Arinda mengayuh sepeda tidak jauh dari tempat kos-nya berada untuk menuju sebuah mesin ATM berada. Dada Arinda berdebar ketika dia sudah sampai di depan sebuah pintu masuk menuju mesin ATM itu berada, dia menutup matanya sambil berdoa kemudian memasukkan kartu debit yang ia miliki. Setelah memasukkan kata sandi dan metode yang dia inginkan akhirnya barulah dia bisa melihat sisa saldo yang ada dalam kartunya.
[[ Sisa saldo anda hanya cukup sampai akhir minggu ini. Umur anda masih panjang dan silahkan lebih berusaha. untuk saat ini anda tidak bisa foya-foya !"]]
Arinda menarik napas kasar, sudah satu tahun dia pengangguran jadi wajar saja uang tabungannya selama dia bekerja sudah terkuras habis. Meski dia berjualan makanan namun hasilnya tidak seberapa dan juga sudah dia gunakan untuk keperluannya sehari-hari di tambah dia juga mengirimi uang untuk kedua orang tua-nya di kampung.Setelah Arinda mendapat pekerjaan di Jakarta Arinda menelpon ke kampungnya dan mengatakan agar keluarganya tidak usah khawatir karena dia sudah bekerja dan sampai saat ini yang keluarganya tahu adalah dia masih bekerja dan menghasilkan uang, Arinda tidak mengatakan yang sebenarnya karena dia tidak ingin dipaksa pulang lalu di nikahkan. Dia tidak mau, dia akan menikah jika dia sudah siap dan sudah mengumpulkan banyak uang.
Tapi kapan dia bisa menjadi wanita sukses yang memiliki usaha sendiri seperti keinginannya ?
Arinda menghembuskan napas lalu keluar dari bilik mesin ATM tersebut. Kayuh sepedanya berhenti di salah satu minimarket karena perutnya sudah demo minta di isi makanan. Wajar saja karena sedari pagi dia belum makan apapun. Arinda membeli satu bungkus pop mie dan langusng mengisinya dengan air panas yang tersedia. Hari ini dia libur memasak karena pergi mengantarkan beberapa surat lamaran jadi hanya mie instan ini yang bisa diandalkan untuk segera mengisi perut.
Hal yang sangat jarang terjadi kepada seorang Arinda memakan mie instan dengan ala kadarnya. Arinda duduk di kursi yang disediakan pihak minimarket untuk menghabiskan mie instan dan tidak lama seorang ikut duduk di depannya.
"Tumben banget lo makan pop mie," ujar Ela dan Arinda hanya berdeham sebagai jawaban.
"Lo dari mana ?" tanyanya kemudian melihat penampilan Yinela yang berpakaian terlihat sangat rapi. Senyuman Ela merekah.
"Ada deh," jawabnya membuat Arinda mendengus.
Ela kemudian kembali bertanya kenapa Arinda makan pop mie disana, meski Arinda awalnya mencoba menutupi kegelisahan hatinya tetap saja Ela sebagai sahabat sepertinya mengetahui jika Arinda sedang tidak baik-baik saja.
"Tabungan gue udah habis. Hanya tersisa untuk bayar kos bulan ini saja," kata Arinda akhirnya menceritakan kegelisahannya. Ela melihat sedih Arinda dia tahu jika Arinda sudah berusaha yang terbaik untuk mencari pekerjaan namun apa daya nasib memang belum berpihak kepada Arinda sepertinya.
Setelahnya mereka menikmati sore itu di depan minimarket dengan satu buah pop mie yang dibagi untuk dua orang. Sedikit beban di pundak Arinda berkurang hanya dengan duduk bersama Ela, sudah sedikit terlintas apa yang akan dia lakukan besok untuk mengumpulkan lebih banyak uang.
"Eh gue hampir lupa, tadi lo dicari Anton," kata Ela kepada Arinda yang merasa bingung apa yang ingin dikatakan oleh pria itu.
Setelah satu cup pop mie habis mereka lalu kembali ke kos mereka dengan menggunakan kendaraan masing-masing yang mereka bawa tadi. Ela dengan sepeda motornya sementara Arinda dengan sepeda kesayangannya. Arinda suka naik sepeda maka dari itu dia tidak ingin membeli sepeda motor, lagi pula lebih hemat karena tidak memakai bensin dan juga dia lebih sehat, itu adalah pemikiran Arinda.
Begitu sampai di depan pintu kos benar saja seperti kata Ela tadi Anton langsung menyapanya seperti ada kejadian yang sangat mendesak. "Arinda bisa bantu gue gak ya ?"
"Ha ! bantu apaan emang bang ?" tanya Arinda bingung.
"Gini temen kantor gue ada yang sedang ulang tahun terus dia minta gue beli nasi kotak buat acaranya nanti malam kamu bisa gak masak nasi kotak ?" Arinda berpikir sejenak sebelum dia menjawab.
"Oke bang bisa !" Dia menyanggupinya meski tahu sudah sangat mendesak waktunya. "Mau berapa kotak bang ?"
"Dua puluh kotak dia minta lauknya ayam jadi terserah kamu mau masak apa yang penting enak." Arinda mengangguk dan tidak terduga Anton langusng mengeluarkan beberapa uang kertas berwarna merah untuk Arinda. Dia bertanya harga kemudian setelah Arinda memberitahukannya Anton mengangguk dan membayar semua orderan dadakannya itu dengan lunas.
"Nanti jam delapan aku ambil ya." Arinda menyanggupinya lalu kemudian dia bergegas naik ke lantai atas dimana kamarnya dan Ela sahabatnya tadi berada.
"Ela pinjam rice cooker ya gue ada orderan dadakan nih !" Arinda buru-buru menanak nasi dengan sisa beras yang memang selalu dia sediakan di kamar kosnya.
"Ela pinjam motor juga sekalian," katanya lagi membuat Ela heran dibuatnya.
"Ada apa sih Tet?"
"Anton order nasi kotak buat nanti malam, lumayan duitnya bisa buat gue jualan di pasar besok."
"Ha ?! Lo mau jualan di pasar ?" Arinda mengangguk mantap lalu menyambar kunci yang diberikan Ela.
Waktu yang hanya tersisa dua jam dimanfaatkan Arinda dengan sebaik-baiknya untuk memasak nasi kotak. Untungnya dia dan Ela memiliki rice cooker yang besar jadi nasi bisa dimasak sekaligus setelah nasi masak Arinda merebus telur di dalam rice cooker lagi kemudian di kompor dia memasak mie serta ayam.
Menu yang akan dia masak sangat simpel karena mengingat waktu yang dia miliki hanya dua jam saja. Arinda memasak ayam lada hitam, telur rebus sambal balado dan mie goreng yang dicampur sayuran sedikit.
Tidak lupa Arinda meminta bantuan Ela untuk melipat kotak dan tisu, Ela benar-benar sangat membantunya. Dia dan Ela bersama-sama mengemas nasi itu kemudian tepat jam delapan malam Anton datang mengambilnya.
Ela dan Arinda tersenyum lebar ketika pekerjaan mereka selesai tepat waktu.
"Makan yuk, Gendis sama Reina belum pulang ya?"
"Kayaknya sih belum. Kita makan aja, nanti mereka biar makan belakangan."
Akhirnya setelah sore hanya terisi pop mie malam ini Arinda dan Ela bisa menikmati makan malam yang normal.
****
Anton buru-buru memarkirkan motor lalu membawakan pesanan teman satu kantornya. Sebenarnya temannya itu memesan lebih dari dua puluh kotak namun dibagi ke lima orang lain yang mengatakan mengetahui tempat katering enak dan Anton juga mengusulkan nama Arinda.
Anton sering memesan masakan Arinda karena suka dengan rasa masakannya.
Mereka mengadakan pesta di rooftop kantor dan tidak disangka bos besar mereka ikut hadir dalam acara itu. Dia adalah Eadric, mengingat salah satu karyawannya mengundang dalam suatu acara Ed tentu akan datang meski hanya dia akan singgah sebentar saja.Benar memang Ed tidak berlama-lama disana bersama Ali, setelah memperlihatkan wajahnya sejenak dan memberikan ucapan selamat ulang tahun dia berpamitan kepada semuanya untuk pergi dari sana.
Ali yang juga berjalan mengikuti Ed dari belakang kemudian diberikan tiga bungkus nasi kotak.Ed sudah menunggu Ali di dalam mobil dan dia melihat apa yang Ali bawa saat ini menggelengkan kepalanya.
"Tenang bos saya tidak memintanya melainkan diberi saat kita ingin pergi tadi."Ed mengangguk saja dan membuka ponselnya, sehabis dari sana dia memang akan langsung kembali ke apartment karena besok pagi ada pertemuan penting yang harus dia lakukan sehingga waktu ke club malam ini harus di tunda.
Ali yang penasaran isi dari nasi kotak yang saat ini masih dia pangku akhirnya mencoba mengintip sedikit, lalu harum aroma lada hitam menguar begitu saja. Ed juga merasakannya membuat perutnya terasa lapar saat ini.
"Berikan satu untuk ku Ali, aku jadi lapar mencium aromanya."Ali memberikan satu nasi kotak kepada Ed dan dia mulai menyuapkan satu sendok nasi beserta potongan ayam lada hitam tersebut. "Oh God it's really good," ucapnya sambil kembali memakan semua nasi beserta lauk pauk didalam kotak nasi itu sampai habis tidak menunggu untuk sampai di apartmentnya.
"Cari tahu restoran ini dan jika kita ada acara kita pesan disana." Perintah Ed kepada Ali.
Bersambung...
Semoga kalian terhibur ya 🥰
Eadric melihat ponselnya sepanjang jalan dia menuju kantor Raka siang ini. Dia berpikir tidak mungkin lagi bertemu wanita yang dia foto di lampu merah semalam. Padahal semalam dia tidur berfantasi-kan wajah polos wanita ini."Bos kita sudah sampai," suara Ali membuat Ed memasukkan ponselnya ke dalam saku jas."Bos apa tidak menelpon Pak Raka dulu mungkin beliau sedang makan diluar kantor karena ini jam makan siang.""Raka makan siang di luar ? Robot sepertinya pasti akan tetap di kantor meski jam makan siang." Ed tersenyum kepada Ali mengingat betapa gigih temannya yang bernama Raka itu bekerja.Ketika Ed masuk beberapa karyawan yang mengenalnya sebagai teman dari bos mereka langsung membungkuk memberi hormat. Ada satu wanita ca
Arinda benar-benar menunggu panggilan telpon yang dikatakan oleh Nindy tadi, sudah satu jam dia menunggu hingga akhirnya ponselnya berdering juga dengan nomor tak dikenal."Halo," sapa-nya dengan semangat empat lima.["Halo benar dengan Ibu Arinda."]"Iya benar. Ada perlu apa ya," tanya Arinda sambil mengigit bibirnya sendiri.["Saya Ali ingin memesan makanan dari katering Ibu apa bisa ?"]"Bisa Pak, untuk kapan ya ? dan mau menu apa Pak ?" Setelah Arinda menanyakan hal tersebut pria bernama Ali itu sepertinya tidak langsung menjawab. Hingga akhirnya terdengarlah suara Ali kembali.["Bos saya minta Ibu buatkan sarapan untuk besok pa
Wanita paruh baya di depan Arinda itu tersenyum lalu mempersilahkan Arinda untuk masuk."Bawa masuk saja sekalian ya. Saya panggilkan keponakan saya dulu," kata wanita yang terlihat sangat anggun itu.Arinda membawa sedikit demi sedikit barang yang dia bawa dan meletakkan di tempat yang wanita tadi minta. Ruangan yang dia masuki saat ini sangat mewah dia sangat terpesona melihatnya.Setelah selesai menata semua orderannya Arinda berniat pamit dan ingin mengucapkan terima kasih. Tapi yang dia dengar ada semacam keributan antara dua orang dengan bahasa inggris, dan untungnya dia tidak mengerti sama sekali apa yang mereka bicarakan.Tidak lama keluar seorang pria membuatnya langsung menampilkan senyuman. Sementara pria itu mengusap wajahnya berulang kali dan perlahan mendekati
"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya."Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, namun sifat galak Arinda keluar begitu saja."Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya."Ehm begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempat
Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung. Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.K
Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun ! Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga. "Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?""Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.
Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik. Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut."Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut."Abang bos m
Ed masih dengan memasang wajah tidak bersemangat duduk bersama para sepupunya yang sangat menyebalkan saat ini, jika biasa club adalah tempat kesukaannya sepertinya tidak untuk malam ini karena nyatanya dia sangat ingin pulang dan ehm... jika bisa melihat wajah Arinda.Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung bersama meraka. "Ed," panggil wanita itu yang tak lain adalah Samantha."Dari mana tahu aku ada disini ?""Aku menelpon Ali. Kau tidak menjawab panggilan ku sedari kemarin, kau juga tidak datang ke kantor.""Pekerjaan ku tidak hanya di ada disana Sam," ujar Ed lalu menyuruh Samantha untuk duduk. Samantha sempat memberikan senyumannya untuk menghormati dua orang yang memiliki nama besar di sebelah Ed.