Camilio sudah membagi tugas kepada setiap anggota beserta strategi mereka saat penyerangan. Pascoe tetap berada di dekat mereka, untung memasangkan alat pengacau signal ponsel. Yang bertujuan agar musuh tidak menghubungi siapapun, dan Pascoe akan melakukan penyadapan sebelum signal ponsel terganggu. Mereka masih belum menemukan titik terang siapa dibalik pengkhianatan kelompok Moron's pada Black Nostra.Riobard bertugas mempersenjatai semua anggota yang akan melakukan penyerangan. Termasuk Sasha. Sasha sudah pasti mendapatkan tugas sebagai kurir. Saat ini Dante beserta Jeofre sedang menyiapkan uang cash sebanyak 30 juta dollar sebagai uang tebusan Mike. Arsen pun akan turut serta dalam penyerangan ini. Mereka sudah mendapatkan informasi, bahwa tempat penyerahan uang tebusan tersebut ternyata merupakan markas Moron's yang berada di New Jersey, dekat dermaga yang sudah tak terpakai lagi.Meskipun sedikit jauh dari pemukiman, Arsen tak ingin mengambil resiko, ia meminta Riobard untuk m
Sasha melangkah menuju markas Moron's dengan yakin dan tanpa ragu. Prioritas utamanya adalah menyelamatkan Mike. Ia sudah sampai di depan pintu masuk gudang yang dijadikan markas tersebut. Sasha mengangkat sebelah tangannya di udara, karena tangan satunya lagi memegang tas yang cukup berat, saat dua orang penjaga berjalan mendekatinya dengan senjata di tangannya. "Aku membawa uang tebusan. Cek saja jika kalian tidak percaya," serunya pada dua pria tersebut. Kedua pria tersebut menghampiri Sasha, mereka memang ditugaskan untuk menjaga pintu dan menunggu kurir wanita yang akan membawakan uang untuk Moron's. Kemudian mengecek tubuh Sasha, untuk menemukan senjata atau apapun yang dibawa Sasha, namun hasilnya nihil.Salah satu pria tersebut hendak mengambil tas yang ada di tangannya. Namun dengan cepat Sasha menepisnya. "Tidak, sampai aku bertemu dengan bos kalian," ujar Sasha dengan sengit. "Baiklah, baiklah, Ayo ikutt!!" ujar salah satu pria tersebut dan memimpin Sasha untuk melang
Tubuh Sasha sedikit terhuyung, namun ia berhasil bangkit dan kembali menerjang Mark. Ia kembali menendang dan memukul Mark. Beberapa kali ia terkena kembali pukulan Mark dan sebagian berhasil ia tangkis. Tak ingin membuang waktu lagi, Sasha segera mengunci tubuh Mark dengan tangan kirinya. Ia mengunci leher Mark dari belakang, kemudian tangan kanannya mengambil pisau di dalam boothnya dan langsung menusuk dada Mark di sebelah kiri, tepat di jantungnya.Mark menggelepar dengan darah yang terus mengalir dari dadanya hingga ia tewas di tempat saat Sasha semakin memperdalam tusukkannya. Tak ingin membuang pisau kesayangannya Sasha mencabutnya kembali tanpa belas kasihan. Saat itu Jeofre dan beberapa orang anak buahnya masuk ke dalam dan menemukan Sasha yang sudah berhasil membunuh Mark. Sasha tak memperdulikan kedatangan Jeofre dan yang lainnya. Fokusnya kembali tertuju pada Mike.Ia berjalan dengan sedikit cepat ke arah Mike dengan tubuh yang mulai sempoyongan. Sasha meringis kesakitan
Sasha sudah berada di ruang perawatan inap, dan Mike tak meninggalkannya sedikitpun, bahkan untuk ke kamar mandi. Ia terus menemaninya dengan duduk di samping ranjang Sasha terbaring. Beberapa alat medis terpasang di tubuh Sasha. Sasha belum juga tersadar, dokter mengatakan bahwa ia masih dalam pengaruh obat bius dalam beberapa jam kedepan. Mike menatap Sasha dengan nanar, ada rasa sedih, bersalah, marah dan semuanya bercampur aduk menjadi satu di dalam dirinya.Tapi bagaimana ia akan melampiaskannya? Sedangkan Sasha sendiri sudah membunuh Mark dengan tangannya sendiri. Mungkin saat ini kesembuhan Sasha yang akan menjadi prioritas utamanya terlebih dahulu. Sebelum nantinya Mike akan mencari siapa yang menghasut Moron's untuk berkhianat.Mike menggenggam tangan Sasha yang bebas. Ia masih terus merasa bersalah atas apa yang terjadi padanya. "Hei, kau bangunlah," lirih Mike. Namun Sasha masih belum juga terbangun. Seakan ia sedang tertidur dengan begitu nyenyaknya.Sasha pasti benar-
