Sarah memandang dirinya di depan cermin, pipinya memerah karena tamparan omnya. Rasa marahnya masih bergemuruh di dalam dada. Tidak puas rasanya hanya menendang dan menjatuhkannya, "Seharusnya gue bawa ke kantor polisi," kecamnya.
Diolesi pipinya dengan cream yang bisa menyamarkan bekas merah. Dia tidak ingin Heru tahu kalau omnya datang kemari. Dengan gelisah, Sarah berjalan mondar mandir, "Apa seharusnya gue cerita kepada Heru ya?" pikir Sarah.Sarah teringat kembali pesan bundanya yang tidak bisa mengharapkan om-nya untuk melunasi hutang. Apalagi tadi dia datang hendak merampok dirinya."Huh!!! Kenapa gue kesal sekali!" Sarah merebahkan badannya ke atas bantal, "Sebaiknya gue tidur sebentar biar gak marah-marah," lanjutnya sambil memejamkan matanya.***"Akhirnya, anak Daddy sebentar lagi akan diwisuda," ucap Sugandi ketika Heru menyerahkan surat yang berisi jadwal wisudanya."Hutang Heru sekarang sudah lunas yah Dad," ungkap HeruHari ini adalah pernikahan Michael dan Anggie. Sejak sore, Sarah sudah diantar Damang ke madam Gun untuk di make over, "Gue kira, Lo yang bakal nikah, Sar! Gue curiga kayanya Lo tuh ceweknya Heru deh," ucap Madam Gun menyelidik.Sarah tidak ingin ambil pusing soal perkataan Madam Gun. Biarkan dia dengan pikirannya sendiri beranggapan bahwa Sarah adalah cewek Heru."Tapi, Heru itu gak pernah loh bawa cewek kemari, gue juga heran kenapa cuma Lo yang dibawa kemari ya? Padahal duh, tiap dia potong rambut disini, cewek-cewek sudah pelototin dia dari dia muncul di pintu sampe keluar pintu, itu mata-mata cewe fokus sama Heru," lontar madam Gun.Tentu saja perkataan Madam Gun yang hiperbola membuat Sarah tertawa, "Gak seperti itu lagi, rasanya Heru biasa-biasa saja," cibir Sarah."Hiii, super deh! Gue itu kepo sama hubungan kalian, emang beneran gak ada apa-apa?" pancing Madam Gun."Kalau ada apa-apa, nanti Sarah kabari," ucap Sarah dengan tersen
Sarah tampak gugup berada disamping Heru, karena dia tahu orang-orang membicarakan dirinya. Tapi karena riasan yang bold, membuat orang tidak menyangka bahwa dia adalah Sarah si kutu buku yang mereka sematkan sebagai julukannya."Lo jangan grogi, Lo harus bisa menyeimbangkan gue sebagai si casanova," tantang Heru berbisik sambil mengelus pada punggung bagian bawah Sarah."Lihat, Heru mesra banget sama itu cewek," seseorang menyeletuk apa yang sedang dilakukan Heru ketika memegang punggung Sarah."Gak usah didengar, Lo ikuti saja gue," ucap Heru melangkah masuk ke area pelaminan untuk bersalaman dengan pengantin.Kalina yang melihat kedatangan Heru dan Sarah langsung merasa sakit hati karena penampilan mereka yang begitu serasi. "Itu si kutu buku?" tanya Kalina pada Tania."Tapi masa sih dia Sarah? Gila beda banget!" pekik Tania tidak percaya, membuat Kalina tambah tidak suka."Lo tahu, itu cewek di permak habis-habisan sama si He
Pesta yang diselenggarakan di kolam renang membuat dalam rumah menjadi sepi, hanya beberapa pelayan yang mondar mandir dari dapur ke tempat pesta hanya untuk mengisi makanan dan minuman yang sudah habis. Semakin malam acara semakin meriah karena terdapat DJ yang membuat musik lebih hidup seperti di pub.Michael dan Anggie tidak ikut serta dalam kemeriahan pesta itu. Mereka menyingkir, karena Anggie mual-mual menghadapi kehamilannya dan segera masuk ke kamar pengantin.Heru yang ditinggal Sarah mulai mencari kemana Sarah pergi, "Tuh cewek kenapa gak balik-balik? Gak mungkin kan dia ikutan dance?" pikirnya sambil memperhatikan sekelilingnya.Heru bangkit dari kursinya kemudian mencari kemana Sarah pergi. Dilihatnya pintu dalam rumah terbuka, walau rumah lampu utama tidak dinyalakan, tapi Heru mencium farfum yang dipakai Sarah ada disana.Setiap rumah yang memiliki ruangan, dibuka Heru untuk mencari kemungkinan Sarah masuk ke dalamnya.Tiba-
