Sepanjang perjalanan menuju ke kantor, Arsen terus teringat bayangan samar wajah anaknya yang muncul di layar USG kemarin sore. Matanya sempat membuka dan tangan kecilnya yang bergerak. Semua itu seperti gerakan slow motion yang terukir indah di ingatannya."Laki-laki."Suara Bella yang memastikan jenis kelamin anaknya terngiang terus di telinganya.Hati Arsen sangat bahagia dan itu terpancar dari sinar matanya meskipun bibirnya tidak menyungging sebuah senyuman.Arsen tetaplah Arsen, yang selalu bermuka datar dan dingin.Setelah menerima kabar baik mengenai cicitnya, Marisaa segera bertandang ke mansion Arsen, untuk menemui cucu menantu kesayangannya dan calon cicitnya.Marissa datang kembali membawa sekotak cake yang akan ia berikan pada Lily."Grandma..." seru Lily saat melihat kedatangan Marissa."Aku ingin menyentuh cicitku," ujarnya seraya berjalan mendekati Lily dan menyentuh perutnya dengan lembut.Rasanya ia benar-benar bahagia, karena sudah mengetahui dengan pasti penerus La
Robert baru saja membantu misi temannya di K-Force untuk bertransaksi ganja yang diselundupkan lewat jalur darat pada sebuah truck besar bermuatan hewan potong menuju Philadelphia, Pennsylvania.Jarak dari kota New York ke Philladephia tidak begitu jauh, hanya sekitar dua jam dengan menumpang truck besar tersebut. Ia menyuap sopir truck yang merupakan kenalan lamanya.Robert berangkat mengawal transaksi pada tengah malam dan baru bisa kembali sore hari iniTampak wajah Robert sangat cerah karena dia baru saja mendapat komisi yang lumayan. Dia ingin merayakannya bersama Margareth kekasihnya malam ini.Saat membuka kamarnya, ia melihat Margareth sedang tidur dengan pakaian yang agak tersingkap di bagian paha.Robert sudah tak tahan dengan hasratnya. Ia segera membuka ikat pinggang dan celananya dan segera menyergap Margaret yang baru saja membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.Robert sudah menahannya sejak semalam namun Margaret tak kunjung pulang. Ia sangat kesal, maka dari itu ia
Margaret melangkah kan kakinya, dengan seutas senyuman yang terukir di bibirnya. Kini ia sedang menyusuri koridor apartemen milik Elliot.Hanya tinggal beberapa langkah lagi, sampai lah sudah ia di depan pintu kamar Elliot.Ia sudah tak sabar untuk memberitahukan mengenai keputusannya untuk tinggal bersama Elliot, karena ia telah berhasil menjauh dari Robert.Bermacam bayangan, mengenai apa yang akan di dapatkannya jika hidup bersama Elliot membuat Margaret tak sabar. Hatinya begitu bahagia. Ia akan merasakan kepuasan-kepuasan yang diberikan Elliot setiap harinya. Ah, tentu saja Margaret siap untuk menerima semuanya.Kini ia sudah berdiri di depan pintu kamar Elliot, dengan semangat Margaret segera menekan kode pintu kamar. Tentu saja ia tahu kode pintu Elliot karena Elliot sendiri yang memberikan padanya.Selain di hotel, mereka juga kerap melakukannya di sini. Dengan perlahan Margaret menarik pegangan pintu dan mendorongnya perlahan. Ia berharap Elliot ada di dalam dengan niat untu
Arsen sudah berada di dalam kamar ketika Mike menghubungi ponselnya. Mike mengabarkan bahwa transaksi mereka sukses dan tanpa kendala apapun.Kini sedang dalam perjalanan menuju mansion. Sedangkan anak buah yang lainnya menuju markas Black Nostra.Arsen pun menutup panggilan tersebut dan menaruh ponsel miliknya di atas meja. Ia baru saja sampai di mansion, dan sepertinya Lily sedang berada di dalam kamar mandi karena Arsen mendengar suara gemercik air dari kamar mandi.Arsen tersenyum tipis kemudian mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu dan menyimpannya sembarang di atas lantai.'Lebih menghemat waktu,' gumamnya seraya berjalan menuju kamar mandi dengan tubuh polosnya.Ia memutuskan untuk menyusul istrinya mandi. Ya, Arsen berpikir dengan perutnya yang kian membuncit Lily akan kesulitan untuk menggosok tubuh bagian belakangnya.Arsen mulai membuka pintu kamar mandi.Ceklek...Lily yang sedang berendam di bathtube dan menggosok tubuhnya langsung menengok ke arah pintu, dan menemuk
