"Hai Bro!!" Punggung Heru ditepuk seseorang dari belakang. Heru kaget dan melihat orang yang menepuknya.
"Eh, lo! Mike!" Heru melihat Michael."Heh lo mutusin Kalina kemarin, apa dia gak ngehubungi lo lagi?" tanya Michael."Gue sudah blokir semua yang berhubungan dengan Kalina, dan siap dengan hubungan yang baru," ujar Heru sambil memakai kaca mata hitamnya dan tersenyum."Dasar Casanova! Kita ke pub nanti malam?" tanya Michael."Sorry, gue gak ikut," jawab Heru."Loh kenapa? Tumben bener gak ikutan?" tanya Kevin."Lo yah! Gue ikut juga, lo sama cewek lo berdua, anggap gue cuma kambing conge. Liatin kalian berdua cipokan depan gue, jijik gue lihatnya!" ujar Heru membayangkannya."Makanya, lo cari dong pacar! Buat lo, siapa sih yang gak mau? Semua cewek bakalan antri cuma buat nemenin lo semalam," ujar Michael."Sabar bro ... Bukan Casanova namanya kalau Heru gak dapat pengganti Kalina," jawab Heru bangga."Dah lo pergi dari sini! Gue lagi pengen sendiri," usir Heru dengan mengibaskan tangannya menyuruh Michael untuk pergi."Ya ... ya ... gue pergi. Nanti malam kalau lo berubah pikiran, datang aja ya, ajak siapa kek buat nemenin lo," ujar Michael sambil melambaikan tangannya dengan tertawa.Quiz-nya sudah selesai dari tadi, tapi mata Heru tidak lepas dari Sarah, "Siapa cewek itu? Harusnya gue tanya Mike sebelum gue usir."Sarah dengan gontai bangkit dari kursinya, diambil tas yang ditaruh dibelakang kursi, kemudian melangkah keluar. Heru pun bangun dan mengikuti Sarah yang berjalan menuju tempat parkir yang sama dengan dirinya.Baru setengah perjalanan, Heru melihat, Sarah berhenti dan mengambil ponsel dari dalam tasnya dan menerima sambungan telepon. Heru pun mulai mendekati dan mencoba untuk mengupingnya."Iya, Sus? Ibu saya? Ya ... yah ... Saya akan segera ke sana," ucap Sarah.Ponselnya ditaruhnya kembali di dalam tas, kemudian berlari menuju mobilnya yang sedang di parkir. Heru pun melangkah menuju mobilnya sendiri. Hari ini, moodnya sedang rusak, dia yang tadinya berencana untuk mencari seorang gadis, tetapi karena ulah Sarah, rencananya dibatalkan.Heru melangkah melewati mobil Sarah yang jendelanya dibuka, terdengar dari dalam mobil Sarah isak tangis sambil memukul-mukul setir mobilnya. Rasa penasaran Heru pun muncul, "Ada apa dengan cewek gila itu? Di kelas dan di luar kelas berubah drastis," batinnya. Heru melangkah ke belakang mobil Sarah agar tidak terlihat dari depan."Bun ... Sarah bingung, apa yang harus Sarah lakukan?" air matanya terus menetes. Tisunya yang sudah dipakai, dia buang keluar jendela. Heru melihat sampah tisue di samping mobil Sarah yang berserakan.Dihapusnya kembali air mata dan ingusnya dengan tisue kemudian menarik nafas dalam-dalam, "Baiklah, aku akan jual mobilku ini. Walau sedikit, tapi bisa membantu," ujar Sarah memberikan semangat untuk dirinya sendiri."Oh, mau dijual mobilnya?" Diketuk-ketuknya bodi mobil milik Sarah.Sarah kaget karena Heru ada di samping mobilnya. Segera saja dia keluar dari mobil untuk memakinya. Tapi Heru lebih terkejut lagi karena bengkak pada mata Sarah yang merah karena menangis."Mata lo kenapa?" tanya Heru."Ngapain sih lo dekat-dekat mobil gue?""Kalo lo butuh duit, lo boleh kok pinjem gue, jadi lo gak usah nangis kalau lo sendiri gak tega buat jual mobil