Arsen turun dari mobil lebih dahulu setelah Rudolf membukakan pintu untuknya. Arsen kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Lily. Arsen melihat ada beberapa wartawan di kejauhan yang sudah di amankan oleh petugas kepolisian, ia langsung menarik Lily ke dalam dekapannya dan menyembunyikan wajah Lily di dadanya.Lily mengetahui maksud dari Arsen karena saat di dalam mobil Arsen sempat memberitahunya. Arsen melepaskan Lily setelah mereka masuk ke dalam restaurant dan langsung disambut dengan baik oleh para pelayan, dan di antar ke tempat walikota beserta keluarganya menunggu.Arsen menangkap sedikit kegelisahan yang sedang Lily alami. Arsen bisa memakluminya, karena ini kali pertama Lily bertemu dengan seorang pejabat. Yang mungkin hanya pernah di lihatnya di televisi.Arsen merangkul pinggang Lily lebih erat, sehingga tubuh mereka tak berjarak. Wajah Arsen sedikit menyamping pada Lily, "Kau adalah Nyonya Lazcano. Angkat dagumu, kau harus percaya diri dan bisa menunjukkan bahwa ka
Alonzo berjalan menuju kamarnya di lantai dasar, dimana tersedia kamar bagi anggota kelompok inti. Sebenarnya ia memiliki apartemen di kota, tapi ia lebih sering berada di mansion atau di markas. Begitu membuka pintu kamar Alonzo langsung masuk, melepaskan mantelnya dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Meski tubuhnya sedikit lelah namun senyuman tak bisa hilang dari bibirnya. Alonzo menyentuh bibirnya yang tadi dikecup singkat oleh Maria. Jantungnya ikut berdebar membayangkan kembali kejadian beberapa menit tadi. Terkadang ia masih tak menyangka dengan semua ini. Maria bisa menerimanya, dan sedang berusaha untuk membuka hatinya. Alonzo dapat melihatnya, Maria sedang berusaha keras. Usahanya dapat dilihat saat tadi mengecupnya, suatu kemajuan yang luar biasa.Matanya hampir terpejam saat ia mendengar tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Alonzo mendengus kesal, saat melihat dua bekicot kebun memasuki kamarnya begitu saja. 'Sial aku lupa menguncinya!' pekiknya dalam hati."Ma
Lily masih menundukkan wajahnya, ia takut, namun perlahan ia mulai mengangkat wajahnya dan menatap Arsen. Arsen hanya menaikkan alis matanya menunggu penjelasan dari Lily."Maafkan aku, aku hanya memikirkan hmm.." Lily menghentikan ucapannya. Ia tampak ragu, "memikirkan mengenai Corry," Lily tampak menghembuskan napasnya pelan.Arsen tampak mengernyitkan keningnya, "Corry? Kenapa kau memikirkannya?" tanya Arsen tampak bingung. "Dia sangat cantik, anggun dan pintar, apalagi ia seorang dokter bedah di usia yang masih muda," Arsen tampak mengangkat alis matanya. "Aku hanya merasa, hmm..., jauh dan tidak bisa dibandingkan dengannya, aku takut kau…" cicit Lily pelan."Kau meragukan kesetiaanku??" seru Arsen tak terima. Ia sedikit menaikkan nada suaranya. Jujur saja Arsen merasa Lily meremehkan kesetiaannya dan perasaannya. Padahal Arsen sudah menceritakan mengenai tebakannya saat keluarga Walcout mengundangnya makan malam. Oleh karena itu, ia membawa serta Lily, dan memperkenalkannya.L
Sesaat setelah bangun tidur Mike kembali diingatkan oleh obrolannya semalam bersama Sasha. Entah mengapa hati nya masih berdebar mengingat sebentar lagi Sasha akan menyusulnya kesini. Mike harus bergegas, karena tuga-tugas sebagai wakil ketua Black Nostra sudah menanti. Sebelum beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, Mike mengambil ponselnya terlebih dahulu untuk mengecek, takutnya ada panggilan atau pesan yang ia abaikan. Namun rupanya tidak ada satupun pesan atau panggilan yang masuk.Mike segera beranjak dari tempat tidurnya. Di tempat yang sama di lantai 4 Lily baru saja terbangun, dan sudah mendapati Arsen yang telah bersiap dengan pakaian kerjanya. 'Ah, lagi-lagi aku terlambat,' keluhnya dalam hati. Semenjak kehamilnya menginjak 4 bulan memang ia menjadi lebih banyak tidur."Kau sudah bangun," seru Arsen seraya menghampiri Lily, sedangkan tangannya sedang asik memasangkan kancing lengan kemejanya. Lily mengangguk pelan dengan wajah yang menahan rasa malu, karena ia
Lily baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya masih terbalut oleh handuk. Kini ia sedang mematut dirinya di depan cermin mengamati perutnya yang semakin membuncit. Bahkan ini pipinya pun semakin terlihat berisi. "Ya ampun pipi ku.." Lily sedikit kaget dengan tampilan pipinya yang kian berisi.Sebentar lagi Arsen pulang, dan Lily akan menunggunya, makanya sebelum Arsen datang ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.Lily mulai memilih pakaian tidur yang akan dikenakannya, namun setelah sekian banyak yang ia pilih, hampir semuanya ketat di bagian perut."Hmm..., kau sudah besar rupanya," gumam Lily dengan lembut mengelus perutnya.Lily kembali mencari beberapa baju yang bisa ia gunakan dan tetap terasa nyaman. Hingga ia merasa lelah, Lily terduduk di lantai seraya tetap memilih pakaian. Namun tetap saja tak menemukan yang nyaman. Ia melirik pakaian milik Arsen dan tersenyum simpul. Kemudian ia mengambil kaos milik suaminya tersebut dan mengenakannya. "Sangat nyam
Sesuai dengan ucapan Arsen semalam, agak setelah sarapan dan jadwal senam rutin Lily. Arsen akan mengajak Lily keluar mansion untuk membeli pakaian. Hanya tinggal beberapa baju Lily saja yang muat di bagian perut. Arsen sampai lupa memperhatikan hal tersebut, seharusnya ia lebih sigap lagi sebagai seorang suami. Dengan menyediakan semua yang dibutuhkan oleh Lily.Setelah menyelesaikan semua, akhirnya Arsen dan Lily mulai meninggalkan mansion dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh Rudolf.Lily merasa senang karena akhirnya ia kembali keluar mansion. Meskipun akhir-akhir ini sudah beberapa kali Lily keluar dari mansion. Semalam setelah Arsen mandi, ia mengirim pesan kepada Ivanov bahwa hari ini ia tidak akan datang ke kantor, serta meminta Ivanov untuk menghubungi Patricia untuk menyiapkan pakaian 1dengan ukuran Lily saat ini. Jadi saat mereka sampai di sana tidak harus lagi menunggu terlalu lama.Tidak berapa lama akhirnya Arsen dan Lily sampai di butik. Arsen langsung mendeka
"Tidak mungkin," seru Lily masih tak percaya dengan ucapan Arsen. Semuanya masih tampak tak masuk akal baginya.Arsen melihat keraguan dalam mata Lily, ia menarik napasnya, kemudian menghembuskannya perlahan."Aku tidak ingat itu sampai kita berada di Mexico, tiba-tiba saja aku mengingatnya. Saat itu aku masih berusia 17 tahun dan baru melewati perbatasan, dan menunggu jemputan di Austin. Uangku tidak cukup untuk membeli minuman dan hanya bisa berdiri di depan mesin penjual minuman, saat itu kau datang menawarkan dan memberiku 3 keping uang 25 cent. Bahkan aku masih mengingat jumlahnya dengan pasti," jelas Arsen.Lily memutar kembali ingatannya. Semuanya tampak samar, namun ia sedikit mengingat kejadian tersebut, namun tampak tak begitu jelas. "Minimarket dekat peristirahatan truck, dan kau berlari menuju pemukiman penduduk yang tidak jauh dari sana, aku ingat kau mengatakan, 'Dad bilang kau harus menolong orang yang sedang kesusahan'," jelas Arsen kembali.Kini ia percaya dengan apa
Dorr…Sasha melepaskan tembakannya ke arah target yang sudah dikuntitnya selama ini. Pelurunya tepat mengenai kepala target hingga tewas seketika. Sasha segera melarikan setelah berhasil mengeksekusi targetnya, ia berlari menuju tempat dimana supir yang dikirim oleh Yuri yang sudah menunggunya. Penguntitan Sasha beberapa hari ini, ditambah dengan jadwal yang ia memiliki mengenai aktivitas target akhirnya membuahkan hasil. Penjagaan terhadap targetnya sedang kendor, hingga ia memanfaatkannya dengan sangat baik.Akhirnya ia berhasil mengeksekusi targetnya dengan mudah. Kini mereka melarikan diri ke wilayah utara Ceko, kota kecil bernama Harrachov di dekat perbatasan Ceko dan Polandia. Mereka akan menunggu di Harrachov sampai anak buah Yuri menjemput mereka dengan menggunakan pesawat dan kembali ke Moskow.Sasha sangat senang, karena akhirnya ia berhasil menyelesaikan misinya. Yang artinya ia dapat menyusul Mike ke New York secepat mungkin. Namun ia akan terlebih dahulu pergi ke Mos
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist