Beranda / Romansa / ASI Untuk Bosku / Bab 64 Rencana Baru Elina

Share

Bab 64 Rencana Baru Elina

Penulis: Manila Z
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-04 21:36:08

Elina sudah mulai bekerja kembali dan kebetulan sekarang dia duduk di ruangan terpisah dengan Radit. Elina sengaja melakukan itu karena dia masih memprotes sikap Radit.

"Ini kopi buat kamu," kata Dani.

Elina menatap Dani dengan tajam, seolah tatapannya mampu menembus hati. Ia menurunkan cangkir kopi yang baru saja disodorkan Dani, belum menyentuh setetes pun.

“Tumben banget kamu bikin kopi,” ujarnya dingin, tak menyentuh nada ramah sedikit pun.

Dani menyunggingkan senyum tipis, tapi ada kegugupan yang tak bisa disembunyikan dari matanya. “Memangnya kenapa? Nggak boleh aku berbuat baik?”

Elina menyipitkan mata. “Kamu nggak masukin sesuatu ke minuman ini, kan?”

Senyum Dani langsung menghilang. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskan dengan berat. “Elina... apa aku sebegitu rendahnya di matamu sekarang?”

Elina tidak menjawab. Tapi diamnya sudah cukup menjadi konfirmasi.

Dani melanjutkan, lebih tenang. “Aku sadar, aku banyak salah. Aku pernah bodoh dan jahat. Tapi sekarang... aku seda
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ASI Untuk Bosku   Bab 78 Orang Yang Dicurigai

    Di KantorLangkah Bela terdengar lembut di lantai marmer kantor yang sepi. Ia menuju ruang tempat Dani biasa berada, namun sosok itu tak terlihat. Dahi Bela berkerut, rasa penasaran mulai menyelinap.“Ke mana Dani?” batinnya resah.Saat hendak berbalik, mata Bela menangkap siluet familiar di ujung koridor. Jantungnya mencelos.“Itu Maya.”Bela menegang. Ia baru saja mengetahui bahwa Maya adalah mata-mata Radit—pengkhianat yang selama ini menyusup di antara mereka. Tapi kali ini, langkah Maya tampak gelisah, tidak seperti biasanya. Gerak-geriknya cepat dan penuh tekanan.“Kenapa dia ke arah itu? Itu bukan jalur biasa.” Bela mempersempit matanya. Instingnya mengatakan ada yang tak beres.Ia segera mengikuti Maya secara diam-diam, menyelinap di balik sekat-sekat kantor. Tak lama, Maya berhenti dan menjauh dari area umum, mengambil telepon dan bicara dengan suara tertahan namun tajam.“Bodoh, kenapa kamu membiarkan mereka membawa Jio ke rumah sakit?”"....."Bela menahan napas. Jio dibawa

  • ASI Untuk Bosku   Bab 77 Berada Di Rumah Sakit

    Rian datang dengan langkah tergesa namun penuh kehati-hatian, membawa tas dokter di tangannya. Wajahnya serius, sorot matanya menunjukkan kekhawatiran yang tak ia tutupi. Mobilnya baru saja berhenti di depan rumah Radit, dan tanpa banyak bicara, dia langsung menuju pintu utama.“Permisi,” ucapnya sembari mengetuk pintu.Pintu terbuka perlahan, menampakkan sosok wanita muda yang belum pernah ia temui sebelumnya.“Iya?” jawab wanita itu dengan sedikit bingung.Rian menatapnya dari ujung kaki sampai kepala, instingnya sebagai dokter sekaligus seseorang yang sudah lama terlibat dalam kasus Radit membuatnya langsung waspada. “Kamu siapa?”“Dia pembantu baru di rumah ini, dokter Rian,” sahut Bi Yati dari arah dalam rumah.“Iya, saya pembantu baru di sini,” sambung Sari, sedikit gugup.Namun Rian tidak langsung percaya. Tatapannya pada Sari penuh selidik, seperti ada sesuatu yang tidak beres. Tapi dia memilih diam. Ini bukan waktu yang tepat untuk mencurigai orang. Prioritas utamanya adalah

  • ASI Untuk Bosku   Bab 76 Jio Sakit

    Mobil yang dikendarai oleh Elina melambat di depan sebuah rumah megah yang menjulang kokoh, dikelilingi pagar besi tinggi dan taman terawat sempurna. Udara terasa dingin dan tegang, seolah ikut merasakan kekhawatiran yang menghantui hati Elina.Begitu mobil berhenti, Elina buru-buru membuka pintu dan turun. Pandangannya langsung tertuju pada rumah besar itu, matanya berkaca-kaca.“Kamu ikut turun juga!” serunya kepada Kina tanpa menoleh.“Iya deh,” jawab Kina pelan. Ada nada penasaran di suaranya, namun juga cemas. Ia pun segera menyusul Elina.Elina melangkah cepat menuju pintu rumah. Ketukan sepatunya menggema di lantai marmer teras. Pintu dibuka oleh Sari, asisten rumah tangga yang setia.“Non Elina, akhirnya datang juga,” ujar Sari dengan nada lega.“Di mana Jio?” tanya Elina, langsung.“Di kamar, bersama Bi Yati.”Tanpa membuang waktu, Elina langsung berlari menuju lantai atas, melewati lukisan-lukisan mahal dan lampu gantung kristal yang berayun pelan. Nafasnya memburu, pikirann

  • ASI Untuk Bosku   Bab 75 Elina Menemui Winda

    Di sebuah kafe dengan nuansa bunga mawar, Elina tengah mencari kebenaran mantan mertuanya. Diam-diam Kina juga ikut mengawasi Elina dari jauh. Dia takut terjadi sesuatu pada wanita itu.Mata Elina seketika menatap ke arah lain, dia tidak menyangka dengan yang dilihat barusan. Rupanya wanita itu sudah duduk di paling pojok."Sudah lama menunggu?" tanya Elina dengan suara yang berusaha tetap tenang meski jantungnya berdebar.Bu Winda memandangnya dengan senyum yang sedikit sinis. "Tidak lama. Ada apa kamu ingin bertemu denganku?" tanyanya sambil menggeser kacamata yang bertengger di hidungnya.Elina tahu ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum itu. Mata mereka bertatapan beberapa saat sebelum Elina akhirnya mengajukan pertanyaannya, "Pasti bunda yang sudah melaporkan semua tentang Radit, bukan?"Mendengar ini, senyum Bu Winda berubah menjadi lebih tajam, penuh teka-teki. "Kenapa? Apa sekarang kamu mau marah padaku?" sindirnya, sambil menyeruput kopinya dengan santai.Elina menggigi

  • ASI Untuk Bosku   Bab 74 Membebaskan Radit

    Radit duduk tenang di ruang tahanan, meski jelas ada rasa lelah yang membayang di wajahnya. Namun, kali ini dia bisa bernapas sedikit lega. Semua ini memang sudah ia duga akan terjadi, dan untungnya, dia sudah menyiapkan segalanya.Ketika Dani masuk bersama Rian dan seorang pria berjas rapi yang membawa koper hitam, Radit langsung berdiri.“Terima kasih banyak, Dan,” ucap Radit pelan, namun tulus.Dani menepuk bahu sahabatnya. “Kamu jaga diri dulu di sini, ya. Aku janji, semuanya akan selesai. Pengacara ini yang terbaik. Kita nggak akan tinggal diam.”Rian menatap Radit lekat-lekat, seolah ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar kuat menghadapi badai ini. “Kami nggak akan biarkan kamu sendirian, Dit. Kamu akan bebas. Aku sudah serahkan semua bukti ke Irhan,” katanya dengan nada penuh keyakinan.Radit hanya mengangguk. “Thanks yah. Bener-bener… aku nggak tahu harus bilang apa lagi.”“Iya, sama-sama. Yang penting kamu kuat. Kami urus sisanya,” balas Rian.Dengan senyum tipis, Radit

  • ASI Untuk Bosku   Bab 73 Menyewa Pengacara

    Akhirnya Elina keluar dari ruangan Dani dengan langkah berat. Ada kegelisahan yang tak bisa ia redam sejak pertemuan singkat itu. Bela, wanita yang tadi bersamanya, memancarkan aura yang membuat dada Elina semakin sesak. Ada yang janggal. Dan kini, hanya satu orang yang bisa ia percaya untuk membicarakan semua ini—Kina.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghubungi sahabatnya itu."Halo, Kina?""Elina, kamu sudah lihat berita hari ini, kan?" Suara Kina terdengar cemas, bahkan sedikit bergetar."Iya... Para wartawan sudah mengepung kantor. Aku tahu kamu pasti mau membicarakan soal Radit, bukan?" ucap Elina dengan lirih, namun mantap."Benar. Aku benar-benar khawatir. Siapa yang melaporkan dia ke polisi?" tanya Kina, seolah tak percaya hal itu bisa terjadi begitu cepat."Hanya ada satu kemungkinan. Ibu mertuaku," jawab Elina, dengan suara yang menegang. "Dia belum bisa menerima kenyataan soal kematian anaknya. Dan dia yakin, Radit adalah penyebabnya.""Astaga... Jadi itu sebabnya dia