lo," nasehat Heru.Sarah diam. Kata-kata Heru membuatnya menjadi sebuah ide, "Tuan Heru Hadiningrat yang terkenal sebagai anak konglomerat se-Indonesia, jika tuan merasa kasihan terhadap hambamu ini, maka bolehlah hamba ini meminjam uang,""Berapa?" tanya Heru dengan gaya angkuhnya."Lima milyar!""Heh! Lo minjem atau mau rampok gue!!""Sudahlah, jangan dianggap omongan gue!" Sarah sadar anak orang kaya pun akan sulit untuk dipinjami yang sebesar 5 milyar jadi, mendapatkan uang sebesar itu adalah hal yang mustahil. Ditutupnya pintu mobil itu, sekarang yang dia pikirkan adalah bundanya, yang tadi di telepon rumah sakit, kalau tiba-tiba saja keadaan bundanya memburuk."Dasar gila tuh cewek!" maki Heru kembali ke mobilnya.Dibukanya pintu mobilnya, dipasang kembali kacamata hitamnya, kemudian menatap wajahnya di spion, "Let's go! Kita ke Starduck sekarang," serunya.Mobil sportnya pun melesat meninggalkan mobil kecil Sarah yang masih menangis, menuju outlet kopi terbesar. Diparkir mobilnya dibawah pohon rindang, kemudian masuk dan memesan minuman kopi kesukaannya, sambil melirik ke segala sudut ruangan. Dilihat jamnya sudah lewat 10 menit, tapi tidak tampak orang yang sedang duduk sendiri."Sial, masa gue yang disuruh nunggu?" batinnya ngedumel. Biasanya cewek kalau mau bertemu dengan dirinya selalu datang lebih awal.Dilihatnya sekali lagi, dan disudut ruangan ada seorang gadis yang dia kenal, Anggie, teman Kalina, "Daripada gue disuruh nunggu, lebih baik cewek yang nungguin gue," gumamnya, dan menghampiri Anggie untuk say hello."Hai, Anggie!" sapa Heru."Eh, lo, Her! Ngapain lo disini? Bisa gak kalo lo jangan deket-deket gue dulu?" tanya Anggie panik."Emangnya kenapa? Lo lagi nungguin orang?" tanya Heru penasaran."Em, gak kok cuma nunggu teman," jawab Anggie yang kikuk sambil menyeruput es di depannya."Teman? Jangan-jangan lo mau selingkuh dari si Mike ya?" ledek Heru."Ish!! Diam lo, awas ya kalau lo bilang Mike!" ancam Anggie."Oke! Gue gak akan bilang kalau lo mau selingkuh. Lagian, bukan urusan gue juga! Tapi gue penasaran, lo mau selingkuh sama siapa?" tanya Heru."Gue bilang, gue nungguin temen!" bentak Anggie."Oh, oke! Karena teman yang lo tunggu, gue duduk disini," ucap Heru sambil nyengir menyeruput es kopinya.Anggie pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya kembali menyeruput minuman di depannya, sedangkan Heru hanya memperhatikan Anggie dan melihat sekeliling, mencari cewek yang dia sendiri lupa tanya namanya.Sepuluh menit berjalan, Anggie dan Heru sama-sama terdiam. Anggie yang merasa tidak nyaman dengan adanya Heru pun mulai mengambil ponselnya dan mengirim pesan, "Kamu sudah sampai Starduck?"Ponsel Heru pun berbunyi dan muncul notifikasi. Heru melihat pesan dan membalasnya, "Aku sudah menunggu 10 menit, dan aku tidak suka menunggu. Kutunggu 5 menit lagi, jika tidak datang, Aku pulang."Bunyi ponsel Anggie yang kembali berbunyi. Heru melihatnya, dan menyambar ponsel milik Anggie. "Hei!!!" teriak Anggie kaget."Heh! Ternyata lo rekomendasinya Tante Bella? Lo mau selingkuh ama gue?" tanya Heru marah."Eh! Gue gak tahu kalau lo temenan
