Share

Bab 6 Cewek Gila dan Anak Konglomerat

Dilihat jam tangannya sudah pukul 10 pagi. Hari ini Heru ada kuliah pukul 11 siang. Mengingat ucapan daddy-nya yang ingin dirinya cepat lulus, dengan malas diambilnya tasnya, kunci mobilnya dan pergi ke kampus.

Diparkir mobilnya di bawah pohon yang rindang, dilihat dari kaca spion penampilan machonya, kemudian dipasang kacamata hitam sebagai pemanis. Sebagai anak konglomerat yang terkenal, gadis-gadis cantik selalu saja menghampirinya hanya untuk say hello, ataupun tersenyum. Kali ini, dia akan menyeleksi gadis-gadis itu menurut kriterianya, cantik, body goals, berambut panjang, seksi, dan pintar untuk calon pacar berikutnya, "Siapa tahu pilihan Tante Bella tidak secantik yang gue pikirkan," ucapnya sambil bersiul, membuka pintu mobilnya.

Tiiiiiiiin!!!

Heru kaget ketika melewati mobil city car kecil mengklakson dirinya, "Kurang ajar! Siapa sih yang klakson bikin kaget?" tanyanya sambil menyelidiki mobil yang dilewatinya itu.

"Sialan!!! Sialan!!! Sialan!!! Dasar om penjahat!!!" makinya dengan penuh kesal diluapkanlah amarah yang ada di dalam hatinya.

"Hei! Lo yang bikin gue kaget! Tapi lo yang marah-marah! Gila lo yah?" maki Heru.

"Hei! Siapa lo! Datang-datang marah-marah gak jelas!" Ditutupnya jendela mobilnya. Heru tidak terima jika omongan dia tidak ditanggapi, dibukanya pintu mobil perempuan itu.

"Hei! Ngapain lo buka-buka mobil gue sembarangan!"

"Lo yang bikin gue marah! Kenapa lo tutup jendela disaat gue lagi ngomong?"

"Karena gue mau keluar, bodoh!"

"Kalo lo mau keluar, gue dah buka pintu buat Lo! Kenapa lo juga mesti marah-marah?!"

Sarah keluar dari mobilnya kemudian dibanting pintu mobilnya membuat Heru kaget, "Lo cewek tapi sifat lo kaya preman, tahu!"

"Tahu gak, gue ini lagi sangat sensitif! Gue pengen marah, nangis, hingga ingin bunuh orang!" Ujar Sarah sambil menatap tajam Heru.

"Gila nih cewek! Dah gue pergi dulu, bye!" Heru melangkah pergi ke kelasnya, daripada dia meladeni seorang perempuan gila, sebaiknya dia masuk kelas.

Sarah menarik nafas dalam-dalam. Kejadian pagi di rumahnya membuatnya sungguh frustasi. Mobil mendiang ayahnya dibawa kabur dengan barang-barang berharga milik keluarganya. Bahkan perhiasan ibunya dicurinya juga. Saat ini yang Sarah miliki hanya tabungan dan mobil kecilnya ini.

"Apakah mobil ini harus gue jual juga?" dikunci remote mobilnya kemudian melangkah ke kelas. Hari ini ada jadwal quiz, tapi semalam jangankan belajar, tidur nyenyak pun tidak.

Heru merasa dirinya ada yang mengikutinya. Dilihat ke belakangnya, "Cewek gila itu ngikutin gue! Sialan! Mau apa sih? Beneran dia mau bunuh gue?" Heru kemudian bersembunyi di lorong menuju kelasnya. Tempatnya lumayan sepi, jadi dia akan menyergap perempuan yang mengikutinya.

Sarah berjalan tanpa harapan. Berjalan dan berjalan tanpa sadar ada seseorang di lorong sepi yang hendak mengintainya.

"Hiaaaaaa!!!"

"Aaaggh!" Sarah kaget seseorang menyeretnya. Dia tidak mau berdiam diri, dia berontak menginjak kaki pelaku, menggigit tangannya dan menendang selangkangannya

"Ooucchh! Dasar cewek gila lo!" Teriak Heru kesakitan.

"Lo cowok gila! Gue lagi jalan malah dihadang!" Kata Sarah sambil kembali jalan menuju kelasnya.

"Lo yang ngikutin gue, tahu!" Ujar Heru sambil menyamakan jalan di belakang Sarah.

"Enak aja, ngapain gue mesti ngikutin Lo?"

"Bukannya lo pengen bunuh orang?"

"Iya! Tapi bukan lo!"

"Oh ... lo mau kemana kalau gak ngintilin gue?"

"Ke kelaslah! Hari ini ada quiz bu Ratna!"

"Eh ... lo satu kelas sama gue?"

Sarah yang tadinya terus berjalan mendadak berhenti dan berbalik arah, menatap tajam mata Heru.

"Tentu saja, Heru Hadiningrat, anak konglomerat terkenal se-Indonesia ini satu kelas sama gue!" Jelas Sarah.

Heru tertawa mendengar ucapan Sarah yang ternyata memang se-kampus kenal dengan dirinya, tapi tidak semua orang dia kenal.

"Gue terkenal yah," ujar Heru kembali memakai kacamata hitamnya dan berjalan tanpa mengacuhkan Sarah.

"Lo terkenal juga gue gak peduli," celetuk Sarah di belakang Heru.

Heru berbalik dan membuka kacamata hitamnya, "lo juga bukan kandidat buat jadi istri gue," jawabnya.

"Sorry yah! Gue juga gak minat jadi istri lo! Kalau gue cari suami, gue cari yang bisa kasih gue mahar di atas 5 milyar." Sarah kembali berjalan mengacuhkan Heru.

"Emang gue gak sanggup apa kasih mahar 5 milyar?" Ejeknya.

Sarah berhenti, "Oh yah? Tapi lo kan gak mau nikah sama gue. Gue bukan kandidat istri, dan lo juga bukan kriteria gue. Oke? Jadi deal lo ke kanan, gue ke kiri, kita gak nyambung."

Sarah melangkah pergi. Pikirannya kacau. Bukan karena masalah quiz Bu Ratna, tapi pengobatan bundanya. Di dalam kelas, Sarah merenung, mencatat aset apa yang bisa dia jual dari rumah, mobil, tabungan, perhiasan sedikit miliknya, "baru 2 milyar lebih dikit," dimainkannya ballpoint miliknya sambil berpikir.

Heru memperhatikan Sarah yang dari tadi menjadi pusat perhatiannya. Sepanjang jalan ke kelas, banyak perempuan yang berusaha menarik hati Heru dengan senyuman atau dengan kerlingan mata. Tapi mendadak Heru merasa jijik melihat mereka karena seperti dibuat-buat. Sarah satu-satunya perempuan yang tidak memperdulikannya. Dia sendiri bahkan tidak tahu kalau Sarah satu angkatan dan satu jurusan dengannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status