Mereka berlima menyusuri tangga yang terus menurun yang entah akan membawa mereka kemana. Mereka tetap dalam posisi waspada. Karena mereka yakin jalur rahasia ini yang di gunakan Marco untuk melarikan diri dari penyergapan mereka.Ini hanya sebuah lorong dengan tangga yang menurun. Kedua sisinya hanya ada tembok semen dengan beberapa sarang laba-laba yang menghiasi lorong tersebut.Lebarnya hanya sekitar 1 meter saja, hingga muat dua orang jika berjalan bersampingan.Tidak terlalu terang, karena pencahayaan yang sedikit minim dengan lampu yang temaram. Mereka terus berjalan menyusuri lorong ini. Mereka menuruni tangga ini seperti menuruni 6 atau 7 lantai.Karena kini mereka menyusuri lorong yang sudah datar, tidak ada tangga lagi.Mereka terus menyusuri lorong datar itu entah sudah berapa lama, sepertinya sudah sangat jauh mereka berjalan dan belum menemukan ujung dari lorong ini.Sudah di pastikan Leonid mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk membuat jalur pelarian seperti ini.U
Setelah sekitar 10 menit merangkak Mike, Sergei beserta anak buahnya akhirnya sampai di ujung lorong.Begitu keluar mereka melihat terowongan batu, dengan air mengalir. Mike masih tidak mengerti ini sungai bawah tanah atau sebuah pembuangan air bawah tanah."Ini sungai." Ujar Sergei yang melihat raut wajah Mike.Karena ia melihat air yang tidak kotor. Dan tidak berbau tentunya."Kemana kita sekarang?" Tanya Mike."Mengikuti arus sungai, sepertinya akan membawa kita ke Sungai Moskow." Seru Sergei. Mike mengangguk, kemudian mereka mulai berjalan mengikuti arus sungai tersebut.Tempat seperti ini memang banyak terdapat di Moskow, hingga Sergei sudah tidak kaget lagi. Sekitar lima menit mereka berjalan akhirnya mereka sampai di ujung terowongan sungai, dan benar saja begitu mereka keluar mereka melihat sebuah sungai besar. Sungai Moskow.Mereka mencari keberadaan Marco, namun tidak ada tanda-tanda. Sergei segera menghubungi anak buahnya yang masih berada di rumah Leonid untuk menjemput me
Lily sedikit meringis dan mengelus perutnya perlahan, ia terbangun di tengah malam. Bukan karena keinginannya namun ia di bangunkan oleh rasa sakit di perutnya yang kembali datang dengan tiba-tiba.Selain terkadang merasa sakit diperutnya, kini Lily juga sering merasa cepat lelah, dan nyeri punggung. Kadang hanya membaca novel yang berada di perpustakaan saja bisa membuatnya menangis dan tertawa bersamaan.Namun menurut Bella itu adalah hal yang wajar, biasa dialami oleh ibu hamil. Hingga Lily tidak terlalu merasa khawatir. Lagipula Bella selalu mengecek kandungan Lily setiap harinya di pagi hari, setelah Lily melakukan senam kehamilan."Kau kenapa?" Tanya Arsen yang tiba-tiba terbangun mendengar ringisan Lily. Sedikit sakit." Ucap Lily sambil menyentuh perutnya.Arsen langsung bangkit dari tidurnya. "Mau aku panggilkan Bella?" tawar Arsen.Lily menggeleng, "Tidak usah, ini sebentar kok sakitnya."Arsen penasaran dengan sakit yang di rasakan Lily di perutnya, secara reflek ia menyent
Baiklah, Sasha akui itu adalah kebodohannya karena berbuat hal seperti itu pada Mike dan membuatnya sangat marah hingga mengusirnya. Sungguh ia sangat menyesal.Tapi mengapa, hanya di depan Mike ia bisa berbuat hal yang bodoh seperti itu. Benar-benar seperti bukan Sasha saja.Apa Sasha benar-benar menyukai Mike? Jatuh cinta mungkin?"Jika benar, mengapa harus pada pria seperti itu?!!" Gumam Sasha kesal.Sasha hanya merutuki kebodohannya, udara sudah sangat dingin. Sasha menatap langit yang tidak cerah sama sekali."Sepertinya salju akan segera turun.." Sasha kembali bergumam.Lebih baik kini ia pergi dari Mike daripada semakin membuat pria itu marah. Sasha memutuskan akan kembali ke apartemennya sendiri untuk menghangatkan tubuhnya dan bersembunyi dari cuaca dingin.Jujur saja Sasha tidak suka dingin. Jika memasuki musim dingin seperti ini sangat menyiksa dirinya. Ah..bayangan masa lalu kembali.Menyebalkan, Sasha harus segera mengenyahkan dari pikirannya. Ya secepatnya.***"Apa masi
"Sasha Kovalevskaya, pembunuh bayaran wanita, anak kesayangan Yuri Lyonechka." Terdengar suara dari orang yang tidak di kenal oleh Sasha. Dan Sasha merasakan akan ada hal yang tidak beres.Sasha baru saja memarkirkan mobilnya di basement apartemennya, namun begitu keluar dari mobil tiba-tiba empat orang pria menghadangnya begitu saja."Siapa kalian?." Tanya Sasha tajam, ia langsung waspada. Sudah dapat di pastikan mereka adalah musuh yang mengincar dirinya."Kau sendirian rupanya saat ini. Dimana pria Black Nostra mu itu, heh?" Ujar pria itu dengan nada mengejek, membuat Sasha seketika mengeram.'Mike? Siapa mereka, hingga tahu ia bersama Mike beberapa hari ini.' Tanyanya dalam hati."Brengsek!! Apa mau kalian?!." Pekik Sasha.Tanpa peringatan keempat orang tersebut langsung menyerang Sasha dan berusaha melumpuhkannya.Namun bukan Sasha jika ia bertahan, menyerang dan menangkis semua serangan yang ditujukan padanya.Mereka sebenarnya mengincar Mike dari Black Nostra. Dan mereka sempat
Sasha membuka matanya perlahan, ia meringis saat merasakan sekujur tubuhnya merasa nyeri. Ingatan ketika ia disiksa terlintas dalam pikirannya begitu saja membuatnya terperanjat dan langsung duduk di atas tempat tidur memasang posisi waspada.Namun alangkah kagetnya yang ia lihat adalah kamar yang familiar baginya."Kamar Mike?" Gumamnya seraya mengucek matanya agar penglihatannya semakin jelas, dan berharap ini bukan mimpi.Karena seingatnya, terakhir kali sebelum pandangannya menggelap ia berada di suatu ruangan yang tidak ia ketahui dimana dan ia mendapatkan penyiksaan.Kesimpulan yang bisa ia simpulkan untuk sementara adalah Mike menolongnya dan membawanya kembali ke apartemen. Ya mungkin begitu.Sasha melihat semua luka di tubuhnya sudah mendapatkan pengobatan."Apa Mike?" Sasha kembali bergumam. Namun ia memutuskan untuk segera bangkit dari tempat tidur dan mencari keberadaan Mike dan menanyakan hal ini secara langsung padanya.Sasha perlahan melangkah keluar kamar dan mencari k
"Kau sudah pulang rupanya." Seru Lily dengan lembut seraya menyambut kedatangan suaminya di dalam kamar.Beberapa menit yang lalu Lily baru saja bangun dari tidur siangnya. Dan sekarang masih sore, akhir-akhir ini memang Arsen lebih cepat pulang ke mansion, biasanya menjelang malam ia baru pulang. Tapi sekarang sore saja ia sudah berada di mansion.Lily senang dengan hal tersebut, karena saat ini ia sudah tidak takut lagi jika berdekatan dengan Arsen. Ya, walaupun kadang aura yang dikeluarkan oleh suaminya tersebut masih kadang membuatnya merinding dan takut."Apa yang ada di tanganmu?" Tanya Lily, karena ia melihat sebuah paper bag di tangan kanan Arsen."Pie apel coklat." Seru Arsen seraya menyerahkan paperbag tersebut pada Lily yang langsung diterima oleh Lily."Terima kasih.." Ujar Lily dengan lembut, ahh.., benar ini pertama kalinya Arsen membawakan sesuatu dari luar. Biasanya ia akan meminta Albert atau dirinya untuk membuat sesuatu."Aku tidak sengaja melewati toko kue dan meli
Arsen menatap Lily yang kini sedang duduk di sisi tempat tidur sambil meneguk susu yang sudah dibuatkan oleh dirinya.Lily mempunyai wajah yang cantik dan menawan, serta lembut yang akan meneduhkan siapa saja yang menatapnya. Kulit yang halus serta rambut coklat yang indah tergerai menyentuh bahu, sangat kontras dengan warna kulitnya.Setiap waktu dan setiap saat Arsen selalu ingin menyentuh rambut tersebut dan membelainya, merasakan betapa lembutnya diri Lily. Sementara ia menyerukkan wajahnya ke wajah istrinya tersebut.Arsen selalu ingin mencium aroma Lily yang lembut dari sana, sebelum pada bagian-bagian lain yang juga sangat menggoda.Lily hanya miliknya dan akan selalu menjadi miliknya untuk selama-lamanya. Begitu pula dirinya yang hanya akan menjadi milik Lily seorang.Saat Lily menerima dirinya. Arsen sangat bahagia dan sangat menghargai keputusan Lily. Dan Arsen akan memberikan apapun yang bisa membuat Lily bahagia dan nyaman hidup bersama dengannya.Jika Lily ingin menusuk j
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist