Home / Urban / AWAN - THE NEXT SANJAYA / 7. PERGI TANPA TUJUAN

Share

7. PERGI TANPA TUJUAN

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2023-10-27 20:00:05

"Nak..."

Cipta ingin membujuk Awan sekali lagi. Namun, Awan langsung menyelanya dengan kalimat yang lebih tegas, "Tidak, pa. Aku tidak akan pernah setuju untuk menjual rumah ini."

"Kenapa kamu keras kepala begini? Papamu hanya meminta untuk menujual rumah bobrok ini. Lagian, rumah ini dibeli pakai uang papamu. Apa hakmu untuk menolaknya? Hah?"

"Kamu seharusnya berkaca, jika bukan karena papamu, kamu dan ibu pelacurmu itu, tidak akan pernah mendapatkan hidup yang layak dan bergelimang harta. Kamu dan ibumu itu bahkan akan menjadi gelandangan selamanya. Bahkan, jika ibumu mati, ia akan mati seperti anjing liar."

"Kalian berdua bisa hidup dan tinggal di rumah ini, semua itu karena pemberian suamiku, mengerti?"

"Sekarang, sudah seharusnya kamu membalas semua kebaikan papamu."

Melihat Awan yang bersikeras menolak permintaan suaminya, Silvi langsung menyela dengan kalimat tajam.

Awan yang selama ini tidak pernah membalas ucapan tajam ibu tirinya, begitu mendengar kalimat Silvi saat ini, seketika membuat emosinya naik. 

Ibunya adalah batas toleransinya. Tidak ada seorang pun yang boleh menghina ibunya.

Namun, sebelum Awan sempat bicara. Cipta sudah lebih dulu bersuara, "Papa sebenarnya tidak ingin mengatakan ini. Tapi, apa yang diucapkan mamamu, benar! Kapan lagi kamu akan membalas kebaikan papa, jika bukan sekarang!"

"Sebaiknya kamu menurut dan bersikap layaknya seorang anak yang penurut."

Ucapan Cipta semakin membuat Awan tertohok. Ia tidak menyangka, jika ayahnya akan berkata seperti ini padanya.

"Pa, apa papa masih menganggap ibuku? Apa papa masih menghargai masa lalu kalian?" 

"Tentu saja. Tapi, semua itu sudah jadi masa lalu. Semua orang harus melangkah ke depan. Apa yang terjadi antara papa dan ibumu adalah masa lalu dan biarlah terkubur di masa lalu. Tidak ada yang perlu disesali." Ujar Cipta tanpa rasa bersalah sama sekali.

Awan sangat kecewa mendengar ucapan ayahnya.

Selama ini, jika ia hanya diam mendapat semua perlakukan buruk dari ibu tirinya, semua itu semata karena menghargai ayahnya.

Sebelum menikah, Cipta menggunakan alasan cinta untuk bisa menikahi Silvi. Cipta mengatakan, kalau ia butuh Silvi untuk bisa bertahan setelah kehilangan ibunya Awan.

Demi menghargai semua kebaikan ayahnya di masa lalu, Awan mengalah dan menerima pernikahan mereka. Karena alasan yang sama, ia menerima semua sikap buruk Silvi terhadap dirinya tanpa pernah mengeluh sama sekali.

Sekarang, ayahnya sudah benar-benar keterlaluan. Ia sudah benar-benar melupakan ibunya dan bahkan ingin menjual satu-satunya rumah yang menyimpan banyak kenangan Awan dan ibunya.

Rahang Awan mengeras saat berkata, "Tidak. Aku tidak setuju menjual rumah ini."

"Heh, apa hakmu untuk tidak setuju? Apa kamu lupa, siapa yang telah memberimu makan? Siapa yang telah membiayai sekolahmu? Siapa yang telah memberimu tempat tinggal?"

"Jika bukan karena kami, kamu sudah menjadi gelandangan saat ini."

"Sekarang, ayahmu sedang kesulitan, kamu bahkan tidak membantunya sama sekali." Cerca Silvi dengan kalimat tajam dan menyudutkan Awan.

