Begitu pintu terbuka, tatapannya langsung tertuju pada Margaret yang sedang duduk terikat di sebuah kursi. Lampu di dalam ruangan tersebut cukup temaran. Meskipun temaram, namun Lily bisa memastikannya bahwa itu adalah Margaret, ibu tirinya.Lily sempat diberitahu jika Margaret sudah melakukan operasi plastik di wajahnya. Namun bertahun-tahun Lily hidup bersama Margaret ia dapat mengenalinya. Lily menatap tajam Margaret."Silahkan, Nyonya," ujar Mike membuyarkan lamunan Lily. Lily segera menyadarkan dirinya kemudian mengangguk dan masuk ke dalam ruangan tersebut.Margaret yang sedang duduk terikat sedikit tersentak saat pintu kembali di buka.Tadi Ia sedang berdiam memikirkan bagaimana caranya kabur dari tempat ini ketika dua orang anggota Black Nostra masuk ke dalam ruangan tempatnya di kurung.Ia diseret dengan paksa dan di bawa ke tempat ini. Kemudian ia diikat di sebuah kursi. Kini tangan dan kakinya terikat pada kursi tersebut. Sulit bergerak. Ia terus mengumpat dalam hatinya.M
Ponsel Mike berbunyi dan bergetar, ia segera mengecek untuk memastikan siapa yang mengiriminya pesan.Ketika di cek ternyata Arsen lah yang telah membalas pesannya. Mike tak mengeluarkan ekspresi apapun ketika membacanya.Kemudian ia kembali memperhatikan Nyonya Lazcano yang saat ini masih menyiksa Margaret. Hidung dan sudut bibir Margaret sudah di penuhi oleh darah akibat tamparan dan pukulan Lily tadi."Kau brensek!! Dasar jalang!!" pekik Margaret mengumpat Lily yang baru saja kembali memukulnya."Oh, kau masih berani mengumpatku dengan kondisimu saat ini rupanya!" seru Lily dengan senyum meremehkan."Kau memang kurang ajar!! Bocah sialan!!" Margaret masih saja mengumpati Lily.Hal tersebut menyulut emosi Lily yang tiba-tiba saja menggebu.Perlahan namun pasti Lily mengeluarkan senjata api yang tadi di bawanya dari sakunya dan langsung menempelkannya di dahi Margaret, tepat di tengah kedua alisnya dan seketika membuat Margaret terdiam dan membelalakan matanya."Aku sudah bukan Lily
Kurang dari 30 menit kemudian Alonzo dan Camilio dibantu oleh anak buahnya telah selesai menyiapkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh Nyonya mereka.Halaman belakang markas akan menjadi tempat latihan menembak bagi Lili, dengan Elliot sebagai sasaran tembaknya.Info ini tentu saja sudah sampai di telinga anggota inti yang lainnya. Hingga menimbulkan rasa penasaran dalam diri mereka.Pascoe dan Dante bahkan sudah berdiri dengan manisnya di samping halaman tersebut untuk menyaksi aksi dari Nyonya mereka.Seorang pria dengan memakai pakaian Lab nya berdiri tepat di samping Pascoe dan Dante. Menyadari kejadiran seseorang di sampingnya Pascoe menolehkam pandangannya, kemudian mengernyitkan dahinya."Whooaa, professor kita akhirnya keluar kandang!!" seru Pascoe dengan wajah tengilnya, membuat Dante ikut melihat ke arah yang Pascoe lihat. Melihat siapa yang ada di dekat mereka membuat Dante ikut kaget dan heran."Kau sudah bosan berkencan dengan bahan peledakmu, hah?!" timpal Dante.En
Dengan matanya ia melihat telunjuk Lily yang mulai menarik pelatuk. Tubuhnya mulai bergetar hebat karena rasa takut yang teramat sangat, hingga akhirnya Margaret tak sadarkan diri. Kepalanya terkulai di atas kursi tempat ia duduk dan diikat.Lily menyadari Margaret yang sudah tak sadarkan diri. Ia kembali menatap Elliot yang sudah gemetar ketakutan. Wajahnya sudah di penuhi dengan keringat. Lily menyeringai seraya menatapnya."Selamat tinggal, pria brengsek, neraka sudah menunggumu," seru Lily masih dengan seringainya.Dan....Dorrr...Terdengar suara tembakan yang agak teredam karena berada di dalam mulut Elliot. Seketika Elliot meregang nyawanya karena peluru yang Lily lepaskan menembus kepala Elliot.Setelah Elliot tak bernyawa. Mata Lily membulat, ia seperti baru saja tersadar dan terlempar dari dunia mimpinya saat melihat darah bercucuran di kepala Elliot. Lily terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Tangan Lily tampak bergetar.Arsen yang melihat semua aksi Lily melalui video ca
Selagi Lily sudah berada di rumah sakit, ia meminta ijin untuk menemui Anna, dan tentu saja Arsen mengijinkannya. Arsen berpikir itu sebagai hadiah untuk keberanian Lily. Meskipun ia sudah merencanakan memberikan hadiah untuk Lily sebelumnya.Arsen meminta Ivanov yang datang tak lama setelah kedatangan Lily, Mike dan Sasha untuk menemani Lily menemui Anna. Sedangkan Arsen akan membicarakan mengenai eksekusi Elliot dan perkembangan pencarian Dimitri serta transaksi yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi.Kini Lily dan Ivanov berjalan bersama menuju kamar dimana Anna di rawat, diikuti oleh beberapa pengawal untuk menjaga keamanan Lily.Tampak dari kejauhan, Steve dan seorang dokter keluar dari kamar tempat Anna dirawat. Lily segera mempercepat langkahnya karena ingin mengetahui hasil pemeriksaan dokter.Dokter yang mengenali Ivanov tampak tersenyum dari kejauhan dan menunggu Ivanov mendekat agar nanti ia tidak perlu memberikan penjelasan ulang."Bagaimana perkembangannya?" tanya Ivanov ta
Pagi-pagi sekali Arsen sudah tiba di mansion, kembali dari rumah sakit. Karena hari ini pemakaman Marissa akan dilaksanakan.Ketika Arsen datang tampak semuanya telah bersiap menyambutnya dan persiapan pemakaman sudah selesai.Lily dan Theo langsung memasuku mobil di mana Arsen berada. Tak lama kemudian mobil mereka mulai melaju meninggalkan mansion.Tak lama kemudian, iring-iringan sejumlah mobil menuju ke pamakaman Bukit Lazcano, mengikuti sebuah mobil jenazah yang mengantar Marissa Lazcano menuju tempat peristirahatan abadinya.Sejumlah pengawal memakai rompi anti peluru telah bersiaga menjaga keamanan di sepanjang jalan, 300 meter arah menuju Bukit Lazcano.Rombongan tim inti Black Nostra sudah sampai di lokasi. Mereka semua dalam keadaan sangat berduka cita karena kehilangan Marissa yang telah mereka anggap seperti orang tua sendiri.Saat orang tua dari seluruh tim inti Black Nostra masih hidup, mereka sudah bekerja pada keluarga Lazcano, kecuali Camilio sehingga tim inti Black N
Dua hari telah berlalu dan pagi tadi Arsen sudah kembali ke kantor menjalani aktifitas sehari-hari sebagai pengusaha dan Mike yang memimpin semua aktifitas Black Nostra, termasuk target mereka saat ini, yaitu melacak keberadaan Dimitri.Mike sudah menaruh seorang mata-mata untuk mengamati apartemen Dimitri di New Jersey. Memang sesuai dengan informasi Pascoe, Dimitri tidak tampak keberadaannya di apartemen.Arsen juga sudah mendapatkan laporan dari Mike tentang transaksi order yang didapatnya beberapa hari yang lalu.Sore ini, Arsen sengaja pulang lebih awal karena ingin melihat langsung keadaan Black Nostra.Mike dan Arsen sedang berbincang di ruangan Arsen."Pengakuan apa saja yang kau dapat dari Elliot? Maksudku tentang hubungannya dengan Dimitri. Apakah tidak ada orang lain selain Dimitri saat mereka berkomunikasi jadi ada jalan lain untuk melacaknya?" tanya Arsen."Menurut pengakuannya, Elliot mengenal Dimitri hampir dua tahun yang lalu. Mereka berhubungan dekat karena Elliot men
Selesai sarapan bersama Lily, Arsen segera berpamitan untuk berangkat kerja. Sebelum ke kantor, Arsen menyempatkan dirinya untuk menuju ke markas, karena ia mendapat pesan dari Mike bahwa Dante sudah mengumpulkan informasi tentang Bleedings Corp.Saat Arsen tiba di markas, Mike sudah tampak memimpin rapat dan percakapan mereka terhenti saat melihat kedatangan Arsen."Lanjutkan!" seru Arsen seraya mengambil posisi duduk di samping Mike.Mike melanjutkan meetingnya dengan mempelajari lokasi markas Bleeding Corps yang berada di daerah pinggiran Kota Jacksonville melalui CCTV kota di layar laptop Pascoe. Mereka juga sudah menemukan apartemen dimana Vargans ketua dari Bleeding Corp tinggal.Menurut informasi dari Dante, Varganz dan anak laki-laki Lam lebih sering berada di markas. Vargans tinggal di apartemen hanya setiap weekend saja dan untuk bermalam dengan jalang saja.Karena Bleeding Corp hanyalah sebuah gank motor kecil, anak buah Varganz yang berjumlah tidak lebih dari lima puluh or
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist