Sore hari yang cerah itu tiba-tiba saja meredup. Beberapa baris awan Cumulus berwarna kelabu nampak saling berkejaran satu sama lain. Menutupi sunset yang sebelumnya bersinar kuning keemasan, Merubah warna Langit dalam sekejap mata, dari terang benderang menjadi mendung berawan. Temaram laksana malam. Jauh di bawah sana, turun ke lapisan atmosphere paling bawah, di sebuah Kaki Langit yang cukup tinggi, kawasan Pegunungan Mulia. Masuk terus ke dalamnya, di sebuah dataran Pinus yang luas dan lengang, tiba-tiba saja dikejutkan dengan suara-suara asing dan keras melengking memekakkan telinga. Semua mata memandang heran ke arah suara-suara keras yang bergema ke seantero Dataran Pinus tersebut. Disana ada dua orang gadis yang sedang bertengkar dengan nada Sopran level tinggi hingga mengejutkan semuanya! "Kamu.... kamu berani menampar aku!?" "Kamu memang harus ku tampar! Apa yang kamu lakukan benar-benar sangat membuatku marah! Kamu tahu apa yang akan di lakukan Angel Of Five kepadamu? D
"Kalian ingin membalas dendam?" Langit bangkit dari duduknya. Balik menatap tajam ke arah mereka. Semuanya tersurut mundur. Mereka tidak langsung bertindak, Kelima orang tersebut sudah melihat apa yang terjadi dengan Erik barusan. Jadi mereka tidak mau bertindak gegabah. "Apa yang sudah kamu perbuat pada ketua kita itu sudah sangat keterlaluan! Kamu sudah membuatnya kehabisan napas dan hampir meninggal! Gembel macam kamu akan mendapatkan balasan lebih dari pada yang di alami ketua!" hardik seseorang bernama Jhon Frey, yang paling besar di antara ke lima orang tersebut. Wajahnya terlihat sangar dan dingin. Darah orang timur mengalir kuat di tubuhnya yang tinggi besar. Dengan tinggi badan 192 centimeter, menjadikannya mirip seperti algojo pencabut nyawa! Dia adalah salah satu anak buah Gavin! "Ini adalah urusan pribadiku dengan dia, tolong jangan ikut campur!" "Kamu jangan sombong, ingatlah saat kami menghabisi kamu di Cafe tempo hari! Dan hal itu, akan terulang lagi di sini!" seseo
Langit ini sebenarnya sudah gila atau bagaimana? Mau bernegosiasi dengan mahluk buas di depan sana? Lima ekor macan kumbang besar dan ganas, yang setiap saat bisa menerkam dan mengunyah mereka! Yang benar saja! Apa dia masih waras? Apa otaknya masih beres? "Langit, kamu..." "Tenanglah! Kalian cukup berdoa saja. Dan ingat pesanku, jangan ada yang lari satupun juga! Kalau sampai ada yang kabur dari sini, aku tidak akan bertanggung jawab dengan keselamatannya!" "Apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu yakin mau ber.. negosiasi.. dengan..." "Tidak perlu di pikirkan! Kalian hanya kuminta untuk berdoa! Siapkan parang kalian, kalau seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di sini!" "Ma..maksudmu..." Langit tidak menjawab.dia melangkah dengan tenang ke depan. Dia menyadari. Dia tidak bisa apa-apa. Dia juga sadar, bahwa hatinya tidak bisa dibilang tidak takut. Namun dia lebih mengkhawatirkan keselamatan ke tiga belas orang yang ada dalam kelompok nya! Dia hanya ingat dua hal,
"Langit benar-benar sudah gila! Dia teriak-teriak di depan kelima Macan itu, memangnya mereka Kucing bodoh yang mau menuruti apa kata dia? Kita pasti bakal kena masalah besar kalau begini!" ujar Erik khawatir. "Langit sudah stress dan tidak waras! Dia malah menantang mereka berkelahi!" Amir ikut bicara. Hatinya sudah ketakutan sejak tadi. Wajahnya nampak pucat pasi. "Celaka! Kalau sudah begini, matilah kita! Matilah kita!" Jhon Frey berteriak histeris. "Aku tidak peduli, aku akan segera pergi dari tempat ini!" Erik beranjak. Hatinya sudah bulat! "Aku ikut bos! Kita pergi diam-diam saja, biar tidak ketahuan!" Nedi mengikuti dibelakangnya. "Tunggu dulu! Itu, Lihatlah!" Audrey menunjuk ke depan. Semuanya terpana! "Kami...kami tidak tahu bahwa engkau adalah titisan Raja Besar! Daulat Tuanku Yang Mulia! Hamba bersama pengikut hamba sungguh tidak tahu! Kami...kami memohon maaf! Tidak,..kami memohon ampun! Mohon ampuni segala kesalahan dan ketidaktahuan kami semua!" Di dahului ole
"Ada apa dengan Angeline?" Erik, Amir dan Jhon Frey segera berlari ke sumber suara teriakan seorang Ladies yang nampak panik, dan ketakutan. Beberapa orang ikut berlari menuju ke sana. "Dia...dia...lihatlah sendiri!" seru Dela, salah seorang Ladies di group mereka, yang merupakan teman Angeline. Beberapa orang ladies yang lainnya nampak tengah berjuang memegangi tubuh seorang gadis yang meronta-ronta meminta untuk di lepaskan, sambil berteriak-teriak tidak jelas. "Hahaha...Aku menginginkan gadis ini! Aku menyukainya! Dia sangat cocok denganku! Kalian semua jangan ada satupun yang menggangguku! Pergilah dari rumahku! Atau semuanya akan binasa!" teriak Angeline. Terdengar berat dan tinggi! "Celaka! Kenapa dengan dia? Kenapa dia bisa seperti ini?" Jhon Frey kembali pucat. "Kalian, sebaiknya pegangi dia! Kami sudah hampir tidak kuat!" "Iya, cepatlah! Sejak tadi dia ingin naik ke pohon sebelah sana!" "Baiklah! Ayo Jhon! Amir! Pegangi dia!" "Siap!" ketiganya segera menggantikan posi
"Apakah mereka hewan sungguhan atau mahluk jadi-jadian!?" tanya Langit pada dirinya sendiri. "Sepertinya mereka bukan hewan biasa! Baiklah, kita akan bertanya langsung ke mereka!" Langit dengan segera memanjat pohon besar tersebut! Berkat kemampuannya sekarang, dengan mudah dia bisa menaiki pohon besar itu tanpa masalah. Dalam sekejap dia sudah berada di dahan besar tempat Angeline dan Fifi berada! Diiringi riuh rendah dan berisiknya suara mahluk-mahluk primata tersebut. Mereka seolah tidak senang dengan keberadaan Langit di sana. "Siapa kau! Berani datang kemari, apa kau sudah bosan hidup!?" suara Angeline terdengar tinggi, serak dan berat. "Lepaskan mereka, aku bisa melihatmu, Gorila! Mereka bukan mainanmu! Mereka bukanlah bagian dari pengikutmu! Jangan sampai kamu menahannya untuk kesenanganmu sendiri! Aku memintamu secara baik-baik! Lepaskan mereka!" ujar Langit tegas. Dia bisa melihat bahwa Angeline dan Fifi tengah di peluk oleh dua ekor Gorila besar hampir dua kali ukuran m
"Ada tujuh kelompok, setidaknya seratus sepuluh orang yang belum datang! Ini sepertinya merupakan situasi yang tidak bisa dianggap enteng! Kita khawatir mereka semua tersesat!" Farell sang Ketua Panitia memulai pembicaraan. Ada sekitar 30 orang lebih yang terlibat dalam pertemuan itu. Mereka membuat lingkaran yang cukup besar di tengah Lapang. Selebihnya, para Panita segera di turunkan ke bawah puncak, untuk mencoba memulai pencarian! "Kalian sudah memperhitungkan hal ini kan? Ini masalahnya adalah keselamatan dan nyawa mereka! Kalau seandainya ada apa-apa dengan mereka di sana, apa yang harus kita katakan kepada publik?" Pria setengah baya dengan wajah keras berbicara. Dia adalah Pak Tomo, Dosen penanggung jawab Fakultas Hukum. "Kita sudah chek ulang pa, dan kita juga sudah mengadakan kegiatan ini tiga kali dengan sekarang, selama ini tidak ada kejadian-kejadian serius seperti yang di alami sekarang ini!" Farell membela diri. "Tapi kita tidak ada acara Kegiatan malam seperti sekar
"Ada apa dengan dia?*seru Pak Tomo. Di hadapannya, sosok Miss Irene tiba-tiba terjatuh ke tanah, dan mulai bergulingan. Lalu mulai menggeram dan bertindak seperti layaknya seekor hewan, berjalan dengan kedua tangan dan kakinya! "Aku menyukai orang sombong seperti dia! Wanita ini akan jadi pelayanku! Dia tidak akan bisa keluar dari sini untuk selamanya! Grrooarrhh! Grrooarrhh!" Miss Irene mulai mengaum seperti seekor macan! "Astagfirullah! Kejadian lagi! Dia sudah kerasukan Siluman Macan! Bagaimana ini!?" "Celaka! Dia akan dibawa jadi pelayannya! Kita harus segera menolongnya, kalau tidak, Miss Irene tidak akan selamat!" "Tenang! Tenang semua! Kita coba tangkap dia! Jangan sampai dia kabur! Aku yakin kita bisa menolongnya!" "Bagaimana caranya Erik? Kamu ingin di lempar lagi seperti kasus Angeline tadi!?" Amir mengingatkan. Erik terdiam. Benar juga, punggungnya masih belum sembuh karena insiden tadi, dan sekarang harus di tambah dengan insiden baru pula? "Kamu benar juga, ini s