Dari layarnya tertulis 'Nenek Lampir', "Mau apa dia telepon jam segini?" Dilihat jam sudah menunjukkan hampir pukul 5 pagi. Heru menggeser layarnya untuk menerima panggilan itu."Heru? Daddy ... Daddy!" ucap Bella terbata-bata."Ada apa dengan Daddy?" tanya Heru cemas."Daddy ada di rumah sakit sekarang. Kamu ada dimana? Cepat kemari. Dokter bilang, Daddy dalam keadaan koma, kamu kemari ya? Rumah Sakit Pelita Kasih, IGD," jelas Bella."Oke, tunggu disana," tutup Heru. Mengambil pakaiannya yang berceceran diatas lantai dan memakainya kembali."Duh, Sarah gimana ya?" Dilihat Sarah yang sedang nyenyak tertidur, "nanti gue balik kemari," lanjutnya. Kemudian keluar dan menutup pintunya kembali perlahan.Villa dipagi hari cukup terasa dingin dan berkabut. Masih ada beberapa mobil yang terparkir pada halaman villa selain mobil pengantin. Sepertinya, pesta berlangsung sampai menjelang dini hari, banyak botol-botol miras berhamburan, meja
Setelah perjalanan 1 jam lamanya, taxi pun memasuki kompleks perumahan elite, "Maaf Neng, rumahnya yang mana?" tanya Sopir."Itu pak, yang warna pagarnya putih, yang terbuka lebar, yang ada bendera ...," jawab Sarah kaget melihat bendera kuning berada di depan rumah."Neng mau ke rumah duka dengan baju seperti itu?" tanya Sopir melecehkan."Bapak diam saja. Ini uangnya." Sarah memberikan uang kepada sopir dan langsung keluar dengan menggunakan high heelsnya."Siapa yang meninggal?" gumam Sarah melihat pintu gerbang yang terbuka lebar dan pintu utama yang juga terbuka. Karangan bunga turut berduka cita pun menghiasi halaman rumah, "Daddy?" tanya Sarah dengan keraguan-raguan, "Apa yang terjadi?" gumamnya.Para pelayat yang keluar dari rumah tampak heran melihat Sarah dengan pakaian yang mencolok berwarna merah, tidak seperti pada umumnya orang yang hendak melayat, berwarna hitam atau putih. Daman melihat Sarah yang baru
"Dad, Sarah senang, sudah menjadi bagian dari keluarga ini walau hanya dalam waktu singkat. Ternyata, kita belum sempat membahas aset milik keluargaku yang ada ditanganmu. Sayang, bunda ingin melepaskan aset itu dan ingin memulai hidup yang baru. Andai waktu bisa lebih lama lagi kita berbicara, ada banyak hal yang ingin Sarah utarakan. Tapi sekarang, Sarah tidak layak untuk menjadi anaknya Daddy. Maafkan Sarah, Dad. Secepatnya Sarah akan pergi dari kehidupan kalian. Semoga anak Daddy bisa menemukan seseorang yang lebih baik dari Sarah," ucapnya perlahan sambil meneteskan air mata.Sarah kembali duduk, kali ini Heru yang menghampiri Sarah, tapi Sarah memalingkan wajahnya tak berani menatap Heru. Heru pun tidak bisa berbuat apa-apa, ditambah orang-orang mulai menyalami Heru untuk berbelasungkawa.Berita kematian Sugandi membuat banyak pelayat, beberapa dari teman kampus Heru, diantaranya ada Kalina berserta ayahnya, Teddy Sugiharta, "Heru, om turut berdukacita atas m
"Sialan! Kenapa bos ingin gue datang?" pikir Haryadi mengingat-ingat jika ada hutang yang belum dibayarnya."Ah sudahlah, gue datang aja, daripada tar gue diseret, hiii." Haryadi segera merapikan diri, kemudian keluar dari kamarnya dan pergi ke pub biasa tempat Teddy Sugiharta berkantor, malam itu juga. "Bos?" tanya Haryadi ketika berada di ruang kerja Teddy Sugiharta. "Kamu siapanya Sarah Tjokroaminoto?" tanya Teddy langsung to the point."Sa ... Sarah? Ng ..., dia keponakan saya, bos. Anak kakak saya, Subrata Tjokroaminoto.""Oh, keponakan," ulang Teddy sambil mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja."Bisa kau bawa dia kemari?" tanya Teddy."Apa? Tapi untuk apa?" Haryadi balik bertanya."Akan aku berikan 10 juta untuk membawanya kemari," tawar Teddy."Sepuluh juta?" "Dua puluh juta!""Bos mau kasih dua puluh juta untuk Sarah? Tidak dengan harga murah," batin Haryadi."Hahaha
Sarah mengganti pakaiannya dan merapikan diri, dia akan ke perusahaan Heru untuk bertemu dengan Rahmat."Bun!! Sarah sebaiknya mencoba melamar ke perusahaan Hadiningrat," ucapnya bersiap untuk pergi."Bunda senang, semoga berhasil ya, doa bunda menyertai kamu, nak," ucap Helena tersenyum.Sarah masuk ke dalam mobil dan menyalakannya. Baru beberapa meter berjalan, Sarah kembali memarkir mobilnya kembali ke halaman, "Kenapa, Sar?" tanya Helena.Sarah mengecek dan melihat bannya kempes, "Bannya kempes Bun,""Kempes?" Sarah mengangguk, "Ya sudah Bun, Sarah pergi pakai taxi online saja." Helena pun mengangguk.Tiba-tiba seorang datang dengan motornya lewat, "Neng, ojek?" tanya orang itu dibalik helm full facenya."Eh, ada ojek? Bun, Sarah pakai ojek aja deh, biar cepat," panggil Sarah agar ojeknya mendekat."Hati-hati ya, Sarah," seru Helena yang tiba-tiba saja mendapat firasat tidak baik dari kepergian Sar