Share

2. HINAAN TERUS BERLANJUT

Melihat banyak orang sedang membicarakannya, Awan tidak terima masalah pribadinya menjadi konsumsi publik. Apalagi mereka membuat penilaian yang terkesan sangat merendahkan dan menghakimi kehidupan pribadinya.

Jika satu atau dua orang saja, ia mungkin bisa membuat perhitungan dengan mereka. 

Tapi, sekarang yang membicarakannya hampir seluruh siswa di sekolahnya?

Apa ia harus menghajar mereka semua untuk melampiaskan kemarahannya? 

Tidak! Awan cukup sadar diri dengan posisinya.

"Nak, ibu ingin melihatmu meraih impianmu di masa depan."

"Apapun cita-citamu, ibu ingin melihatmu menjadi orang yang sukses dan bahagia!"

Ucapan ibunya masih terngiang di dalam kepalanya dan terasa masih hangat. Seolah, ibunya baru mengucapkan kalimat itu beberapa hari yang lalu.

Karena mengingat pesan ibunya, Awan terpaksa harus menahan semua kemarahannya.

Untuk itu, Awan menarik napas beberapa kali untuk meredam emosinya. Ia meyakinkan dirinya, bahwa orang-orang ini tidak layak untuk membuatnya emosi. Bagaimanapun, mereka hanya mengetahui kehidupan pribadinya secara sepihak dan membuat penilaian sesuai dengan imajinasi liar mereka sendiri.

Jika seandainya seluruh dunia pun tahu tentang kehidupan pribadinya, terus kenapa? Mereka semua hanya bisa menilai. Tidak ada yang benar-benar tahu tentang kehidupannya selain dirinya sendiri.

Meski begitu, Awan sangat penasaran, siapa orang yang telah menyebarkan gosip tentang kehidupan pribadinya pada semua orang? 

Apa sahabatnya, Kirana dan Karina?

Keduanya adalah teman Awan sedari sekolah dasar hingga sekarang. Namun, Awan sangat mengenal keduanya, tidak mungkin mereka akan menyebar gosip yang akan menjatuhkan citra Awan, seperti sekarang ini.

Atau Clara, adik tirinya? Meski Clara adalah anak ibu tirinya, ia memiliki karakter yang sangat berbeda dengan ibunya. Jadi, tidak mungkin Clara pelakunya.

Awan memikirkan beberapa nama dalam kepalanya. Tidak banyak orang yang mengetahui tentang kehidupan pribadinya dan Awan tidak bisa memikirkan siapa yang paling memungkinkan untuk menjadi biang gosip negatif tentang dirinya.

Akhirnya, Awan pun memutuskan untuk menyerah karena tidak menemukan satu pun nama yang mungkin menjadi 'musuh' tersembunyinya.

Karena itu, Awan memutuskan untuk lebih cuek dan mengabaikan semua orang yang sedang menggosipkan dirinya.

Awan terus berjalan ke ruang kelasnya. Namun, baru saja ia membuka pintu, hawa panas langsung menerpa wajahnya. Hal itu disebabkan oleh semua siswa sedang menatapnya dengan tatapan penuh hinaan.

Rupanya, sebelum Awan datang, semua orang di kelasnya sedang membahas dirinya dan mereka juga mendapat informasi tentang latar belakang Awan.

Isu tentang kehidupan pribadi Awan dengan cepat menyebar, seperti api yang membakar hutan.

Gosip ini semakin diperparah oleh mereka yang memang tidak menyukai Awan.

Siapa lagi kalau bukan dua orang peringkat dua dan tiga di kelasnya, Rania dan Farhan.

Mereka telah tiga semester sekelas dengan Awan dan selama itu pula, keduanya selalu menjadi langganan peringkat dua dan tiga. Bagi mereka, Awan adalah satu-satunya siswa yang menghambat mereka untuk meraih peringkat satu. 

Dengan adanya isu tentang latar belakang Awan, membuat keduanya memiliki senjata untuk menyerang personal Awan dan merendahkan citranya.

"Lihat, orang yang dibicarakannya sudah datang!" Ujar Farhan dengan nada sarkas sambil melirik Awan dengan senyuman licik di wajahnya.

Seketika, semua orang di kelas memperhatikan Awan.

Selama ini, selain peringkat juaranya, tidak satupun dari Awan yang bisa menarik orang lain untuk memperhatikan dirinya.

Itu karena Awan begitu cuek dengan penampilannya dan selain itu, ia terkenal sebagai tukang tidur di kelas yang membuat orang lain malas untuk memperhatikan dirinya.

"Jadi, ini ceritanya anak haram yang terbuang! Hahaha."

Seorang cowok tiba-tiba semakin memanaskan suasana dan membuat sesisi kelas kompak menertawakan Awan.

Tanpa mempedulikan perasaan Awan, mereka terus membicarakan Awan dengan nada yang begitu merendahkan.

"Jadi, siapa ayahmu sebenarnya, Awan?"

"Anak tidak jelas."

Saat suasana semakin panas, seorang anak cowok lainnya mengambil kesempatan tersebut untuk menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Ekspresinya terlihat begitu bangga bisa mempermalukan Awan di depan teman-temannya.

"Yah, siapa yang tahu jika ibunya hanya berbuat dengan satu pria? Siapa tahu ibunya telah berbuat dengan lebih dari satu pria, hahaha."

"Hahaha."

Kalimat demi kaimat yang dilontarkan mereka sudah semakin keterlaluan dan Awan hampir tidak bisa menahan emosinya. Bagi Awan, ibunya adalah batas kesabarannya. Tidak masalah jika ada orang yang merendahkan dirinya. Tapi, jika mereka juga merendahkan ibunya, Awan siap untuk membuat mereka membayar mahal atas penghinaan yang mereka lakukan.

"Kalian sudah benar-benar keterlaluan!"

Tepat di saat Awan akan bersuara dan mengambil tindakan, seorang cewek sudah terlebih dahulu bersuara untuknya.

'Indah?' Sudut mata Awan melirik Indah yang bersuara lantang dan menegur keras, mereka yang telah menghina Awan.

"Kalian menjudge Awan seolah hidup kalian sudah paling benar?" 

"Lagian, bukan pilihan Awan lahir dari rahim siapa dan keluarga mana."

"Perlu kalian ingat, cowok yang kalian hina sebagai anak haram dan tidak jelas ini adalah juara kelas kita dan juara umum sekolah."

"Tidak satupun dari kalian yang bisa menyamainya."

"Farhan, kamu bahkan hanya bisa mengekor Awan selama tiga semester ini. Lalu, apa yang membuatmu merasa lebih baik dari Awan?"

"Kamu?" Farhan yang ditodong pertanyaan seperti itu dari Indah, tidak bisa membela diri. Karena kenyataannya memang demikian. Ia bahkan tidak bisa mengalahkan Rania. Tapi, meski begitu, ia masih bisa menerima dikalahkan oleh Rania, karena Rania adalah pacarnya.

Tapi, siapa Awan? Dia bukan siapa-siapa. Tapi, meski begitu, selama tiga semeter ini, ia dan Rania tidak bisa melewati rangking Awan. Tidak hanya itu, Awan adalah juara umum di sekolah mereka.

Apalagi, setelah tahu latar belakang Awan, membuat kecemburuannya terhadap Awan semakin memuncak. Terungkapnya latar belakang Awan, ingin dijadikan Farhan sebagai senjata untuk menyerang personal Awan.

Namun, kalimat tajam dari Indah barusan, membuat Farhan terdiam dan tidak bisa berkata-kata. Semua ucapan Indah adalah kenyataan yang sebenarnya. Sehingga, Farhan hanya bisa duduk di bangkunya dengan menahan kesal.

Begitupun dengan siswa-siswa lainnya. Begitu Indah bersuara, mereka tampak enggan untuk melanjutkan penghinaan mereka terhadap Awan. Seolah, Awan sudah mendapatkan pendukung yang lumayan kuat sebagai pembelanya.

Siapa Indah? Dia hanyalah teman semeja Awan. Tidak memiliki prestasi yang menonjol selain kecantikan dan tubuhnya yang montok. Di kelas mereka, Indah termasuk salah satu cewek tercantik bersama Rania dan dua orang lainnya.

Di sisi lain, ketika melihat semua orang diam, Awan pun memilih untuk menahan diri.

Hanya saja, ia tidak berniat untuk berterimakasih pada Indah karena telah membelanya.

Awan dengan ekspresi datar melangkah ke bangkunya. Hanya saja, kejutan lain sudah menunggunya. Di atas meja dan bangkunya, terdapat banyak coretan yang sebagian besar adalah kalimat hinaan terhadap dirinya.

Anak haram!

Anak zina!

Anak buangan!

Anak tidak jelas!

Awan menatap seluruh orang di kelas untuk mencari tahu siapa pelaku yang telah merusak meja dan bangkunya. Hanya saja, semua orang terlihat seolah tidak peduli pada dirinya. 

Indah yang berada di sebelah mejanya, hanya berkata, "Maaf ya, Awan! Aku benar-benar gak tahu siapa yang menulis semua ini."

"Kalau kamu mau, aku akan melaporkannya pada pihak sekolah. Biar sekolah mengusut dan menghukum pelakunya!" Ujar Indah dengan ekspresi tampak prihatin.

"Huft!"

Awan menghela napas beberapa kali untuk menahan amarahnya. 

"Sudah, biarkan saja!" 

"Tapi..." Indah tampak seolah tidak rela.

Tapi, ketika melihat bahwa Awan tidak berniat untuk melanjutkan masalah ini, Indah pun tidak bisa berbuat banyak.

"Beneran, kamu gak mau melaporkan hal ini, Awan? Bagaimanapun, ini sudah termasuk pembulian. Kamu..."

"Sudah. Aku tidak ingin membahasnya." Ujar Awan datar. 

Awan memutuskannya untuk menyudahinya dan menganggap semua coretan itu tidak ada. Sekarang, ia tidak bisa mempercayai siapapun, termasuk Indah.

Dibanding mengusut siapa yang menulis coretan penuh hinaan seperti ini, Awan lebih marah pada pelaku yang telah menyebarkan kehidupan pribadinya dan menyebabkan kegaduhan seperti sekarang.

Melihat Awan hanya diam, Indah pun menjadi canggung dan tidak tahu bagaimana harus menghibur Awan saat itu.  

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Cinta Terlarang
sabar itu lebih baik
goodnovel comment avatar
Resta Qu
Keren awan yg pemalu dan merasa rendah diri
goodnovel comment avatar
ichakue
Lari nya kejauhan ga sih Thor ceritanya lanjutkan Thor!!!! jangan lupa SALAM RENDANG nya!!!??
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status