Dilihat jam tangannya sudah pukul 10 pagi. Hari ini Heru ada kuliah pukul 11 siang. Mengingat ucapan daddy-nya yang ingin dirinya cepat lulus, dengan malas diambilnya tasnya, kunci mobilnya dan pergi ke kampus.
Diparkir mobilnya di bawah pohon yang rindang, dilihat dari kaca spion penampilan machonya, kemudian dipasang kacamata hitam sebagai pemanis. Sebagai anak konglomerat yang terkenal, gadis-gadis cantik selalu saja menghampirinya hanya untuk say hello, ataupun tersenyum. Kali ini, dia akan menyeleksi gadis-gadis itu menurut kriterianya, cantik, body goals, berambut panjang, seksi, dan pintar untuk calon pacar berikutnya, "Siapa tahu pilihan Tante Bella tidak secantik yang gue pikirkan," ucapnya sambil bersiul, membuka pintu mobilnya.Tiiiiiiiin!!!Heru kaget ketika melewati mobil city car kecil mengklakson dirinya, "Kurang ajar! Siapa sih yang klakson bikin kaget?" tanyanya sambil menyelidiki mobil yang dilewatinya itu."Sialan!!! Sialan!!! Sialan!!! Dasar om penjahat!!!" makinya dengan penuh kesal diluapkanlah amarah yang ada di dalam hatinya."Hei! Lo yang bikin gue kaget! Tapi lo yang marah-marah! Gila lo yah?" maki Heru."Hei! Siapa lo! Datang-datang marah-marah gak jelas!" Ditutupnya jendela mobilnya. Heru tidak terima jika omongan dia tidak ditanggapi, dibukanya pintu mobil perempuan itu."Hei! Ngapain lo buka-buka mobil gue sembarangan!""Lo yang bikin gue marah! Kenapa lo tutup jendela disaat gue lagi ngomong?""Karena gue mau keluar, bodoh!""Kalo lo mau keluar, gue dah buka pintu buat Lo! Kenapa lo juga mesti marah-marah?!"Sarah keluar dari mobilnya kemudian dibanting pintu mobilnya membuat Heru kaget, "Lo cewek tapi sifat lo kaya preman, tahu!""Tahu gak, gue ini lagi sangat sensitif! Gue pengen marah, nangis, hingga ingin bunuh orang!" Ujar Sarah sambil menatap tajam Heru."Gila nih cewek! Dah gue pergi dulu, bye!" Heru melangkah pergi ke kelasnya, daripada dia meladeni seorang perempuan gila, sebaiknya dia masuk kelas.Sarah menarik nafas dalam-dalam. Kejadian pagi di rumahnya membuatnya sungguh frustasi. Mobil mendiang ayahnya dibawa kabur dengan barang-barang berharga milik keluarganya. Bahkan perhiasan ibunya dicurinya juga. Saat ini yang Sarah miliki hanya tabungan dan mobil kecilnya ini."Apakah mobil ini harus gue jual juga?" dikunci remote mobilnya kemudian melangkah ke kelas. Hari ini ada jadwal quiz, tapi semalam jangankan belajar, tidur nyenyak pun tidak.Heru merasa dirinya ada yang mengikutinya. Dilihat ke belakangnya, "Cewek gila itu ngikutin gue! Sialan! Mau apa sih? Beneran dia mau bunuh gue?" Heru kemudian bersembunyi di lorong menuju kelasnya. Tempatnya lumayan sepi, jadi dia akan menyergap perempuan yang mengikutinya.Sarah berjalan tanpa harapan. Berjalan dan berjalan tanpa sadar ada seseorang di lorong sepi yang hendak mengintainya."Hiaaaaaa!!!""Aaaggh!" Sarah kaget seseorang menyeretnya. Dia tidak mau berdiam diri, dia berontak menginjak kaki pelaku, menggigit tangannya dan menendang selangkangannya"Ooucchh! Dasar cewek gila lo!" Teriak Heru kesakitan."Lo cowok gila! Gue lagi jalan malah dihadang!" Kata Sarah sambil kembali jalan menuju kelasnya."Lo yang ngikutin gue, tahu!" Ujar Heru sambil menyamakan jalan di belakang Sarah."Enak aja, ngapain gue mesti ngikutin Lo?""Bukannya lo pengen bunuh orang?""Iya! Tapi bukan lo!""Oh ... lo mau kemana kalau gak ngintilin gue?""Ke kelaslah! Hari ini ada quiz bu Ratna!""Eh ... lo satu kelas sama gue?"Sarah yang tadinya terus berjalan mendadak berhenti dan berbalik arah, menatap tajam mata Heru."Tentu saja, Heru Hadiningrat, anak konglomerat terkenal se-Indonesia ini satu kelas sama gue!" Jelas Sarah.Heru tertawa mendengar ucapan Sarah yang ternyata memang se-kampus kenal dengan dirinya, tapi tidak semua orang dia kenal."Gue terkenal yah," ujar Heru kembali memakai kacamata hitamnya dan berjalan tanpa mengacuhkan Sarah."Lo terkenal juga gue gak peduli," celetuk Sarah di belakang Heru.Heru berbalik dan membuka kacamata hitamnya, "lo juga bukan kandidat buat jadi istri gue," jawabnya."Sorry yah! Gue juga gak minat jadi istri lo! Kalau gue cari suami, gue cari yang bisa kasih gue mahar di atas 5 milyar." Sarah kembali berjalan mengacuhkan Heru."Emang gue gak sanggup apa kasih mahar 5 milyar?" Ejeknya.Sarah berhenti, "Oh yah? Tapi lo kan gak mau nikah sama gue. Gue bukan kandidat istri, dan lo juga bukan kriteria gue. Oke? Jadi deal lo ke kanan, gue ke kiri, kita gak nyambung."Sarah melangkah pergi. Pikirannya kacau. Bukan karena masalah quiz Bu Ratna, tapi pengobatan bundanya. Di dalam kelas, Sarah merenung, mencatat aset apa yang bisa dia jual dari rumah, mobil, tabungan, perhiasan sedikit miliknya, "baru 2 milyar lebih dikit," dimainkannya ballpoint miliknya sambil berpikir.Heru memperhatikan Sarah yang dari tadi menjadi pusat perhatiannya. Sepanjang jalan ke kelas, banyak perempuan yang berusaha menarik hati Heru dengan senyuman atau dengan kerlingan mata. Tapi mendadak Heru merasa jijik melihat mereka karena seperti dibuat-buat. Sarah satu-satunya perempuan yang tidak memperdulikannya. Dia sendiri bahkan tidak tahu kalau Sarah satu angkatan dan satu jurusan dengannya."Hai Bro!!" Punggung Heru ditepuk seseorang dari belakang. Heru kaget dan melihat orang yang menepuknya. "Eh, lo! Mike!" Heru melihat Michael. "Heh lo mutusin Kalina kemarin, apa dia gak ngehubungi lo lagi?" tanya Michael. "Gue sudah blokir semua yang berhubungan dengan Kalina, dan siap dengan hubungan yang baru," ujar Heru sambil memakai kaca mata hitamnya dan tersenyum. "Dasar Casanova! Kita ke pub nanti malam?" tanya Michael. "Sorry, gue gak ikut," jawab Heru. "Loh kenapa? Tumben bener gak ikutan?" tanya Kevin. "Lo yah! Gue ikut juga, lo sama cewek lo berdua, anggap gue cuma kambing conge. Liatin kalian berdua cipokan depan gue, jijik gue lihatnya!" ujar Heru membayangkannya. "Makanya, lo cari dong pacar! Buat lo, siapa sih yang gak mau? Semua cewek bakalan antri cuma buat nemenin lo semalam," ujar Michael. "Sabar bro ... Bukan Casanova namanya kalau Heru gak dapat pengganti Kalina," jawab Heru bangga. "Dah lo pergi dari sini! Gue lagi pengen sendiri," usir Heru dengan men
"Gue bilang, gue nungguin temen!" bentak Anggie."Oh, oke! Karena teman yang lo tunggu, gue duduk disini," ucap Heru sambil nyengir menyeruput es kopinya.Anggie pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya kembali menyeruput minuman di depannya, sedangkan Heru hanya memperhatikan Anggie dan melihat sekeliling, mencari cewek yang dia sendiri lupa tanya namanya.Sepuluh menit berjalan, Anggie dan Heru sama-sama terdiam. Anggie yang merasa tidak nyaman dengan adanya Heru pun mulai mengambil ponselnya dan mengirim pesan, "Kamu sudah sampai Starduck?"Ponsel Heru pun berbunyi dan muncul notifikasi. Heru melihat pesan dan membalasnya, "Aku sudah menunggu 10 menit, dan aku tidak suka menunggu. Kutunggu 5 menit lagi, jika tidak datang, Aku pulang."Bunyi ponsel Anggie yang kembali berbunyi. Heru melihatnya, dan menyambar ponsel milik Anggie. "Hei!!!" teriak Anggie kaget."Heh! Ternyata lo rekomendasinya Tante Bella? Lo mau selingkuh ama gue?" tanya Heru marah."Eh! Gue gak tahu kalau lo temenan
Orang itu kemudian berbalik arah kepada Sarah dan memberikan amplop coklat kepada Sarah, "buka dan baca!" perintahnya.Sarah mengambil amplop coklat itu kemudian membukanya. Di dalamnya ada surat, dokumen-dokumen yang berisi mengenai sertifikat tanah, surat kuasa dan lainnya.Sarah membuka suratnya yang berisi hutang atas nama Haryadi Tjokroaminoto sejumlah 5 Milyar yang akan dilunasi paling lambat beberapa hari yang lalu, dan konsekuensinya rumah dan isinya yang dijaminkan akan menjadi milik Sugandi Hadiningrat.Sarah tidak mampu berbuat banyak. Dengan tak semangat, Sarah naik ke lantai 2, tempat kamarnya, dibawanya baju, dokumen penting dan buku-buku kuliahnya. Semuanya dimasukan ke dalam tas kopernyaSebelum menutup pintu kamarnya, diperhatikan sekali lagi, barang-barang apa saja yang harus dia bawa, "Aku meninggalkan kenangan disini. Tapi ingatlah suatu saat semuanya akan kembali kepadaku!!" tekadnya dengan penuh keyakinan."Ayo cepat!!!" teriak seseorang dari bawah."Sini, aku ba
"Bokap gue Subroto Tjokroaminoto--,""Oh pemilik Hotel The Tjokro?" sela Heru bertanya.Sarah mengangguk, lalu memandang Heru, "Lalu, apa masalah lo, hingga Lo buat pengen kawin kontrak?" tanya Sarah.Heru pun duduk di samping Sarah, "Bokap gue ingin gue nerusin perusahaannya. Kalau gue gak lulus dan belum nikah, pengelolaan perusahaan bakal di urus sama nyokap tiri gue," ucapnya setengah berbisik. Dia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di ruang publik yang ramai ini."Alasan klasik yang ada di novel-novel roman picisan," ujar Sarah mengejek."Hei!! Memang yah Lo jadi orang gak ada perhatiannya sama gue!" ucap Heru dengan kesal."Lo tahu? Dimana-mana yang disuruh nikah itu cewek, bukan cowok! Lagian, diumur lo yang belum sampai 30 tahun, pengalaman apa yang lo punya buat pimpin sebuah perusahaan? Muka ganteng?" tanya Sarah sambil memegang pipi Heru dan menyubitnya, "perut six pack?" dipegangnya perut Heru untuk dicubitnya.
"Apa maksud lo, dengan tampil glamor dan berkelas?" tanya Sarah.Dilihatnya, baju yang dia kenakan, kaos kegombrangan, karena asal ngambil, celana jeans berwarna biru sobek-sobek, dibalut jaket parasut, berkacamata, tanpa make up, dikucir kuda, dan belum mandi."Heh! Apa karena gue belum mandi, lo ngomong seperti itu?" tanya Sarah ketus, tidak suka dengan omongan Heru. Diciumnya kiri kanan ketiaknya yang dia sendiri gak nyaman karena keringat."Hei hei! Jangan sewot! Gue gak tahu kalau lo belum mandi. Maksud gue, besok siang, gue bawa lo ke salon. Bokap gue harus bisa lihat lo tampil keren, biar dia kasih ijin nikah sama loe. Lagian, tenang aja, gue juga gak tertarik sama lo," jelas Heru."Gue juga gak tertarik sama lo," balas Sarah."Iya! Kita sama-sama tidak saling mencintai. Lo butuh gue buat berobat nyokap lo dan gue butuh loe agar gue bisa pegang perusahaan bokap gue.""Tapi ingat! Pada saat kita kawin kontrak, kita tidak bo
"Bun, mulai sekarang, Sarah mau nemenin bunda tidur disini. Sarah--""Tidur disini nggak nyaman, Sarah," sela Helena."Sarah lebih kepikiran kalau di rumah, jadi kita akan lewati ini bersama-sama yah?" Sarah bangkit dan mengecup pipi bundanya dan memeluknya. Ditarik selimutnya dan bundanya pun diselimuti. Sarah pun tidur di kursi sofa yang busanya sudah menipis.Sebelum tidur, Sarah hanya bisa berdoa, rencana besok bertemu dengan Sugandi Hadiningrat bisa membuatnya menjadi bagian keluarga Hadiningrat agar rencana pengambilalihan hotel dan rumah, berjalan lancar."Sepertinya, gue harus bisa mengambil hati ayahnya," batin Sarah sambil memejamkan mata karena capai.***"Jangan lupa hari ini, jam 3 kita akan ketemu dengan bokap gue!" Begitu pesan dari Heru pada aplikasi hijau milik Sarah."Siapa Sarah?" tanya Helena."Cuma teman ngajak belajar bareng, tapi sore, Sarah ragu apa bisa tinggalin bunda sendirian disini a
"Heru Hadiningrat, pukul 3 sore, Mam," jawab karyawan madam Gun."Oh, yah! Gue gak nyangka kalau yang direservasi itu lo, Sar! Ternyata lo orang yang dekat sama keluarga Hadiningrat yah," cerocos madam Gun. Sarah hanya nyengir mendengar ucapan madam Gun.Selama ini, Sarah dan bundanya lebih sering dipegang oleh karyawannya dalam merawat diri, jarang dipegang langsung oleh Madam Gun karena bayarannya selangit. Sarah hanya memakai jasanya ketika perayaan sweet seventeen ketika masih SMA dulu.Sarah dibawa ke ruangan privat yang menjadi tempat kerjanya madam Gun. Sebuah ruangan dengan meja rias yang disekelilingnya dilengkapi dengan lampu. Di depannya peralatan make up, dengan kursi yang bisa diatur agar memudahkan madam Gun merias."Sarah dipegang langsung oleh madam Gun?" tanya Sarah."Iya! Heru Hadiningrat ingin gue yang pegang langsung lo, Sar! Terakhir, gue pegang lo pas sweet seventeen yah! Sekarang, udah punya pacar belum? Kan sudah l
"Aku sudah siap!" ujar Sarah. Dewi yang melihatnya pun terkagum-kagum melihat Sarah, "Kakak cantik banget," ucapnya.Sarah hanya bisa nyengir memperlihatkan giginya yang putih, "Jangankan kak Dewi, aku aja kaget lihat mukaku dipegang oleh madam Gun," sanggah Sarah.Sarah dan Dewi menuju ke lobby dimana Heru sudah menunggunya dengan tidak sabar. Dia sudah berjanji dengan ayahnya untuk makan malam bersama dengan gadis yang hendak dia perkenalkan. Ini sudah lewat jam 6 sore, tapi masih saja Sarah belum keluar, padahal madam Gun sudah mengatakan sudah selesai, "Ingin gue seret Sarah untuk keluar. Apa sih yang buat lama?" gumamnya sambil bolak balik melirik ke jam tangannya yang seolah-olah cepat berlalu."Kak Heru, ini pacarnya," ucap Dewi yang mengantarkan Sarah ke hadapannya. Heru ingin memarahinya, "Dasar cewek gi--," potongnya yang kemudian terdiam, terpana dengan kecantikan Sarah, "Bahkan Kalina pun tidak secantik ... gue lu