Share

11 :: Gosip Hangat ::

Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik.

Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.

Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut.

"Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut.

"Abang bos mau makan apa ? Ayam, udang atau daging. Saya sudah memasak nasi tadi begitu sampai, jadi tinggal siapkan sayur dan lauknya saja." Ed tersenyum mendengar pertanyaan Arinda rasanya dia benar-benar malas untuk keluar rumah karena di rumah sudah ada bidadari cantik yang bisa mengurusnya.

"Saya mau kamu." Apa yang Ed katakan itu membuat mata Arinda membulat sempurna.

"Saya belum mau di sembelih loh bos. Jahat banget, lagi daging saya gak terlalu banyak loh !" Ed tertawa mendengar jawaban Arinda bahkan dia sampai terbatuk-batuk karena jawaban polos wanita itu.

"Sudah siapkan apa saja yang enak dan cepat. Saya sudah di tunggu," ujar Ed kemudian, jika tidak karena Aidan yang ingin ke perusahaan dengan mendadak dia tidak akan pergi. Benar-benar Aidan sepupunya tercinta itu sangat menyebalkan.

Arinda dengan cepat membersihkan udang lalu mendiamkan sebentar dengan air lemon. Sementara itu dia menyiapkan tomat, bawang merah dan bawang putih serta cabai rawit untuk membuat sambal matah.

Sambal sudah siap, sekarang Arinda memasak udangnya. Dia menggoreng udang dengan mentega lalu diberikan sedikit garam, penyedap makanan dan juga lada. Sambal dan lauk sudah siap, tinggal membuat sayur.

Arinda dengan cepat membelah jagung kecil-kecil lalu merebusnya dengan air yang sudah dia berikan garam. Selanjutnya dia memasukkan bayam, dan dengan cepat Arinda menyajikan semua masakannya ke hadapan Ed.

Ed sedari tadi tidak lepas menatap kegesitan Arinda berada di dapur, bahkan dia sempat merekamnya. Saat makanan datang Ed memanggil Surti yang sedang membersihkan ruangan untuk ikut makan bersamanya.

"Kamu juga ayo Arinda makan. Ini sudah jam makan siang," katanya dan mereka makan bersama. Dalam hati Arinda dia menyadari kalau Ed benar-benar adalah bos yang baik. Pria itu tidak sungkan makan dengannya dan juga bu Surti yang adalah orang kerjanya.

Senyum Arinda merekah sambil dia memakan masakannya yang tidak akan mengecewakan Ed.

Setelah selesai Ed melambaikan tangannya dan pergi dari sana. "Kamu bisa pulang sore hari ini. Saya tidak akan makan malam."

"Oke abang bos." Arinda tersenyum dan sangat bahagia. Kerja tidak perlu berkeringat sudah bisa dapat gaji full plus bonus. Mana mau di ajak ke luar Negri lagi, oh dia benar-benar beruntung.

"Awas jadi mangsanya Mister Ed," suara itu membuat senyum Arinda pudar seketika.

"Bu Surti, maksudnya apa bu ?" tanya Arinda sambil dia membersihkan sisa makan mereka tadi.

"Bos Ed itu suka bermain wanita. Tadi saat saya lihat kamu saya pikir kamu wanita yang dia bawa untuk di tiduri."

"Astaga ! Saya perempuan baik-baik bu." Arinda benar-benar terkejut saat ini.

"Ya itu kan saya pikir tadinya. Tapi waktu kamu bilang di kerjakan karena memasak makan untuk Mister Ed jadi ya saya gak berpikir macam-macam lagi."

"Memang abang bos suka bawa wanita tidur di sini bu ?"

"Nanti juga kamu lihat, asal jangan kamu aja yang si bos tiduri," ujar Bu Surti membuat Arinda merinding mendengarnya. Dia lalu teringat perihal kain berwarna ungu itu, dia menggelengkan kepalanya tidak menyangka.

"Mana pernah Mister Ed pulang sore. Dia selalu pulang tengah malam atau menjelang subuh, wong nyonya Akira suka ngomelin di telpon."

"Ah pria kaya. Biarkan saja ! Yang penting bukan  gue yang di tiduri."

Batin Arinda lalu dia ikut membersihkan dapur membantu pekerjaan bu Surti. Setelah semua selesai Arinda membuatkan potongan buah untuk dia letakkan di dalam lemari es, dia juga membuatkan puding agar jika tengah malam Ed lapar bos-nya itu bisa memakan buah atau puding yang dia buat.

***

Arinda pulang dan saat masuk ke dalam kamar dia teringat perihal Anton yang mengajaknya untuk pergi malam ini.

Arinda gelisah, entah apa yang akan Anton katakan lagi malam ini.

Penghuni di lantai kamar kos-nya juga tidak ada semua. Arinda merebahkan tubuhnya di kasur dan terlelap hingga tanpa sadar dia bangun saat ponselnya bergetar.

Itu adalah pesan singkat dari Ali yang meminta dia menyiapkan data-data untuk pembuatan paspor besok.

Dengan cepat Arinda membalasnya dan dia langsung melihat jam. Arinda segera masuk kedalam kamar mandi dan segera bersiap untuk pergi dengan Anton.

Arinda menggunakan dress simpel berwarna hitam, lalu rambutnya dia gerai dan make up tipis dia gunakan. Saat dia merasa sudah siap dia pun melihat jam dan langsung keluar dari dalam kamar.

"Lo mau kemana ?" tanya Ela yang sepertinya baru sampai dengan wajah lelah.

"Anak hantu tiba-tiba nongol. Dari mana lo gak pulang-pulang udah berapa hari, di chat gak di balas. Untung gak gue laporin sebagai orang ilang," ujar Arinda.

"Drama lo Tet !" Arinda tersenyum lalu dia mengatakan mau pergi dengan Anton, dan Ela hanya terlihat menggelengkan kepalanya.

Di bawah Anton ternyata benar-benar sudah menunggunya. Arinda mengulum senyum dan Anton mempersilahkan Arinda untuk masuk kedalam mobilnya, dia juga membukakan pintu untuk Arinda.

"Bang Anton kita mau kemana ?"

"Mau makan habis itu nonton," jawab Anton dan Arinda mengangguk mengerti.

Mereka sampai di sebuah mall dan seperti kata Anton tadi mereka makan terlebih dahulu.

Arinda hanya makan sedikit karena dia memang sangat jarang makan malam terlebih dalam porsi besar. Berat badannya sangat cepat naik jika dia tidak mengontrol makannya, dan jika sudah berat badan naik pikirannya ikut sakit.

Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka saat makan, Arinda menyadari Anton tidak seperti biasanya malam ini. Dia seolah sulit mengatakan sesuatu kepada Arinda dan itu membuatnya juga menjadi berdebar.

Bukan apa-apa tapi menurut beberapa sumber jika sudah pria menyatakan perasaan suka lalu mengajak untuk nonton dan makan malam, ujung-ujungnya akan ada status yang berubah.

Memikirkan itu Arinda menjadi gelisah. Anton sudah membayar makanan mereka dan dia mengajak Arinda untuk langsung ke studio. Membeli pop corn dan cola Anton mengajak Via untuk langsung masuk ke theater, film yang di putar adalah film luar benar-benar hal yang tidak di sukai Arinda namun dia mencoba untuk tetap menikmati.

Hingga suara Anton membuatnya menatap ke arah pria itu "Arinda, kamu mau  gak jadi kekasih saya ?"

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Bang Anton yakin ? Saya____,"

"Saya yakin, saya jatuh cinta sama kamu. Saya ingin menjalin hubungan yang serius sama kamu, tapi tentu itu semua atas persetujuan kamu." Arinda terdiam, dia memilin jemarinya dan yang saat ini ada di pikirannya adalah bertanya kepada sahabat-sahabatnya.

Tapi tidak mungkin dia saat ini mengirim pesan kepada mereka semua, di sebelahnya saat ini Anton sedang menunggu jawabannya.

"Tidak ada salahnya mencoba pacaran setelah selama ini jadi jomblo."  Pikir Arinda.

"Kalau saat pacaran kita gak cocok bang Anton gak marah kan sama Rinda ?" Antom tertawa kecil dan menggelengkam kepalanya.

"Jadi kamu terima saya ?" tanya Anton untuk memastikan dan Arinda mengangguk pelan. Saat itu juga Anton langsung meraih jemari Arinda untuk dia genggam, kemudian mencuri cium pipi Arinda yang sangat terkejut.

****

Suara dentuman musik terus menghibur semua orang yang ada di sebuah club malam elit di kawasan Jakarta Pusat, Ed meminum habis cairan yang ada di gelasnya sambil menatap ponselnya sedari tadi.

Aidan DG Ozvick Orlando sepupu Ed yang melihat itu merasa penasaran. Dia langsung menarik ponsel Ed yang membuat Ed mengumpat.

Ibra yang juga sepupu mereka ada disana ikut mendekat ke Aidan. "Siapa ini ?" tanya Ibra sementara Aidan hanya tersenyum mengejek.

"Koki di rumah ku."

"Koki !" seru Ibra tidak percaya dan dia tertawa sangat menjengkelkan bagi Ed.

"Oh aku tau ! Wanita ini alasan kau ingin cepat-cepat pulang kemarin malam ?"

"Shut up  !" Ed benar-benar kesal dia menuangkan lagi minumannya dan menghabiskannya dengan sekali tegukan.

"Dia cantik, wajahnya terlihat sensual. Pantas jika kau menginginkannya menjadi istri."

"Aku tidak berniat menjadikannya istri Aidan. Stop membicarakan dan aku tidak berniat menikah dalam waktu dekat." Ed merampas kembali ponselnya.

Tidak ingin membicarakannya, benar itulah yang Ed katakan tapi wajah Arinda dan senyum wanita itu terus menghantui pikirannya saat ini. Dia yang biasa gemar mencari wanita untuk menemaninya, malam ini hanya bisa diam dan merasa kesal terhadap dirinya sendiri.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status