Pagi menjelang dan Lily mulai membuka matanya perlahan, wajah Arsenlah yang ia lihat pertama kalinya. Arsen tampak lelap dalam tidurnya. Lily mulai melepaskan pelukan Arsen perlahan agar ia tak terbangun. Karena Arsen belum lama tertidur.Masih dengan perlahan Lily segera beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian Arsen yang mulai membuka matanya perlahan namun tiba-tiba terbuka dengan cepat saat mengetahui jika Lily tak ada di sampingnya lagi.Dengan panik Arsen langsung mendudukan tubuhnya dan berniat untuk mencari Lily. Namun begitu mendengar suara air yang bergemercik dari dalam kamar mandi ia menghembuskan napas lega.Entahlah, semenjak kejadian Sasha membuat Arsen terlalu mengkhawatirkan keadaan Lily. Ia benar-benar tak ingin terjadi apa-apa pada Lily.Klek!Suara pintu terbuka membuat Arsen langsung menolehkan wajahnya pada pintu kamar mandi. Dan ia langsung mendapati istrinya yang sedang keluar dari sana dan tersenyum begitu melihat dirinya
Sasha masih meringis seraya menyentuh perutnya, sakit dan ngilu. Sasha sudah sering terkena pukulan atau tendangan di perut, tapi rasanya tidak seperti ini. Mike hanya bisa menatap Sasha dengan iba. Mulutnya masih diam seakan terkunci, sulit untuk menjelaskan apa yang sudah menimpa diri Sasha dan calon anak mereka. Mike pasti akan menjelaskannya, ia hanya perlu sedikit menenangkan dirinya terlebih dahulu. Namun hatinya berontak tak tahan lagi menyimpan semuanya dan menutupinya dari Sasha. Mike kembali menarik Sasha kedalam dekapannya, membuat Sasha tersentak kaget, namun kemudian tersenyum."Hei, Handsome, kau sangat merindukanku ya," celoteh Sasha dengan nada guraunya."Ya, tapi ada hal yang ingin ku sampaikan padamu," seru Mike pelan. "Apa itu?" tanya Sasha penasaran, namun tangannya membalas pelukan Mike. Pelukan Mike terasa sangat hangat, membuat sakit di perutnya sedikit hilang, berlebihan memang. Tapi Sasha sangat menyukai pelukan Mike ini.Terasa hangat dan begitu melindung
Setelah sarapan dan berpamitan pada Lily, Arsen segera pergi menuju Rumash sakit. Arsen datang menemui mereka. Dan langsung masuk ke ruangan dimana Mike dan Sasha berada."Tuan," seru Mike begitu mengetahui kedatangan Arsen. Arsen sedikit menganggukkan kepalanya."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Arsen seraya menatap Mike dan Sasha bergantian."Lebih baik," jawab Mike, kemudian Arsen mengalihkan pandangannya pada Sasha.Sasha yang menyadarinya langsung menjawab. "Aku baik-baik saja," Sasha berusaha menjawabnya dengan nada yang terdengar bahwa ia dalam keadaan baik."Baguslah, jika begitu," seru Arsen kemudian ia melangkah mendekati Sasha.Wajah Sasha masih tampak pucat. "Dengar Sasha, atas nama Black Nostra aku harus berterima kasih padamu karena apa yang sudah kamu lakukan. Aku berhutang banyak padamu karena telah menyelamatkan Mike, di luar kalian memang menjalin hubungan," jelas Arsen."Ya, itu tidak masalah bagiku," jawab Sasha dengan senyum simpulnya.Arsen sedikit berbincang den
Hingga sore menjelang Arsen belum kembali ke mansion. Masih banyak yang harus ia kerjakan apalagi dengan adanya kejadian tadi malam.Setelah menjenguk Sasha dan Mike, Arsen pergi menuju kantor untuk mengecek beberapa pekerjaan, setelah itu ia akan kembali ke markas dan mengumpulkan anak buahnya. Dan khusus mike, kali ini diberi dispensasi untuk tidak hadir.Arsen menyuruh Mike untuk memulihkan dulu dirinya dan Sasha, baru ia diperkenankan untuk kembali. Selain itu, Arsen pun memikirkan penyambutan Sasha di Black Nostra yang harus di awali dengan kejadian yang tidak menyenangkan.Arsen tak akan menguji kemampuan Sasha lagi, semalam ia sudah membuktikan kemampuannya.Di lain tempat Lily, Maria dan Charlotte sedang bercengkrama. Karena Arsen melarang Lily untuk pergi jauh, maka Lily memutuskan untuk diam dan kembali membaca buku di perpustakaan.Namun tiba-tiba mata Lily terpaku pada cincin yang tersemat di jari Maria, padahal seingatnya kemarin ia tidak melihat cincin tersebut di jari M
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist