Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik.
Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut.
"Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut.
"Abang bos mau makan apa ? Ayam, udang atau daging. Saya sudah memasak nasi tadi begitu sampai, jadi tinggal siapkan sayur dan lauknya saja." Ed tersenyum mendengar pertanyaan Arinda rasanya dia benar-benar malas untuk keluar rumah karena di rumah sudah ada bidadari cantik yang bisa mengurusnya.
"Saya mau kamu." Apa yang Ed katakan itu membuat mata Arinda membulat sempurna.
"Saya belum mau di sembelih loh bos. Jahat banget, lagi daging saya gak terlalu banyak loh !" Ed tertawa mendengar jawaban Arinda bahkan dia sampai terbatuk-batuk karena jawaban polos wanita itu.
"Sudah siapkan apa saja yang enak dan cepat. Saya sudah di tunggu," ujar Ed kemudian, jika tidak karena Aidan yang ingin ke perusahaan dengan mendadak dia tidak akan pergi. Benar-benar Aidan sepupunya tercinta itu sangat menyebalkan.
Arinda dengan cepat membersihkan udang lalu mendiamkan sebentar dengan air lemon. Sementara itu dia menyiapkan tomat, bawang merah dan bawang putih serta cabai rawit untuk membuat sambal matah.
Sambal sudah siap, sekarang Arinda memasak udangnya. Dia menggoreng udang dengan mentega lalu diberikan sedikit garam, penyedap makanan dan juga lada. Sambal dan lauk sudah siap, tinggal membuat sayur.
Arinda dengan cepat membelah jagung kecil-kecil lalu merebusnya dengan air yang sudah dia berikan garam. Selanjutnya dia memasukkan bayam, dan dengan cepat Arinda menyajikan semua masakannya ke hadapan Ed.
Ed sedari tadi tidak lepas menatap kegesitan Arinda berada di dapur, bahkan dia sempat merekamnya. Saat makanan datang Ed memanggil Surti yang sedang membersihkan ruangan untuk ikut makan bersamanya.
"Kamu juga ayo Arinda makan. Ini sudah jam makan siang," katanya dan mereka makan bersama. Dalam hati Arinda dia menyadari kalau Ed benar-benar adalah bos yang baik. Pria itu tidak sungkan makan dengannya dan juga bu Surti yang adalah orang kerjanya.
Senyum Arinda merekah sambil dia memakan masakannya yang tidak akan mengecewakan Ed.Setelah selesai Ed melambaikan tangannya dan pergi dari sana. "Kamu bisa pulang sore hari ini. Saya tidak akan makan malam."
"Oke abang bos." Arinda tersenyum dan sangat bahagia. Kerja tidak perlu berkeringat sudah bisa dapat gaji full plus bonus. Mana mau di ajak ke luar Negri lagi, oh dia benar-benar beruntung.
"Awas jadi mangsanya Mister Ed," suara itu membuat senyum Arinda pudar seketika.
"Bu Surti, maksudnya apa bu ?" tanya Arinda sambil dia membersihkan sisa makan mereka tadi.
"Bos Ed itu suka bermain wanita. Tadi saat saya lihat kamu saya pikir kamu wanita yang dia bawa untuk di tiduri."
"Astaga ! Saya perempuan baik-baik bu." Arinda benar-benar terkejut saat ini.
"Ya itu kan saya pikir tadinya. Tapi waktu kamu bilang di kerjakan karena memasak makan untuk Mister Ed jadi ya saya gak berpikir macam-macam lagi."
"Memang abang bos suka bawa wanita tidur di sini bu ?"
"Nanti juga kamu lihat, asal jangan kamu aja yang si bos tiduri," ujar Bu Surti membuat Arinda merinding mendengarnya. Dia lalu teringat perihal kain berwarna ungu itu, dia menggelengkan kepalanya tidak menyangka.
"Mana pernah Mister Ed pulang sore. Dia selalu pulang tengah malam atau menjelang subuh, wong nyonya Akira suka ngomelin di telpon."
"Ah pria kaya. Biarkan saja ! Yang penting bukan gue yang di tiduri."
Batin Arinda lalu dia ikut membersihkan dapur membantu pekerjaan bu Surti. Setelah semua selesai Arinda membuatkan potongan buah untuk dia letakkan di dalam lemari es, dia juga membuatkan puding agar jika tengah malam Ed lapar bos-nya itu bisa memakan buah atau puding yang dia buat.
***
Arinda pulang dan saat masuk ke dalam kamar dia teringat perihal Anton yang mengajaknya untuk pergi malam ini.
Arinda gelisah, entah apa yang akan Anton katakan lagi malam ini.Penghuni di lantai kamar kos-nya juga tidak ada semua. Arinda merebahkan tubuhnya di kasur dan terlelap hingga tanpa sadar dia bangun saat ponselnya bergetar.
Itu adalah pesan singkat dari Ali yang meminta dia menyiapkan data-data untuk pembuatan paspor besok.
Dengan cepat Arinda membalasnya dan dia langsung melihat jam. Arinda segera masuk kedalam kamar mandi dan segera bersiap untuk pergi dengan Anton.Arinda menggunakan dress simpel berwarna hitam, lalu rambutnya dia gerai dan make up tipis dia gunakan. Saat dia merasa sudah siap dia pun melihat jam dan langsung keluar dari dalam kamar.
"Lo mau kemana ?" tanya Ela yang sepertinya baru sampai dengan wajah lelah.
"Anak hantu tiba-tiba nongol. Dari mana lo gak pulang-pulang udah berapa hari, di chat gak di balas. Untung gak gue laporin sebagai orang ilang," ujar Arinda.
"Drama lo Tet !" Arinda tersenyum lalu dia mengatakan mau pergi dengan Anton, dan Ela hanya terlihat menggelengkan kepalanya.
Di bawah Anton ternyata benar-benar sudah menunggunya. Arinda mengulum senyum dan Anton mempersilahkan Arinda untuk masuk kedalam mobilnya, dia juga membukakan pintu untuk Arinda.
"Bang Anton kita mau kemana ?"
"Mau makan habis itu nonton," jawab Anton dan Arinda mengangguk mengerti.
Mereka sampai di sebuah mall dan seperti kata Anton tadi mereka makan terlebih dahulu.
Arinda hanya makan sedikit karena dia memang sangat jarang makan malam terlebih dalam porsi besar. Berat badannya sangat cepat naik jika dia tidak mengontrol makannya, dan jika sudah berat badan naik pikirannya ikut sakit.Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka saat makan, Arinda menyadari Anton tidak seperti biasanya malam ini. Dia seolah sulit mengatakan sesuatu kepada Arinda dan itu membuatnya juga menjadi berdebar.
Bukan apa-apa tapi menurut beberapa sumber jika sudah pria menyatakan perasaan suka lalu mengajak untuk nonton dan makan malam, ujung-ujungnya akan ada status yang berubah.
Memikirkan itu Arinda menjadi gelisah. Anton sudah membayar makanan mereka dan dia mengajak Arinda untuk langsung ke studio. Membeli pop corn dan cola Anton mengajak Via untuk langsung masuk ke theater, film yang di putar adalah film luar benar-benar hal yang tidak di sukai Arinda namun dia mencoba untuk tetap menikmati.
Hingga suara Anton membuatnya menatap ke arah pria itu "Arinda, kamu mau gak jadi kekasih saya ?"
Satu detik
Dua detikTiga detik"Bang Anton yakin ? Saya____,"
"Saya yakin, saya jatuh cinta sama kamu. Saya ingin menjalin hubungan yang serius sama kamu, tapi tentu itu semua atas persetujuan kamu." Arinda terdiam, dia memilin jemarinya dan yang saat ini ada di pikirannya adalah bertanya kepada sahabat-sahabatnya.
Tapi tidak mungkin dia saat ini mengirim pesan kepada mereka semua, di sebelahnya saat ini Anton sedang menunggu jawabannya.
"Tidak ada salahnya mencoba pacaran setelah selama ini jadi jomblo." Pikir Arinda.
"Kalau saat pacaran kita gak cocok bang Anton gak marah kan sama Rinda ?" Antom tertawa kecil dan menggelengkam kepalanya.
"Jadi kamu terima saya ?" tanya Anton untuk memastikan dan Arinda mengangguk pelan. Saat itu juga Anton langsung meraih jemari Arinda untuk dia genggam, kemudian mencuri cium pipi Arinda yang sangat terkejut.
****
Suara dentuman musik terus menghibur semua orang yang ada di sebuah club malam elit di kawasan Jakarta Pusat, Ed meminum habis cairan yang ada di gelasnya sambil menatap ponselnya sedari tadi.
Aidan DG Ozvick Orlando sepupu Ed yang melihat itu merasa penasaran. Dia langsung menarik ponsel Ed yang membuat Ed mengumpat.
Ibra yang juga sepupu mereka ada disana ikut mendekat ke Aidan. "Siapa ini ?" tanya Ibra sementara Aidan hanya tersenyum mengejek."Koki di rumah ku."
"Koki !" seru Ibra tidak percaya dan dia tertawa sangat menjengkelkan bagi Ed.
"Oh aku tau ! Wanita ini alasan kau ingin cepat-cepat pulang kemarin malam ?"
"Shut up !" Ed benar-benar kesal dia menuangkan lagi minumannya dan menghabiskannya dengan sekali tegukan.
"Dia cantik, wajahnya terlihat sensual. Pantas jika kau menginginkannya menjadi istri."
"Aku tidak berniat menjadikannya istri Aidan. Stop membicarakan dan aku tidak berniat menikah dalam waktu dekat." Ed merampas kembali ponselnya.
Tidak ingin membicarakannya, benar itulah yang Ed katakan tapi wajah Arinda dan senyum wanita itu terus menghantui pikirannya saat ini. Dia yang biasa gemar mencari wanita untuk menemaninya, malam ini hanya bisa diam dan merasa kesal terhadap dirinya sendiri.
Bersambung...