  • ASI Untuk Bosku   Bab 72 Radit Di Tahan Kepolisian

    Suasana pagi itu terlalu hening untuk sebuah kompleks elit. Langit sedikit mendung, seolah ikut menahan napas menanti sesuatu pecah. Dan benar saja—suara sepatu berat memecah keheningan.Dua pria berpakaian sipil, dengan lencana hukum tergantung di dada mereka, berdiri di depan pintu rumah Radit. Tatapan mereka tajam, tak mengenal basa-basi.Radit membuka pintu. Jas rumah masih melekat di tubuhnya, rambutnya sedikit acak. Tapi matanya—matanya tajam, penuh tanya dan kewaspadaan."Ada apa ini?" suaranya datar, tapi otot rahangnya menegang.Salah satu petugas maju selangkah. “Pak Radit, Anda ditangkap atas tuduhan pembunuhan terhadap saudara Dimas.” Ia menyodorkan surat penangkapan.Darah Radit seperti berhenti mengalir. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap di telapak. “Apa?” gumamnya. “Saya tidak bersalah. Saya punya bukti…”“Kami tidak bisa debat di sini, Pak. Anda bisa jelaskan di kantor. Ikuti kami dengan tenang.”Radit menatap surat itu sekilas, lalu mata polisi itu. Jantungnya

  • ASI Untuk Bosku   Bab 71 Siapa Yang Meneror?

    Radit mengantar Elina pulang ke rumah kontrakannya. Sepanjang perjalanan, suasana di antara mereka terasa sunyi namun nyaman. Hanya suara angin dari jendela mobil yang terbuka sedikit, mengisi ruang di antara kata-kata yang tak terucap.Sebelum Elina turun, Radit sempat melirik ke arah wanita itu—matanya masih terlihat sedikit sembap setelah berziarah ke makam suami dan anaknya."Kamu nggak mau mampir dulu ke rumahku?" tawar Radit, suaranya pelan tapi penuh harap.Elina menggeleng halus. "Tidak, Radit."Radit menghela napas pendek, lalu berkata dengan nada tenang tapi sedikit penasaran, "Memangnya kamu nggak rindu dengan Jio?"Pertanyaan itu seperti paku kecil yang mengetuk hatinya. Elina tak langsung menjawab. Ia hanya menatap keluar jendela mobil, memperhatikan angin yang menggoyangkan ranting pohon. Diamnya bukan karena tidak ingin menjawab, tapi karena emosinya masih terlalu campur aduk."Lain kali, aku akan datang ke sana," jawabnya akhirnya."Baiklah. Aku tunggu kamu datang ke s

  • ASI Untuk Bosku   Bab 70 Rasa Bersalah Radit

    Elina bersama dengan Radit kini sudah berada di pekarangan rumah yang sedikit agak mewah namun terlihat sederhana.Elina menggenggam tangan Radit untuk memberikan kekuatan agar bisa masuk ke dalam rumah tersebut."Ayo kita masuk ke dalam."Radit hanya mengangguk saja, dia berjalan bersama dengan Elina menuju ke arah rumah mantan ibu mertuanya."Permisi," ujar Elina dengan sopan.Sampai muncul Sari membuka pintu rumah ini. Dia yang memang sudah tahu tentang Elina pun langsung tersenyum tipis dan menyambutnya."Iya, Nona Elina.""Apa Bunda ada dalam?" tanya Elina dengan sopan."Ada non," jawab Bi Sari sambil mempersilakan Elina untuk masuk ke dalam rumah mewah itu.Elina tersenyum tipis sambil melirik ke arah Radit yang ada di sampingnya. "Ayo kita masuk."Radit hanya mengangguk dan mereka berdua akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tersebut.Baru juga di ambang pintu, Winda sudah menatap tajam ke arah Elina dan Radit."Kamu sudah berani membawa pembunuh ini ke rumahku, Elina?

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status