so'an nolak padahal hati mau," ucapnya menghampiri dan masuk ke dalam mobil. Dilajukan mobil tersebut dengan kecepatan rata-rata.

Selama perjalanan tak ada yang bersuara termasuk Asfha. Selama perjalanan pulang Asfha selalu meminta untuk diturunkan sudah berkali-kali tetap tak dijawab, dia merasa tidak enak hati jika harus merepotkan nona cantik itu. 

Asfha tak biasa diam sampai berjam ingin sekali berbicara namun dia urungkan. Karena kejenuhan terus saja menyelimuti akhirnya dia membuka kaca mobil dan kepalanya sedikit dikeluarkan.

Hembusan angin menampar pipinya membuat dirinya ketawa bahagia. Asfha melambai-lambaikan tangan dan mengajak berbicara pada burung yang berada dilangit meskipun jarak diantaranya terpaut jauh.

"Hay burung lo lagi ngapain? Main ke rumah gue yuk! Disana ada makanan kucing," teriaknya.

Didalam mobil tak hanya nona cantik dan Asfha melainkan ada seorang laki-laki yang seumuran Asfha, awalnya lelaki itu sedikit ada rasa suka pada Asfha karena kepribadian Asfha yang diam. Tetapi rasa itu berubah menjadi tidak suka semenjak melihat kekonyolan Asfha yang mengajak kenalan dengan burung. 

Diantaranya belum pernah bertegur sapa atau saling pandang tetapi lelaki itu bisa benci dengan melihatnya saja. 

"Mah! Turunin aja dia!" titahnya pada Mamah.

"Loh? Emangnya kenapa?"

Lelaki itu tidak menjawab dengan rahang yang mengeras namun tetap santay dia kembali pokus mengemudi mobil tersebut.

Beberapa 30 menit sudah dilalui akhirnya berhenti tepatnya dirumah Asfha, dia turun dari mobil. Sebelum pergi Asfha pamit pada nona cantik.

"Makasih, Bu."

"Eh … jangan panggil Ibu berasa tua. Panggil aja tante."

"Hehe iya makasih, Tante. Eh ko ada orang? Itu siapa, Tan?" tanyanya sambil menunjuk pada lelaki yang berada disamping Nona cantik.

Belum sempat Nona cantik menjawab, lelaki itu sudah melajukan mobilnya dengan cepat sekali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status