Orang itu kemudian berbalik arah kepada Sarah dan memberikan amplop coklat kepada Sarah, "buka dan baca!" perintahnya.Sarah mengambil amplop coklat itu kemudian membukanya. Di dalamnya ada surat, dokumen-dokumen yang berisi mengenai sertifikat tanah, surat kuasa dan lainnya.Sarah membuka suratnya yang berisi hutang atas nama Haryadi Tjokroaminoto sejumlah 5 Milyar yang akan dilunasi paling lambat beberapa hari yang lalu, dan konsekuensinya rumah dan isinya yang dijaminkan akan menjadi milik Sugandi Hadiningrat.Sarah tidak mampu berbuat banyak. Dengan tak semangat, Sarah naik ke lantai 2, tempat kamarnya, dibawanya baju, dokumen penting dan buku-buku kuliahnya. Semuanya dimasukan ke dalam tas kopernyaSebelum menutup pintu kamarnya, diperhatikan sekali lagi, barang-barang apa saja yang harus dia bawa, "Aku meninggalkan kenangan disini. Tapi ingatlah suatu saat semuanya akan kembali kepadaku!!" tekadnya dengan penuh keyakinan."Ayo cepat!!!" teriak seseorang dari bawah."Sini, aku ba
"Bokap gue Subroto Tjokroaminoto--,""Oh pemilik Hotel The Tjokro?" sela Heru bertanya.Sarah mengangguk, lalu memandang Heru, "Lalu, apa masalah lo, hingga Lo buat pengen kawin kontrak?" tanya Sarah.Heru pun duduk di samping Sarah, "Bokap gue ingin gue nerusin perusahaannya. Kalau gue gak lulus dan belum nikah, pengelolaan perusahaan bakal di urus sama nyokap tiri gue," ucapnya setengah berbisik. Dia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di ruang publik yang ramai ini."Alasan klasik yang ada di novel-novel roman picisan," ujar Sarah mengejek."Hei!! Memang yah Lo jadi orang gak ada perhatiannya sama gue!" ucap Heru dengan kesal."Lo tahu? Dimana-mana yang disuruh nikah itu cewek, bukan cowok! Lagian, diumur lo yang belum sampai 30 tahun, pengalaman apa yang lo punya buat pimpin sebuah perusahaan? Muka ganteng?" tanya Sarah sambil memegang pipi Heru dan menyubitnya, "perut six pack?" dipegangnya perut Heru untuk dicubitnya.
"Apa maksud lo, dengan tampil glamor dan berkelas?" tanya Sarah.Dilihatnya, baju yang dia kenakan, kaos kegombrangan, karena asal ngambil, celana jeans berwarna biru sobek-sobek, dibalut jaket parasut, berkacamata, tanpa make up, dikucir kuda, dan belum mandi."Heh! Apa karena gue belum mandi, lo ngomong seperti itu?" tanya Sarah ketus, tidak suka dengan omongan Heru. Diciumnya kiri kanan ketiaknya yang dia sendiri gak nyaman karena keringat."Hei hei! Jangan sewot! Gue gak tahu kalau lo belum mandi. Maksud gue, besok siang, gue bawa lo ke salon. Bokap gue harus bisa lihat lo tampil keren, biar dia kasih ijin nikah sama loe. Lagian, tenang aja, gue juga gak tertarik sama lo," jelas Heru."Gue juga gak tertarik sama lo," balas Sarah."Iya! Kita sama-sama tidak saling mencintai. Lo butuh gue buat berobat nyokap lo dan gue butuh loe agar gue bisa pegang perusahaan bokap gue.""Tapi ingat! Pada saat kita kawin kontrak, kita tidak bo
"Bun, mulai sekarang, Sarah mau nemenin bunda tidur disini. Sarah--""Tidur disini nggak nyaman, Sarah," sela Helena."Sarah lebih kepikiran kalau di rumah, jadi kita akan lewati ini bersama-sama yah?" Sarah bangkit dan mengecup pipi bundanya dan memeluknya. Ditarik selimutnya dan bundanya pun diselimuti. Sarah pun tidur di kursi sofa yang busanya sudah menipis.Sebelum tidur, Sarah hanya bisa berdoa, rencana besok bertemu dengan Sugandi Hadiningrat bisa membuatnya menjadi bagian keluarga Hadiningrat agar rencana pengambilalihan hotel dan rumah, berjalan lancar."Sepertinya, gue harus bisa mengambil hati ayahnya," batin Sarah sambil memejamkan mata karena capai.***"Jangan lupa hari ini, jam 3 kita akan ketemu dengan bokap gue!" Begitu pesan dari Heru pada aplikasi hijau milik Sarah."Siapa Sarah?" tanya Helena."Cuma teman ngajak belajar bareng, tapi sore, Sarah ragu apa bisa tinggalin bunda sendirian disini a
"Heru Hadiningrat, pukul 3 sore, Mam," jawab karyawan madam Gun."Oh, yah! Gue gak nyangka kalau yang direservasi itu lo, Sar! Ternyata lo orang yang dekat sama keluarga Hadiningrat yah," cerocos madam Gun. Sarah hanya nyengir mendengar ucapan madam Gun.Selama ini, Sarah dan bundanya lebih sering dipegang oleh karyawannya dalam merawat diri, jarang dipegang langsung oleh Madam Gun karena bayarannya selangit. Sarah hanya memakai jasanya ketika perayaan sweet seventeen ketika masih SMA dulu.Sarah dibawa ke ruangan privat yang menjadi tempat kerjanya madam Gun. Sebuah ruangan dengan meja rias yang disekelilingnya dilengkapi dengan lampu. Di depannya peralatan make up, dengan kursi yang bisa diatur agar memudahkan madam Gun merias."Sarah dipegang langsung oleh madam Gun?" tanya Sarah."Iya! Heru Hadiningrat ingin gue yang pegang langsung lo, Sar! Terakhir, gue pegang lo pas sweet seventeen yah! Sekarang, udah punya pacar belum? Kan sudah l
"Aku sudah siap!" ujar Sarah. Dewi yang melihatnya pun terkagum-kagum melihat Sarah, "Kakak cantik banget," ucapnya.Sarah hanya bisa nyengir memperlihatkan giginya yang putih, "Jangankan kak Dewi, aku aja kaget lihat mukaku dipegang oleh madam Gun," sanggah Sarah.Sarah dan Dewi menuju ke lobby dimana Heru sudah menunggunya dengan tidak sabar. Dia sudah berjanji dengan ayahnya untuk makan malam bersama dengan gadis yang hendak dia perkenalkan. Ini sudah lewat jam 6 sore, tapi masih saja Sarah belum keluar, padahal madam Gun sudah mengatakan sudah selesai, "Ingin gue seret Sarah untuk keluar. Apa sih yang buat lama?" gumamnya sambil bolak balik melirik ke jam tangannya yang seolah-olah cepat berlalu."Kak Heru, ini pacarnya," ucap Dewi yang mengantarkan Sarah ke hadapannya. Heru ingin memarahinya, "Dasar cewek gi--," potongnya yang kemudian terdiam, terpana dengan kecantikan Sarah, "Bahkan Kalina pun tidak secantik ... gue lu
"Ayo kita makan dahulu, baru kita bicarakan lagi," ujar Sugandi menawarkan makanan yang sudah tersedia di meja makan.Sarah pun mengambil makanan dan menuangkannya pada Heru, "Apakah kurang?" tanya Sarah.Heru yang dilayani pun tersenyum, dia menyambut dengan baik apa yang dilakukan Sarah untuknya, "Cukup, Sayang," jawab Heru yang sudah terbiasa dengan ucapan sayang untuk setiap cewek yang sudah menjadi pacarnya.Tidak banyak pembicaraan pada saat mereka makan malam. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang ada di atas piring masing-masing.Sarah berpikir, bagaimana mungkin, tantenya, Bella, istri om Haryadi berada satu rumah dengan Heru? Sedangkan selama yang dia tahu, beberapa tahun terakhir, Bella dan om-nya selalu bertengkar hingga akhirnya tantenya itu minggat dari rumah.Madam Gun mengatakan, jika tantenya tetap rutin perawatan di salonnya. Jadi selama ini, tantenya minggat dan tinggal di tempat Heru."Akan aku selidiki, kenapa Tante Bella ada di rumah Heru," gumamnya.Makan m