Awan bersikeras dengan pendiriannya. Sementara, ayah dan ibu tirinya terus menekan Awan. Suasana menjadi semakin panas karena tidak ada yang mau mengalah.

"Baik, kalau kamu tidak bersedia menjual rumah ini, sebaiknya kamu keluar dari rumah ini!"

"Kami tidak mau menampung anak haram yang tidak berguna seperti kamu di rumah ini." Teriak Silvi pada akhirnya dengan nada yang menggelegar.

Awan terhenyak, ia di usir dari rumahnya sendiri? 

Awan menatap ayahnya. Tapi, Cipta seakan tidak peduli pada dirinya. Dalam hal ini, Cipta berada di kubu yang sama dengan istrinya. 

"Kamu silakan pergi dari rumah ini." Ujar Cipta dingin tanpa melihat ke arah Awan sama sekali.

Mereka sudah merencanakannya. Jika Awan menolak, mereka akan mengusir Awan. Setelah itu, dengan beberapa kenalan Silvi yang bekerja di bidang notaris, mereka akan memalsukan kesediaan Awan dan mengalihkan hak kepemilikan rumah atas nama mereka. Tentunya, semua itu hanya bisa dilakukan jika Awan tidak ada lagi bersama mereka.

Dengan begitu, tidak akan ada yang bisa menghalangi rencana mereka.

Melihat ayahnya tidak lagi peduli dengan dirinya, Awan pun menyerah untuk mengharapkan pembelaannya.

Dengan gontai, Awan pun bangkit dari duduknya dan berkata, "Baik, aku akan pergi dari rumah. Tapi, kalian akan menyesalinya suatu hari nanti."

Setelah itu, Awan tidak lagi berpaling pada mereka. Ia segera kembali ke kamarnya dan mengemasi barang-barangnya.

Awan telah diusir, ia tidak akan bersikeras untuk bertahan. Meski ia akan menjadi gelandangan setelah ini, ia tidak peduli. Ia masih memiliki dua tangan dan dua kaki, Awan yakin bisa bertahan di luar sana.

Bukankah itu lebih baik? Ia tidak perlu lagi menahan hinaan dan cacian dari ibu tirinya. Pikir Awan coba menghibur dirinya sendiri.

Melihat Awan berkemas, beberapa pembantu coba menahannya dan mereka bermaksud untuk membicarakannya dengan majikan besar mereka. Siapa tahu, hati mereka akan melunak. Namun, Awan menghentikan mereka. Ia sadar, semua itu akan percuma. Jadi, Awan menghentikan para pembantunya agar tidak melakukan sesuatu yang sia-sia.

Ketika Awan melangkah keluar rumah, Clara yang sebelumnya sibuk belajar di dalam kamarnya, tidak tahu situasi yang sedang terjadi.

Clara sangat terkejut, begitu turun dan sudah melihat Awan sudah membawa sebuah tas besar seperti orang yang akan pergi jauh sedang membuka pintu dan bersiap pergi.

"Kak, kak Awan mau ke mana?"

Clara coba menghentikan Awan, karena mengira jika Awan mau kabur dari rumah dan tidak tahan karena perlakuan mamanya yang sudah sangat keterlaluan. 

Di rumah ini, selain pembantu, Clara adalah orang yang peduli padanya. Karena itu, Awan hanya berbicara singkat padanya, "Clara, aku pergi. Mungkin, aku tidak akan kembali. Kamu jaga diri, ya!"

Mungkin, ini adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Awan pada Clara. Selama ini, hanya Clara yang lebih banyak bicara padanya. Sementara Awan, hanya membalas sepatah dua patah kata. Semua itu dilakukan Awan, untuk menghargai kebaikan Clara pada dirinya selama ini.

Setelah itu, Awan segera berbalik dan tidak lagi memperhatikan Clara yang masih berusaha menahannya. Awan bahkan mendengar tangisan Clara yang coba untuk menahannya. Tapi, ia sudah membulatkan tekadnya, bahwa ia harus pergi dari sana.

Awan masih terlalu polos, ia berpikir, jika ia tidak memberi izin, maka rumah ini tidak akan bisa dijual. Siapa sangka, jika ayah dan ibu tirinya sudah memiliki rencana lain untuk menjual rumah ini di belakangnya. 

Bahkan, ketika Clara yang sedang meraung karena kepergiannya berbalik masuk ke dalam rumah. Mungkin untuk meminta ayah dan ibunya untuk menahan kepergian Awan, Awan sama sekali tidak peduli. 

Awan sudah melangkah semakin jauh meninggalkan rumah tanpa tujuan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agus Roma
kisah yang pilu tetapi jangan pernah remehkan lelaki kuat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   202. BOS GILA

    "Jadi, aku bosnya? Pemilik saham mayoritas dan nama perusahaan baru kita PT ADN, pasti inisial nama kita juga, 'kan?" Tanya Awan sambil menggoda Nadya yang sedang sibuk mendandaninya.Karena ini adalah rapat perdana yang melibatkan kekasihnya, Nadya ingin kekasihnya itu tampil dengan optimal. Namun, saat itu penampilan Awan justru tidak mencerminkan seorang eksekutif sama sekali. Karena itu, Nadya langsung Awan ke salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan Nadya sejak lama.Itu adalah ruangan presiden direktur yang telah disiapkan Nadya untuk Awan.Selain ruang ekslusif dengan dekorasi dan interior modern, di dalamnya juga terdapat kamar khusus untuk beristirahat. Nadya bahkan juga sudah menyiapkan cukup banyak pakaian pria dan semuanya terlihat pas dengan tubuh Awan.Sepertinya, Nadya sudah hapal dengan baik ukuran tubuh Awan. Karena semua ukuran pakaian yang ada di dalam lemari memiliki ukuran yang sama.Sambil tersenyum merapikan dasi dan

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   201. PAHLAWAN KESIANGAN

    "Nad, eh, maksudku Bu Nadya, anda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya seorang pria usia tiga puluhan mengenakan setelan rapi bak seorang eksekutif menerobos masuk tidak lama setelah kepergian Dian dan yang lainnya. Dibelakangnya disusul oleh beberapa eksekutif perusahaan.Sama seperti pria yang pertama masuk, mereka semua mengkhawatirkan keselamatan Nadya akibat penyerangan sebelumnya.Ternyata, selain petugas keamanan dilumpuhkan, para eksekutif perusahaan dan karyawan yang berada di lantai atas, disekap dalam ruangan masing-masing dan tidak diperbolehkan keluar oleh belasan anggota geng.Beberapa menit yang lalu, tidak lama setelah Awan melumpuhkan para penyerang, petugas keamanan perusahaan berhasil mengendalikan situasi. Orang-orang ini baru berhasil keluar dan langsung menuju ke ruangan Nadya mengira jika para penjahat tersebut menargetkan Nadya.Namun, di antara semua orang, pria yang masuk pertama kali terlihat mencolok karena perhatiannya yang seperti sengaja ditunjukkan secara terang

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   200. MASALAH YANG DIHADAPI PERUSAHAAN

    "Adikku, kamu beruntung sekali dapat lencana dari jenderal besar Saka. Dengan kencana itu kamu bisa balapan di tengah kota tanpa perlu khawatir ada polisi yang berani menangkapmu." Ujar Sigit sambil tertawa."Nyiut!""Aw-aw, sakit istriku!"Tidak sampai sedetik Sigit tertawa, pinggangnya langsung terasa perih akibat cubikan sang istri yang menatapnya melotot, "Kamu itu mengajari adikmu yang tidak baik. Apa kamu tidak lihat! Di sini juga ada putri kita, bagaimana kalau dia juga mencobanya saat sudah bisa mengendumibil nanti?""Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda sayang!" Ujar Sigit meringis sambil mengelus lembut tangan istrinya agar dilepaskan.Awan dan yang lainnya ikut tertawa melihat bagaimana 'pertengkaran' romantis sepasang suami-istri tersebut.Sigit dan keluarganya masih tinggal bersama Dian Saka yang meminta ijin keluarganya untuk tinggal lebih lama di sana.Selain candaan tersebut, ternyata tujuan Sigit lainnya yaitu untuk membahas kesulitan perusahaan Awan.Setelah berbinc

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   199. KEJUTAN TIDAK TERDUGA

    "Ehm, ehmn!" Tuan besar Saka berdehem dua kalian dan sekaligus menyadarkan semua orang dari kondisi canggung yang sedang terjadi.Terutama, cucu perempuannya yang bertindak sangat nekad dengan memeluk Awan di hadapan semua orang.Meskipun Awan adalah pemuda yang sangat menjanjikan dengan segudang bakat yang sulit dicari duanya. Namun, bukan berarti cucunya dapat memeluknya begitu saja. Apalagi, ia memeluknya di depan semua orang dan terutama karena pemuda itu sendiri sudah memiliki kekasih yang saat ini berdiri tepat di samping mereka.'Situasi macam apa ini? Bahkan cucuku yang biasanya sangat tenang, sekarang justru mengambil inisiatif duluan untuk memeluk seorang pria asing?'Sebagai kakek yang melihat cucunya tumbuh sejak kecil, tuan besar Saka cukup mengenali bagaimana kepribadian cucunya tersebut. Sebagai bunga yang tumbuh dalam keluarga militer, Dian memiliki kepribadian yang keras dan disiplin. Alasan itu juga yang membuat lelaki manapun sulit untuk mendekatinya. Pernah ada se

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   198. JAY DIHUKUM

    Jay meringkuk ketakutan dan tidak berdaya saat ayahnya sendiri menamparnya berulangkali. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, ayahnya menghajarnya seperti sekarang ini. Namun hari ini, ayahnya memukulnya seperti orang kesetanan dan itu semua disebabkan oleh satu orang, Awan.Meski begitu, Jay yang sedang kesakitan tidak sempat memikirkan bagaimana membalas Awan untuk sekarang. Karena ia harus meredakan amarah ayahnya terlebih dahulu.Tamparan ayahnya baru berhenti saat kakeknya memerintahkan ayahnya untuk berhenti. Itupun wajah Jay sudah membengkak dan darah keluar cukup banyak dari mulut dan hidungnya.Saat itu, Jay berpikir jika penderitaannya sudah berakhir. Tapi yang terjadi, itu justru awal dari penderitaan Jay yang sebenarnya.Saat tuan besar Harsya berkata, "Mulai hari ini, kamu akan dikirim ke Uganda selama lima tahun ke depan untuk merenungkan semua kesalahanmu. Selain itu, uang sakumu akan dipangkas sembilan puluh persen dan jika kamu masih belum berubah dan masih berkeing

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   197. KETEGASAN NADYA DAN JAY YANG PATAH HATI

    "Kamu tidak salah kan, Jok? Apa semua ini benar dilakukan oleh bos Awan seorang diri?" Tanya ketua tim keamanan perusahaan terperangah pada Joko, petugas keamanan yang sebelumnya diselamatkan Awan.Bagaimana tidak? Saat ini ada belasan tim keamanan bersenjatakan lengkap dan tujuan mereka tentu saja untuk siap tempur menghadapi semua penyerang yang telah melumpuhkan mereka sebelumnya. Namun, jangankan bertarung, mereka justru hanya menemukan puluhan anggota geng yang sudah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka.Namun, yang lebih terkejut justru adalah Joko dan seorang rekannya.Karena baru seperempat jam berlalu sejak Awan pergi dari pos jaga setelah menyelamatkan mereka dan ia sudah berhasil melumpuhkan semua penjahat yang menyerang perusahaan mereka. Joko dan kawan-kawannya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi.'Apa ini yang dimaksud bos waktu itu?' Bathin Joko antara percaya tidak percaya.Joko teringat ucapan Awan terakhir, "...kalian ku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status