Share

Part 6 Aksi Bar bar

last update Last Updated: 2022-04-12 23:57:15

 

 

"Sarah! Aduh! Ia kenapa?" Ibu mertua terlihat panik berdiri memegang pipinya yang bekas kutampar. Kasihan juga, ia seumuran almarhum ibuku. Tapi rasa sakit dengan apa yang kualami menghilangkan rasa hormatku padanya.

 

"Ha ha ha, mmmmhg ha ha ha." Aku tertawa besar sambil melototi mereka satu persatu. Rasanya ingin kupatahkan tangan mereka satu persatu.

 

Mereka mempermainkan kehidupan rumah tanggaku. Aku tak terima! Padahal aku sudah berkorban banyak. Aku kesal! Aku marah! 

 

Rasa amarahku melihat mereka, membuat tanganku ingin mengambil sapu yang tak jauh dari sofa karena tadi Tuti sedang menyapu. Seperti seseorang lepas kendali, kupukuli mereka satu persatu.

 

"Ugh!" Kupukul punggung mas Feri dengan tangkai sapu, lalu ....

 

"Uhg!" Tangkai sapu melayang ke lengan Tuti.

 

"Ugh!" Kali ini lengan mbak Imar juga ikut kupukul.

 

Sapu kulempar, lalu dengan rasa kesal yang tak terbendung. Kutarik songkok rajut kepala ibu mertua hingga terlepas dan memperlihatkan rambut ubannya. Kujambak rambutnya lalu kudorong kepalanya hingga ia terduduk di lantai. Pikiran sehatku berperang dengan amarah. Umurnya yang sudah tua ada rasa tak tega menghajarnya dengan sapu. Tapi tidak untuk yang tiga orang ini.

 

"Aduh! Jangan Sarah, ampun!" teriak ibu mertua berusaha melindungi kepalanya dengan tangan.

 

"Aaagh! Ha ha ha, kalian manusia licik!" ucapku berusaha merubah suaraku lebih tebal. Namanya juga akting, biasanya kulihat orang kesurupan suaranya berubah dengan tatapan menantang. Itulah kenapa mataku membelalak melihat mereka.

 

"Aduh, Naswa! Naswa! Cepat cari bantuan," titah mas Feri terdengar panik. Naswa yang pura-pura ketakutan berdiri di antara pintu ruang tengah dan ruang tamu.

 

"Aku takut, Pa," jawab Naswa juga pura-pura panik.

 

"Gunakan ponselmu!"

 

Waduh! Aku harus melampiaskan lagi karena rasa kesalku belum hilang.

 

"Aaagk! Hi hi hi hi." Kali ini aku bersuara melengking mirip hantu wanita. Kutatap Tuti, ia ketakutan berinsut ke balik sofa kecil untuk berlindung.

 

Tanpa berpikir panjang, kuinjak sofa itu lalu kutarik hijap Tuti hingga rambutnya terlihat. kujambak sekuat tenaga seiring rasa marahku karena ia pelakor di rumah tanggaku.

 

"Apun! Tolong Mas! Tolong aku!" teriak Tuti kesakitan. Ia tak bisa berbuat banyak kerana tanganku semakin kuat menjambak rambutnya.

 

'Mau minta tolong ke suamiku? Rasakan ini pelakor,' bathinku, jika di ruangan ini ada cabe sudah kumandikan ia dengan cabe. 

 

"Sarah! Lepaskan Tuti! Sarah!" Mas Feri menarik tanganku dari belakang agar rambut Tuti terlepas. Ini menyulitkanku karena tenaga mas Feri lebih kuat. Tapi, bukan perempuan namanya kalau tak banyak akal. 

 

Kulepaskan rambut Tuti, lalu dengan tangan kiriku, kutinju hidung mas Feri sekuat tenaga super yang kumiliki. 

 

"Aduh! Aak!" Mas Feri berteriak memegang hidungnya.

 

Alhamdulillah, cita-citaku semalam tercapai. Batang hidung mas Feri bengkok, maksudnya tidak terlihat seperti normal. Patah mungkin.

 

"Ha ha ha, hi hi hi hi." Dua macam tawa kukeluarkan, tentunya dengan suara yang berbeda. Satu suara kutebalkan, dan satu lagi suara kulengkingkan. Lumayan menyita kerongkongan. Tak apalah, yang penting aku puas.

 

"Feri! Cepat kita pegang Sarah!" teriak mbak Imar.

 

"Nggak bisa! Hidungku sakit!" Mas Feri meringkuk sambil memegang hidungnya.

 

Dasar lelaki tak punya otak atas, otak bawah saja yang berfungsi hingga main kawin lagi. Kamu kira aku diam saja dengan perbuatanmu. Rasakan itu, untung bukan kepalamu kupecahkan.

 

Wanita jika terlalu sakit hati, rasa sakit itu lah yang jadi kekuatan. Ditambah dengan amarah besar, dan mungkin jika dikeluarkan akan membentuk kobaran api yang siap membakar.

 

'Makanya jangan coba-coba mempermainkanku, Mas,' bathinku puas melihatnya.