Usia kandungan Lily kini menginjak minggu ke 28. Lily mulai merasa kerepotan dan kesulitan untuk membangunkan dirinya dari posisinya duduk ataupun tidur."Tidak usah bangun," seru Arsen seraya berjalan mendekati Lily.Lily mengangguk dan tersenyum. Ia tetap duduk di sofa menantikan Arsen mendatanginya dengan segelas susu hamilnya. Hingga saat ini Arsen dengan setia selalu membuatkannya susu.Lily menghela napas panjang setelah menghabiskan segelas susunya. Arsen meletakkan gelas kosong pada meja kecil yang ada di dekatnya."Kekenyangan?" tanya Arsen penuh perhatian sambil merangkul bahu Lily."Sedikit," jawab Lily dengan singkat seraya mengelus perutnya yang membuncit.Arsen ikut meletakkan telapak tangannya di atas perut Lily dan mengusapnya dengan lembut."Apa dia sudah banyak bergerak hari ini?" tanya Arsen.Lily menganggukkan kepalanya."Pergerakannya sudah sangat terasa. Bukan kedutan lagi. Kadang seperti ada yang menyundul di bagian sini dan tidak lama kemudian di bagian yang la
Charlotte menoleh ke arah pintu kamar dan langsung berdiri menyambut Camilio yang baru saja masuk."Kau sudah datang."Camilio tersenyum dan menganggukkan kepala."Mandilah dulu. Aku siapkan baju ganti dan akan mengambilkan makan malammu kemari," ujar Charlotte dengan lembut seraya membuka lemari untuk menyediakan baju ganti."Aku sudah makan," jawab Camilio.Charlotte menolehkan kembali wajahnya pada Camilio. Dan mengerutkan keningnya."Tadi aku ada tugas ke kota. Karena selesai lebih cepat, aku sempatkan untuk pulang rumah. Mom minta aku makan dulu bersamanya dan anak-anak sebelum pulang," jelas Camilio seraya mulai melepas kancing kemejanya."Oh..., begitu rupanya. Apakah anak-anak menanyakanku?" tanya Charlotte penuh harap seraya menyerahkan baju ganti untuk Camilio."Ya. Aku mandi dulu sebentar. Nanti kita lanjutkan obrolan kita ini," jawab Camilio setelah menerima baju gantinya lalu berjalan menuju kamar mandi.Charlotte menganggukkan kepala dan tersenyum. Kemudian Charlotte ber
Sasha segera menghampiri Mike yang keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana panjangnya saja. Sasha menyerahkan kemeja yang sudah terbuka kancingnya, dan membantu Mike mengancingkan kembali kemejanya setelah Mike memakainya.Menyambut suami pulang dan melayani suami saat berpakaian dengan kasih sayang itu Sasha pelajari dari Nyonya Lazcano.Tentu saja Mike senang dan sangat menghargai semua perubahan Sasha menuju sikap wanita dewasa bersuami, meskipun sikap polos, manja dan kekanak-kanakannya sering kali kambuh. Mike menyadari itu karena Sasha dibesarkan dalam lingkungan yang keras."Celana jeans robek itu kenapa masih ada? Dibuang saja," seru Mike saat melihat Sasha mengambil celana jeans robek dari tumpukan pakaian yang telah rapi setelah dicuci dan di setrika, dan hendak memasukkannya ke dalam lemari."Kenapa dibuang?" tanya Sasha seraya menoleh pada Mike dan berhenti berjalan."Sudah robek," jawab Mike dengan singkat."Jangan Handsome. Aku simpan supaya kau bisa pakai na
Lily tersenyum sumringah kini ia pulang ke Mansion dengan membawa perlengkapan bayi yang baru saja dibelinya. Begitu banyak barang yang ia beli pakaian, sepatu, box bayi dan banyak lagi.Rasanya ia ingin memborong seluruh isi toko. Tapi tidak, berlebihan itu tidak baik, dan Lily sangat mengetahui itu. Orang tuanya tak pernah mengajarkan untuk hidup terlalu berlebihan. Hingga saat ini ia masih terapkan. Meskipun dengan uang Arsen ia mampu membeli toko tersebut.Seberapa banyaknya uangmu, tetaplah bersikap sederhana. Lebih baik pergunakan hartamu untuk membantu orang lain. Itu ucapan ayahnya yang selalu diingatnya.Saat Lily pulang ke mansion Arsen masih belum pulang. Ia masih berada di kantor untuk mengurus beberapa pekerjaannya.Kedatangan Lily disambut oleh Maria dn Charlotte yang memang tidak ikut untuk berbelanja, mereka langsung membantu membawakan barang-barang yang tadi dibeli oleh Lily. Sedangkan Anna tidak ikut ke mansion, ia segera kembali ke kantor.Kini mereka berjalan menu
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist