Share

Tembakan Dewi

Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan!

Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya!

Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah.

Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya?

"Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap.

"Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah.

"Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" Pak Jarwis berteriak. Langit segera menghentikan langkahnya. Menoleh dengan perasaan takut dan khawatir.

"Kemari cepat! Aku ada tugas buat kamu! Kamu Mahasiswa ku kan?"

"Eh iya betul pa, maaf, tugas apa ya pak?"

"Bersihkan ruangan ku! Sekarang juga! Pokoknya bekas kotoran kucing itu harus bersih tidak bersisa! Faham!?"

"Ta..tapi pa, saya harus membersihkan ruangan Miss Irene dulu!"

"Ruangan ku dulu! Atau kamu mau aku kasih nila E?"

"Oh, baik pa! Siap, segera saya laksanakan!" Langit memberi hormat. Untuk urusan nilai, dia memang harus siap dengan konsekwensi berdarah-darah. Seperti sekarang ini, harus siap untuk di perbudak. Rela untuk di suruh-suruh.

Ini semua gara-gara kucing itu, aku jadi ketiban masalah! Awas kucing, aku akan cari kamu!

***

Sungguh hari yang melelahkan! Langit merasa tenaganya habis terkuras. Satu hari ini dia lewati dengan membersihkan dua ruangan Dosen, ditambah dengan membereskan beberapa properti dan peralatan kamping besar, yang jumlahnya lebih dari sepuluh unit!

Dia merasakan penat sekujur tubuhnya. Beruntunglah para tukang itu orang-orang baik dan beradab. Mereka yang merasa terbantu dan simpati dengan Langit, memperlakukannya seperti kawannya sendiri.

Langit diberi jatah ransum nasi bungkus. Dan sebuah rangkulan persahabatan. Dan dia merasa sangat senang. Walau dengan lauk seadanya. Makan setelah lelah bekerja, dan makan bersama dengan mereka yang menganggapnya manusia setara, terasa sangat nikmat dan mengenyangkan.

Terkadang, orang-orang kecil lebih memiliki rasa empati dan kesetia kawanan yang tinggi. Mereka lebih peka dengan sesamanya. Bisa merasakan setiap penderitaan dan kesusahan orang lain. Selalu sigap dan siap dalam membantu orang lain, walaupun kondisi mereka sendiri sangat terbatas.

Langit membaringkan tubuhnya di lapangan rumput luas, di bawah pohon besar yang rindang. Di salah satu Taman Kampus. Berusaha memulihkan staminanya yang barusan ngedrop. Memejamkan matanya, berharap bisa beristirahat walau sejenak. Sambil menikmati udara sore yang segar, sejuk dan menenangkan.

"Langit, bangunlah! Kamu di sini rupanya!" seseorang mengejutkannya. Langit membuka matanya, dan terpana sesaat dengan sosok pengganggu yang ada di depannya, yang mengganggu acara tidur siangnya.

Sosok seorang Bidadari!

"Hmm, ini sudah lewat siang hari, tidur menjelang sore itu tidak baik buat kesehatan!" ujar suara merdu tersebut. Langit langsung memperbaiki posisinya, dia terbangun sambil mengucek matanya.

Sosok itu masih ada di depannya. Langit segera mengenalinya sebagai seorang bidadari tercantik di kampusnya! Seorang gadis dengan paras cantik jelita! Bahkan kalau mau jujur, dialah yang bisa memenuhi kriteria sebagai seorang bidadari itu sendiri!

Dewi! The Leader dari Angel of Five!

"Aku harus bicara denganmu!"

"Eh... ada angin apa yang membawamu kemari?"

"Angin dari Gunung, yang turun menuju lembah, dan sampai di hati kamu!" kelakar Dewi terdengar merdu. Membuat Langit terlena sekejap.

"Ma.. Maksudmu..? *

"Langit, aku menginginkanmu hari ini untuk menjadi pasanganku! Minimal sampai tiga hari ke depan! Apakah kamu bersedia?" Dewi tersenyum manis. Agak tersipu. Langit terperangah. Ada apa lagi ini? Sesosok Bidadari tiba-tiba datang, dan menyatakan ingin menjadi pasanganku? Apakah ini mimpi? Dan kenapa harus bersamaan dengan yang tadi? Setelah Vania, lalu sekarang Dewi? Ada apa dengan mereka sebenarnya?

"Eh, ma..maksudnya apa? Memangnya kita ada pesta dansa? Jujur saja, aku tidak bisa dansa, dan itu akan memalukan kalau.."

"Kamu mau kan jadi pasanganku? Pasangan cintaku? Please!" Dewi menegaskan. Mata sayu nya menatap lembut. Menghujam tepat di hati Langit!

"Pa,..pasangan cinta? Maksud kamu...Aku...Aku tidak mengerti..."

"Aku yakin kamu tidak sebodoh itu! Aku, kamu...kita jadian!"

"Aapaa!? Jadian!?!"

"Ya, Jadian! Tidak lama kok. Hanya tiga hari, kalau kita cocok...boleh lanjut!" Dewi tersenyum manis. Langit kali ini terbatuk dengan keras.

Ada apa sebenarnya dengan mereka?Apa mereka tertarik denganku, atau malah sedang berusaha mempermainkan aku? Lagi pula apa maksudnya ini, pacaran dibatasi hanya tiga hari?

"Aku..Aku tidak bisa! Maaf, aku bukan tipe kamu! Dan kamu, pasti akan kecewa kalau jalan dengan aku! Maaf, sekali lagi maaf!"

"Apa kamu menolakku?"

"Eh, itu...bukan begitu maksudnya, maksudnya, aku..."

"Terus maksudnya apa?" Dewi mendekatkan wajah cantiknya. Membuat Langit tergagap. Wajah mereka saling berhadapan kurang dari sepuluh centimeter. Langit bisa merasakan harum wangi farfum mahal yang eksklusif dan menenangkan dari tubuh Dewi. Membuat fikirannya melayang kemana-mana.

"Apa kamu tidak salah? Apa yang kamu harapkan dari aku? Tidak ada kan? Aku mahasiswa miskin, tidak punya apa-apa! Masa depanku belum jelas, jadi harap kamu fikirkan baik-baik pernyataanmu barusan!"

"Kamu terlalu berlebihan, ini hanya sebuah perasaan, aku suka sama kamu! Aku belum pernah memikirkan sampai ke arah yang lebih jauh, masih terlalu dini untuk bicara masa depan! Tapi itu bisa saja terjadi, kalau kita coba menjalaninya!"

"Hanya sebuah perasaan? Aku tidak mengerti!"

"Cinta memang tidak butuh dimengerti, Langit!"

"Cinta?"

"Ya, cinta! Aku mungkin suka, atau cinta sama kamu, aku tidak tahu! Yang aku tahu, aku suka melihatmu, aku ingin menjalaninya denganmu, dan aku ingin kamu jadi pacar aku! Apa aku salah?" Dewi menembak langsung. Langit tersedak Terbatuk beberapa kali. Gadis cantik ini terlalu terus terang!

Ada apa sebenarnya dengan gadis-gadis zaman sekarang? Kenapa mereka bisa dengan mudah mengungkapkan isi hatinya dengan spontan tanpa rasa malu dan canggung sedikitpun? Apa dunia sudah terbalik?

"Yang aku tahu, kamu adalah pacar Diego. Dan aku tidak mau merusak hubungan kalian! Dia lebih segalanya dari pada aku! Jadi tolong fikirkan baik-baik, aku tidak layak bersanding denganmu!" ujar Langit menirukan lirik sebuah lagu, lalu segera bangkit berdiri. Dia merasa ada yang aneh dan berbau konyol di sini. Mereka, para gadis seperti menganggap hal ini adalah sebuah permainan belaka. Cinta? Menjadi pasangan? Seolah itu adalah mainan anak esde yang bisa di bongkar pasang dengan seenaknya!

Mereka tidak tahu, bahwa dengan kelakuan mereka yang seperti ini, dia yang harus menanggung setiap konsekwensi dan akibat nya! Dia kerap menjadi korban bully-an dan kemarahan para pemuda yang menjadi pasangan atau fans mereka!

"Kenapa harus memikirkan orang lain? Kata siapa aku memiliki hubungan dengan Diego? Kenapa orang selalu menyalah artikan kedekatanku dengan dia? Diego adalah sepupuku, tidak mungkin aku pacaran dengan dia!"

"Sepupu? Kalian sepupu?"

"Ya, sepupu! Kamu tidak percaya?" Dewi menatapnya dengan sayu. Hati Langit hampir luluh dibuatnya.

"Aku..Aku tidak tahu!"

"Yang menjalani hidup adalah aku, kenapa kamu harus fikirkan orang lain? Kalau aku senangnya jalan sama kamu, apa aku harus memperhatikan orang lain yang justru membuatku tidak nyaman? Ayolah Langit, kita sudah dewasa! Kita yang menentukan jalan kita sendiri, apa yang kita senangi, apa yang membuat kita nyaman! Dan kamu, adalah orang yang kuharapkan bisa membuatku seperti itu!"

"Kamu belum tahu siapa aku, kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Kita tidaklah sedekat itu...Percayalah, kamu pasti akan kecewa ke depannya!"

"Kenapa harus memikirkan hal yang belum terjadi? Jalani saja, mungkin kita akan menemukan kecocokan disana, aku yakin itu!" Dewi bersikeras. Langit menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mengerti dengan sosok cantik di depannya.

Aku tidak faham dengan pemikiran kalian para gadis! Apa yang kalian lihat dari aku sebenarnya? Pikir langit.

"Bagaimana? Mau kan jadi pacar aku?"

"Hmm, aku..."

"Mau kan, Langit?" Dewi memegang tangannya. Langit merasa gugup tidak karuan. Dia bingung harus menjawab apa.

"Aku...Apa yang kamu inginkan dari aku sebenarnya? Apa yang kamu lihat dari aku?"

"Haruskan kujawab? Kamu tampan! Tidak ada gadis yang tidak suka berada di dekatmu! Kamu juga baik, Itu sudah cukup!"

"Sesederhana itu?"

"Itu tidak sederhana, Langit! Itu namanya modal dasar! Dan modal dasarmu lebih dari cukup!" Dewi meliriknya manja. Tersipu. Pertahanan Langit hampir runtuh seketika.

"Tapi, aku miskin!"

"Itu bisa di atur! Kamu tinggal bekerja keras dari sekarang! Tentukan visi hidupmu dengan tepat, terarah dan jelas tujuannya, lalu berjuang dengan sekuat tenaga! Kamu mungkin bisa kaya!" Dewi memberi saran. Langit terdiam. Ada benarnya juga ucapannya barusan. Tentukan Visi!

"Jadi bagaimana, Langitku sayang? Mau kan jadi pacarku?" Dewi mengeluarkan jurus maut andalannya. Menembak tepat di jantung Langit. Pertahanannya goyah.

"Baiklah! Tapi, hanya tiga hari kan?"

"Ya, hanya tiga hari! Sesudah itu, kita akan pikirkan lagi ke depannya! Jadi kita resmi pacaran kan?" tanya Dewi. Meminta kepastian. Langit mengangguk.

"Yeee...oke, terima kasih Langit! Ini, terimalah hadiah dariku!" tanpa di duga, Dewi mengecup pipi Langit! Bibir merahnya terasa lembut dan hangat sampai ke hati! Langit terkejut! Jiwanya dibuat melayang seketika! Jantungnya berdebar keras. Wajahnya nampak memerah.

"Baiklah Langit, mulai besok, kamu adalah pacarku! Tolong temani aku di Camp Gathering besok, jaga aku kemanapun aku pergi!" Dewi tersenyum manis. Kembali membius hatinya. Membuat jantungnya hampir jatuh dari tempatnya.

Sepeninggalnya, Langit hanya bisa termenung. Dia merasakan sesuatu yang lain. Inikah Cinta? Sekuat itukah tembakan cinta Dewi di hatinya? Senyumnya mengembang. Hatinya berbunga-bunga, sambil tetap tidak percaya, dengan yang terjadi barusan. Dewi sang Bidadari ini menjadi pacarnya, dan mencium pipinya!

"Kamu sudah memulai masalah baru lagi, Langit! Kamu memang benar-benar penyuka olah raga yang selalu memicu Adrenalin! Aku sepertinya menyerah menjadi temanmu!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status