 

"Cepat, Mbak! Cepat bantu aku!"

 

Uh sial! Tuti merangkulku kuat dari belakang. Ingin melawan sulit karena tenaganya juga kuat. Mbak Imar juga berlari mendekat.

 

"Aaaghk! Aaaagk!" Aku beronta sekuat tenaga agar lepas. Jika mbak Imar ikut memegangku, pasti aku kalah tenaga dan tak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku punya akal. Biar tangan dipegang, kakiku masih bisa melawan.

 

"Ugh!" Kutendang mbak Imar setelah berjarak selangkah di depanku. Tendanganku mengenai perut bawahnya, hingga ia terjatuh. Lalu, kuinjak kaki Tuti dengan tumpuan tumitku agar rangkulannya terlepas. Gerakan cepat diperlukan dalam tindakan ini.

 

"Aduh!" jerit Tuti kesakitan, seketika tanganya  dilepas.

 

Plak!

 

Plak!

 

Plak!

 

Plak!

 

Empat kali tamparan melayang ke kedua pipi Tuti. Dengan semangat 45 kukobarkan bendera peperangan dari istri sah untuk pelakor. Saat menampar, ada rasa puas tersendiri. Artikel yang kubaca benar, ada rasa lega setelah tersalurkan.

 

"Aak! Sakit! Rasain ini!" 

 

Ops! Tuti mengambil sapu ingin membalasku? Waduh, gimana ini? Aku pasti kalah kalau tak punya senjata.

 

Kualihkan mata ke Naswa. Matanya membulat melihat Tuti akhirnya bisa menggapai sapu.

 

"Hi hi hi hi." Agar mereka tak curiga, aku tertawa melengking sambil mendekati mas Feri yang meringkuk kesakitan. Untuk bangkit pun sepertinya sulit.

 

"Hiaaaaaaap!" 

 

Astaga naga, Tuti berlari mendekatiku sambil membawa sapu. Bisa mampus aku dipukulnya. 

 

'Ayo Sarah, cari jalan,' bathinku mensugesti diri agar otakku berpikir cepat dalam situasi darurat.

 

"Jangan, Tante! Jangan pukul Mamaku!" teriak Naswa juga berlari mendekat, ingin melindungiku.

 

Paak!

 

Sapu mendarat dari ayunan tangan Tuti.

 

"Aak!" Mas Feri langsung tergeletak pingsan.

 

Aku menghindar saat Tuti ingin memukulku dengan sapu. Mas Feri yang berada di dekatku, akhirnya ia yang menerima serangan Tuti.

 

'Alhamdulillah,' ucapku di hati. Untung aku berhasil menghindar.

 

"Mas Feri! Mas!" Tuti shock melihat mas Feri tak sadarkan diri.

 

"Feri!" teriak ibunya.

 

Di sini aku istrinya yang diakui, tapi kok malah Tuti yang kelihatan sedih melihat mas Feri pingsan.

 

Terserah deh, yang penting Tuti pasti disalahkan karena dalam keadaan sadar memukul. Begok juga dia.

 

Mbak Imar pun tak berani mendekatiku.

 

"Bismillahirahmanirahiim, allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw w* lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti w* mā fil-arḍ ...." Nasw* membacakan ayat kursi seperti mengusir jin syetan. Syukurlah agar pura-pura kesurupanku cepat berakhir. Capek juga karena akting ini harus profesional. Mungkin juga aku bisa mengalahkan akting BCL, he he.

 

Aku memberonta sambil melangkah mundur. Seperti orang kesurupan dibacakan ayat Allah. Tujuanku mundur agar pura-pura pingsan di sofa panjang, jika di lantai pasti tidak enak. 

 

"Man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim w* mā khalfahum, w* lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā ...." Nasw* terus melanjutkan membaca ayat kursi. Dan akhirnya aku berhasil mencari tempat empuk untuk pura-pura pingsan.

 

"Aah!" Tubuhku kuhempaskan di sofa panjang. Memejamkan mata, pura-pura pingsanku berhasil.

 

'huh, leganya, capek juga,' bathinku sambil bernafas lega menikmati empuknya sofa.

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (21)
goodnovel comment avatar
Jitro Paparang
sumpah,,bikin Ngakak ......
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Ya Allah ngakak sampe sakit perut bhahahaha
goodnovel comment avatar
Vhia Vhioletta
novel yg lain untuk membuka kunci cm 14, ini 20 mahal bgt...balik badan deh nyari novel lain
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 47 Tamat(Kata-kata itu Doa)

    ❤️TAMAT❤️ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahu( Kata-kata itu do'a )Aku tersentak saat mas Feri tiba-tiba berada di depan pintu. Dan ini bertepatan waktu aku dilamar mas Adam.Beberapa bulan ini, mas Adam mendekatiku. Awalnya ia hanya mengantarkan putrinya berkunjung. Tapi lama kelamaan kami berkomunikasi nyambung dan aku pun merasa nyaman. Setelah masa iddah berakhir, baru secara jelas mengatakan ingin menikahiku."Sebentar kupanggilkan Naswa," ucapku bangkit dari duduk. Belum juga memberi jawaban ke mas Adam."Mau gabung di sini, Pak Feri?" tanya mas Adam ramah."Tunggu, Sarah! Bisakah aku bicara dengan Pak Adam?" pinta mas Feri. Tawaran mas Adam diabaikan sejenak."Tapi, bu

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 46 Terlambat Menyadari

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 46 ( Terlambat Menyadari )Pov FeriHidupku kacau. Sarah sama sekali tidak menginginkanku kembali ke sisinya. Tatapan matanya tak pernah seperti dulu lagi. Bahkan yang kurasakan ia memendam benci.Aku salah. Kuabaikan luka perasaanya. Kukira ia seorang wanita yang bisa kuperdaya demi nafsu duniaku. Justru aku terperangkap dalam masalah yang dibuat. Inilah karma."Pa, sebaiknya Papa temui Pak Adam. Ia terluka ulah Nenek.""Ya, Nak. Bisa Papa minta alamatnya?""Bentar aku Wa aja." Lalu Naswa mulai memencet ponselnya."Nanti kunci pintu ya, Nas," ucap Sarah sambil membuka pintu."Sarah."&

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 45 Mungkin Ini Jalannya

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 45 ( Mungkin ini jalannya )"Bu, tolong lepaskan. Ibu bisa menghabiskan hidup dipenjara jika membunuh seseorang. Sadarlah, Bu. Jika ada masalah mari bicarakan baik-baik." Lelaki itu berusaha menenangkan mantan ibu mertuaku agar aku tak disakiti. Meski tak yakin apakah ia berhasil. Yang menodongku seperti orang stres dengan banyak tekanan. Ini contoh manusia tak kuat iman. Umur sudah tua tapi tak menyadari kesalahan. Astagfirullah'alaziim, maafkan dengan penilaian buruk hamba ya Allah ...."Apa urusanmu! Ia mantu tak tau diri, putraku ditolak rujuk, Imur dipenjara dan Imar, Imar di rumah sakit jiwa. Apa kamu merasakan yang kurasakan? Oooh, tentu kamu tak mersakan karna mereka anakku. Lah kamu siapa!"Astaga, aku tak menyangka ibu mas Feri seperti ini.

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 44 Tersangka

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 44 ( Tersangka )Aku diminta ke kantor polisi. Melihat siapa dalang dari kejahatan ini. Sudah tiga kali percobaan menabrak Naswa dan tiba-tiba Boy datang menyelamatkan. Dan ternyata firasatku benar. Ini semua sebuah taktik yang dicontoh dari adegan sinetron.Apakah ini perbuatan mas Feri dan ibunya? Atau Mas Haris dengan Tuti, atau lagi bisa jadi mbak Imar dan mas Feri. Aaah! Semuanya mencurigakan. Karena satu tujuan mereka, yaitu menguasai putriku hingga hartanya bisa beralih tangan."Ma, mungkin saja ini perbuatan pelakor itu dan Om Haris. Karena mereka sudah selingkuh bertahun-tahun," ucap Naswa sambil menyetir mobil."Entahlah, Mama pun bingung. Mereka semua tertuduh di pikiran Mama.""Padahal Mama sudah banyak

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 43 Pembalasan Imar

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 43 ( Pembalasan Imar )Pov Feri"Dasar wanita berhati batu! Luarnya aja kelihatan baik, tapi ia sama sekali tak punya perasaan!" Amarah ibu saat kami baru menginjakkan kaki di rumah."Aku harus gimana? Mana sanggup aku bayar cicilannya, Bu." rengek mbak Imar dalam rasa merasa bersalah."Itu makanya jadi perempuan ya harus teliti. Masak menggunakan rekening suamimu! Kukira kamu pintar, tapi bodoh!""Ibu cuma bisa menyalahkanku saja. Aku juga nggak yakin Mas Haris selingkuh mmm." Tangis Imar pecah lagi."Uh! Dasar bodoh!""Sudah sudah! Aku pusing nih. Sekarang ke mana kita bisa cari Haris? Mbak pasti tau tempat tujuannya."

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 42 Karma Itu Ada

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 42 ( Karma itu ada )"Rumahku ..., aaa hidup kita hancur, Fer. Rumah kita akan disita. Kita tinggal di mana, aaa." Ibunya meraung duduk dilantai teras."Tenang, Bu. Tenang." Mas Feri berusaha menenangkan ibunya meskipun percuma."Ini salah kamu, Mar! Kamu meminjam sertifikat itu untuk suamimu!" Sambil menangis, ibu mantan mertua menunjuk mbak Imar."Aku juga nggak tau ia selingkuh, kenapa Ibu salahkan aku! Lagian Ibu juga rela meminjamkannya. Kalau tak suka kenapa pinjamin." Mbak Imar tak tinggal diam."Seharusnya kemarin kamu segera ke leasing, sudah jelas Haris selingkuh dan diusir, kamu hanya bisa mewek tanpa bertindak!""Aku kalut, Bu. Aku masih shock dan rasanya tak percaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status