Ed masih dengan memasang wajah tidak bersemangat duduk bersama para sepupunya yang sangat menyebalkan saat ini, jika biasa club adalah tempat kesukaannya sepertinya tidak untuk malam ini karena nyatanya dia sangat ingin pulang dan ehm... jika bisa melihat wajah Arinda.Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung bersama meraka. "Ed," panggil wanita itu yang tak lain adalah Samantha."Dari mana tahu aku ada disini ?""Aku menelpon Ali. Kau tidak menjawab panggilan ku sedari kemarin, kau juga tidak datang ke kantor.""Pekerjaan ku tidak hanya di ada disana Sam," ujar Ed lalu menyuruh Samantha untuk duduk. Samantha sempat memberikan senyumannya untuk menghormati dua orang yang memiliki nama besar di sebelah Ed.
Ed terus membuka satu persatu laporan yang diberikan oleh Ali mengenai kemajuan perusahaannya. Bahkan baru-baru ini Ed juga sudah resmi membeli salah satu stasiun televisi yang dulunya menjadi saingannya.Ed tersenyum puas dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini "Semoga apa yang baru kita mulai di New York dan Los Angeles bisa sama berhasilnya dengan di sini. Aidan sudah menyetujui proses pembukaan kedua stasiun televisi itu dan dia juga meminta kita untuk segera ke Santorini melihat kemajuan perkembangan yang ada di sana."Aidan adalah pemegang seluruh kendali perputaran bisnis keluarga Orlando dan juga Derson, meski perkembangan semua aspek bisnis keluarga mereka di Indonesia diberikan kepada Ed dan juga Ibra tapi tetap Aidan harus tahu seluruh perkembangannya."Oh ya Ali apa sud
Ed benar-benar sudah gila bagi Arinda, karena bos-nya itu membelikan semua brang-barang mewah untuk keperluannya selama di Santorini. Jika kalian merasa Arinda sangat bahagia, nyatanya sama sekali tidak. Arinda yang adalah wanita mandiri serta pekerja keras menjadi berpikir jika Ed benar-benar mengerikan.Seperti saat dia meminta Arinda memilih koper mana yang Arinda inginkan dan ketika Arinda menolak karena beralasan masih memiliki koper yang bagus di kos-nya Ed akan mengancam Arinda dengan memotong gaji jika Arinda tidak membeli koper baru, bukankah sikap Ed benar-benar mengerikan dan sangat labil ?Ali juga dibuat ikut sibuk dalam memilihkan pakaian untuk Arinda, setiap ada baju yang cocok dengan Arinda dan terlihat bagus Ed akan tidak suka dengan alasan terlalu terbuka, terlalu pendek, terlalu ketat membuat Arinda dan Ed menjadi bah
Arinda bangun kesiangan karena memang semalam dia terlalu lelah, setelah pulang dari berbelanja bersama Ed dia tidak langsung tidur karena cucian menumpuk. Alhasil meski lelah dia harus mencuci pakaiannya, dan pagi ini bangun kesiangan.Anton menelpon Arinda beberapa kali juga tidak dia hiraukan, alasannya hanya karena sepuluh menit lagi Ed akan menjemputnya. Dia tidak ingin terlambat lalu membuat kesan buruk, urusan Anton bisa dia kirimkan pesan saja nanti. Benar saja, saat Arinda sedang menyisir rambutnya Ed menelpon. "Ya Bos," jawab Arinda sambil memakai jam tangannya."Saya sudah didepan kos kamu. Perlu saya naik ke kamar kamu ?""Ck, tidak bos ! ini saya turun."Anton kebetulan juga baru ingin melihat Arinda ke
"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya."Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, tapi sifat galak Arinda keluar begitu saja."Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya."Ehm.... begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempatnya. Apakah anda setuju ?" Arinda melirik pria tampan yang terus menatapnya itu dengan aneh lalu kemudian dia menatap lagi Ali."Saya bukan koki. Saya hanya bisa memasak itu saja," kata Arinda dengan jujur."Saya akan makan apapun yang kamu masak, tida
Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung. Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.Kelopak matanya terbuka perlahan dan saat sudah terbuka sempurna wajah Ed yang tepat berada di hadapannya langsung membuatnya buru-buru duduk. "Abang bos maafkan saya," kata Arinda, dia sudah sadar kalau dia k
Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun ! Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga. "Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?""Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.Anton tidak langsung menjawab pertanyaan Arinda dia malah mengajak Arinda untuk bersama lari pagi dengannya. Sambil lari Anton masih diam-diam mencuri pandang pada Arinda yang kini sadar ada yang berbeda di hatinya saat Anton menatapnya."Mau singgah ke taman kota dulu ?" tanya Anton saat mereka sudah selesai l
Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik. Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut."Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut."Abang bos mau makan apa ? Ayam, udang atau daging. Saya sudah memasak nasi tadi begitu sampai, jadi tinggal siapkan sayur dan lauknya saja." Ed tersenyum mendengar pertanyaan Arinda rasanya dia benar-benar malas untuk keluar rumah karena di rumah sudah ada bidadari cantik yang bisa mengurusnya."Saya mau kamu." Apa yang Ed katakan itu membuat mata Arinda membulat sempurna."Say