Home / Romansa / Accidentally In Love / Bab 2. Mengejar Cita-Cita

Share

Bab 2. Mengejar Cita-Cita

Author: Vie Junaeni
last update Last Updated: 2022-12-20 21:24:43

Vanesha Angelina, sampai di sebuah rumah sakit yang selama ini ia mimpikan. Rumah Sakit Kota merupakan rumah sakit besar dengan fasilitas lengkap di tambah para dokter yang terkenal dan kompeten di bidangnya. Menjadi perawat di rumah sakit tersebut sangatlah sulit dan harus berasal dari akademi perawat di rumah sakit tersebut.

 

“Hai, aku Jane!” Seorang gadis berambut pirang dengan poni dan kuncir kudanya mengulurkan tangan pada Vanesha.

 

“Hai, aku Vanesha." Gadis itu menjawab uluran tangan tersebut.

 

“Kau baru datang, ya? Apa kau sudah mengisi buku absensi?” tanya Jane.

 

“Belum, terima kasih sudah mengingatkan.” Vanesha bergegas menuju tempat pengisian absen.

 

Para murid yang diterima menjadi calon perawat di rumah sakit tersebut saling mengenal dan diberi pengarahan mengenai program pendidikan yang akan mereka pelajari selama disana. Kebetulan Vanesha dan Jane berada di satu kamar dalam asrama yang letaknya sekitar lima seratus meter di belakang rumah sakit.

 

“Senang sekali saat aku tahu kalau kita sekamar," ucap Jane sambil merebahkan dirinya di atas kasur asrama yang jauh lebih kecil dari kasur rumahnya.

 

“Iya aku juga," ucap Vanesha sambil  merapikan pakaiannya ke dalam sebuah lemari yang terletak di samping kasurnya.

 

“Kau berasal dari mana?” tanya Jane.

 

 “Aku dari Panti Asuhan Pelangi di Desa Blue Beach," sahut Vanesha.

 

“Wah, jauh sekali aku pernah kesana bersama ayah dan ibuku saat pergi mengunjungi pantai indahnya. Kalau rumahku sih masih di kota ini hanya setengah jam perjalanan dengan mobil di komplek Mawar, kau tahu kan komplek perumahan Mawar?” tanya Jane.

 

Vanesha mengangguk, ia tahu berita tentang perumahan elit yang gadis itu sebutkan. Pantas saja Jane memakai pakaian dan tas bermerk. Tubuh kurus dan tinggi bak model di tambah kulit bersih dan mulus makin meyakinkan kalau ia seorang anak dari keluarga berada.

 

“Lalu, kenapa kau ingin menjadi perawat?” tanya Vanesha.

 

“Aku ingin mengejar Kak Nathan, dia dokter tampan yang bekerja di rumah sakit ini, dan kudengar dia tuh salah satu pengajar di sekolah perawat ini, jadi kalau aku bergabung di sekolah perawat ini nantinya akan sering bertemu dengan Kak Nathan," ucap Jane dengan wajah sumringah.

 

“Ah, kupikir kau tulus ingin menjadi perawat taunya .…”

 

“Habis kucoba berkali-kali untuk menjadi pasien dan bertemu dengannya tapi gagal terus. Asal kau tahu ya, dia itu orang yang sulit didekati. Dan ini adalah cara terakhirku mendekatinya. Eh, awas kau ya Vanesha kalau bertemu kak Nathan terus ikut jatuh cinta padanya," ancam Jane.

 

“Hahaha … aku tak akan semudah itu jatuh cinta," sahut Vanesha lalu terlelap di atas ranjang asramanya.

 

“Wah, cepat sekali dia tertidur.”

 

Jane gantian memasukkan pakaiannya ke lemari dan merapikan barang bawaannya.

 

***

 

Suara alarm weker di atas meja samping ranjang Vanesha membangunkannya tepat pukul lima pagi. Gadis itubbergegas mandi lalu mengenakan pakaian seragam yang sudah diterimanya kemarin saat pendaftaran absen. Gadis itu lalu membangunkan Jane yang masih terlelap dan terbuai mimpinya.

 

“Jane, bangun … ayolah nanti kita terlambat!"

 

 Guncangan di bahu gadis itu tak juga dapat membuatnya tersadar.

 

“Lima menit lagi, Mom," sahut Jane menggeliat dan kembali terlelap.

 

Vanesha makin mengguncang gadis muda tersebut akan tetapi jane tak juga terbangun.

 

“Ah, aku ada ide, maaf ya Jane aku terpaksa melakukan ini.”

 

Vanesha menyiram Jane dengan setengah gelas air putih ke wajah gadis itu.

 

“Hujan! Hujan! Duh, ayo kak Nathan lekas kita kembali ke mobil," ucap Jane langsung tersadar kalau barusan ia bermimpi berkencan dengan Nathan.

 

Jane menatap ke arah Vanesha dengan tatapan yang kesal.

 

“Kau tahu, barusan itu Kak Nathan akan menciumku, kami sedang berkencan di atas bukit sambil melihat bintang, tiba-tiba hujan datang dan–"

 

“Dan menyadarkanmu dari mimpi, mau kutambah hujan buatan lagi?”

 

Vanesha  bersiap mengisi air dalam gelas kembali, jika Jane tak beranjak juga dari tempat tidurnya.

 

“Okay, aku bangun, aku bangun.”

 

***

 

Pagi itu Vanesha berlari menuju kelas karena harus menunggu Jane yang terlalu lama memakan waktu saat ia berdandan.

 

“Kalian anak baru, ayo jalan jongkok keliling kelas!" seru seorang kakak kelas yang bernama Donna.

 

“Tuh kan, kita kena hukuman.”

 

Jane menggerutu, berbisik pada Vanesha

 

“Lho, ini kan salahmu, coba kalau tadi kau tak lama saat mandi, belum lagi sibuk merapikan rambutmu, huh.”

 

Bisik Vanes yang ikut kesal juga.

 

“Hei hei hei, sudah jangan bergosip di sana! Ayo, cepat jalan jongkok!” perintah Donna.

 

Hari itu sangat melelahkan untuk Vanesha, akan tetapi ketika ia melihat foto ibunya, semangatnya kembali muncul.

 

“Apa kau lelah?” tanya seorang pria tampan berambut hitam dengan tambahan gel yang rapi. Senyum manisnya semakin membuat lesung pipinya terlihat.

 

“Kalau aku bilang tidak, berarti terlihat sekali ya kalau aku bohong. Sedangkan keringatku saja sudah membasahi wajahku," sahut Vanesha seraya menelisik pria itu.

 

“Ini, minumlah!”

 

Pria itu memberikan botol berisi air mineral pada Vanesha.

 

“Kak Nathan!"

 

Jane berteriak dari kejauhan lalu berlari menghampiri pria itu.

 

Vanesha memandang sosok pria di sampingnya itu.

 

“Apa kau yang bernama Nathan?” tanya gadis  dan diberi jawaban anggukan kepala oleh Nathan.

 

Oh jadi ini pria yang bernama Nathan yang diceritakan Jane tadi. Pantas saja gadis itu tergila-gila padanya, tampangnya saja lumayan, cukup membuat jantung para gadis berdegup kencang dan berontak dari rongga dada.

 

Nathan menjentikkan jarinya di hadapan wajah Vanesha dan menyadarkan gadis itu dari lamunan.

 

“Kak Nathan, kenapa belum mengajar di kelas?” tanya Jane dengan tatapan manja menggoda pria itu.

 

“Lho, kan memang belum jadwal saya untuk mengajar. Sudah, nikmati saja dulu masa pengenalannya nanti kalau perlakuan mereka terlalu keras, laporkan pada saya, ya!" ucap Nathan lalu berlalu pergi menuju ruangannya.

 

*

Hari demi hari Vanesha menjalani proses belajar menjadi perawat dengan baik bahkan dia selalu menjadi murid terpintar di angkatannya. Nilai-nilainya selalu sempurna dan tak pernah mengecewakan. Jane makin dekat dengan gadis itu  karena dengan bantuan gadis tersebut, Jane juga mampu melewati ulangan-ulangan harian yang diselenggarakan oleh sekolah perawat itu.

 

Sebagai imbalannya, gadis kaya itu selalu memberikan tiga puluh persen uang sakunya. Jumlah tiga puluh persen uang saku Jane saja setara dengan uang saku yang Vanesha dapat ketika menjadi perawat magang di rumah sakit tersebut.

 

Jane benar-benar dimabuk cinta, padahal dengan mudahnya ia mendapatkan uang, tetapi ia rela bersusah payah bekerja menjadi perawat magang hanya ingin melihat Nathan setiap hari.

 

Setiap bulan Vanesha juga tak pernah lupa untuk pulang berkunjung ke Panti Asuhan Pelangi melepas rindunya dengan Ibu Rose dan anak-anak panti. Gadis tersebut juga selalu memberikan sejumlah uang untuk Ibu Rose demi membelikan anak-anak makanan.

 

Vanesha tak akan pernah lupa kebaikan yang ibu Rose berikan padanya. Walaupun sedikit tapi ia berusaha untuk membantu keuangan panti demi membalas jasa-jasa Ibu Rose padanya.

*****

To be continued.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Accidentally In Love   Bab 156. Akhir yang Indah

    Bab 156 AIL GN.Cassie tersenyum lebar menatap putrinya melahap dengan rakus ASI untuknya. Bayi mungil itu menghisap dengan kekuatan penuh. Seakan dia tidak diberi makan selama di dalam kandungan."Aku sangat mencintaimu," bisik Tae Min di telinga sang istri.Cassie menoleh dengan senyum lebar di wajahnya. Sang suami lalu mengecup sekilas bibir merah itu, lalu dielusnya dengan sayang puncak kepala sang putri yang masih belum kenyang menghisap susu ibunya."Aunty, Uncle!" Pekikan itu menyertai masuknya seorang anak perempuan kecil. Min Ju datang dan langsung berlari menghampiri tempat tidur Cassie."Hai, Sayang! Ayo, sapa adik barumu," perintah Tae Min mengacak-acak rambut Min Ju kecil. Usianya hampir menginjak tiga tahun, tetapi Min Ju sangat cerdas dengan perkembangan di atas rata-rata anak seusianya."Mana Mom dan Dad-mu?" tanya Cassie."Ada di bawah. Aunty mau gendong dedek bayi," pinta Min Ju. "Belum boleh sayang, nanti jatuh. Ummm, sini gendongnya dekat aunty di pangkuan aunty,"

  • Accidentally In Love   Bab 155. Melahirkan Kembali

    Bab 155 AIL GNSatu tahun berlalu, Cassie tengah mengandung."Aku mau jalan ke taman, ya." Cassie mengusap punggung Tae Min."Ayo, aku temani." Tae Min bergegas menyelesaikan pekerjaannya."Tak usah, aku sendiri saja. Kau urus saja pekerjaanmu di sini!" perintah Cassie.Cassie lantas meraih sweater merah lalu keluar menuju taman. "Baiklah, nanti aku segera menyusul!" seru Tae Min.Sesampainya di taman setelah Cassie berjalan sekitar dua ratus meter penuh semangat. Maklum saja, kandungannya sudah menginjak bulan ke sembilan, dan sang dokter kandungan memintanya agar sering berjalan agar mempermudah persalinan."Hai kucing! Duh, lucu banget sih kalian!" Cassie menyapa para hewan peliharaan yang sedang bermain di taman bersama tuannya."Halo, Nyonya Cassie!" sapa Tuan Tom, penjaga taman yang berusaha menghindari kejaran si golden retriever milik Nyonya Katarina itu."Hahaha, hati-hati, Tuan Tom! Wah, lucu banget sumpah." Cassie tertawa dengan puasnya melihat Tuan Tom yang dikejar oleh a

  • Accidentally In Love   Bab 154. Kematian yang Ditunggu

    Bab 154 AIL GNYoo Na kembali dengan menyembunyikan penyakitnya. Ia meminta Jaehyung dan Vanesha tak usah menjemputnya. Wanita itu kini menyesal dan berjanji akan mengubah sikapnya lebih baik lagi. Namun, Vanesha merasa kondisi Yoo Na semakin kurus dan memprihatinkan.Hati itu, Vanesha bertemu dengan Yoo Na di sebuah kedai buah. Yoo Na bekerja di sana. Wanita itu menyambut Vanesha yang datang dengan Jimin dan Min Ju. "Halo, Tante Yoo Na!" sapa Min Ju dengan bahasa cadelnya."Halo, anak cantik! Tante punya semangka yang besar untukmu. Kau pasti akan menyukainya," ucap Yoo Na."Terima kasih, Yoo Na. Maaf, apa aku boleh tanya sesuatu padamu?" tanya Vanesha. "Tentang apa?" "Apa kau sakit? Kenapa kau tampak pucat dan sekarang sangat kurus?" tanya Vanesha lagi."Aku hanya banyak pikiran tak enak makan. Kau tahu kan kalau aku banyak hutang, hehehe," sahut Yoo Na asal."Ayolah, kau tidak bohong kan?" "Tidak! Aku tidak bohong. Eh, ke mana Jimin?" tanya Yoo Na."Ya Tuhan, tadi dia ada di sa

  • Accidentally In Love   Bab 153. Penyesalan

    Bab 153 AIL GNYoo Na dirawat di rumah sakit di Kanada untuk pemulihan. Wanita itu sudah bisa berjalan. Sementara itu, Vanesha dan Jaehyung memilih untuk pulang. Saat seminggu sebelum kepulangan Yoo Na nanti, baru mereka akan datang menjemput.Sebulan setelah operasi, kondisi Yoo Na malah mengalami kemunduran. Namun, ia meminta Professor Rudolf untuk menyembunyikannya. Keesokan harinya sang profesor meminta Yoo Na bertemu dengan Dokter Scott Travis. Sang profesor curiga dengan hasil tes lab darah milik Yoo Na. Dokter Scoot langsung mengecek kondisi kesehatan dan penyakit AIDS yang ternyata diidapnya. Dokter begitu terkejut melihat kondisi Yoo Na. Wanita itu begitu sangat kurus dan berat badannya turun sekitar sepuluh kilogram selama di Kanada. Dokter Scott meminta Yoo Na untuk meminum obat dan makan secara teratur walau agak kurang begitu baik ketika pertama kali beradaptasi dengan cuaca dingin Kanada. Dokter meneliti lebih lanjut dan ia merasa semakin cemas karena hasil tes darah y

  • Accidentally In Love   Bab 152. Operasi Yoo Na

    Bab 152 AIL GNMalam itu sebelum Jaehyung membawa Yoo Na menemui Professor Rudolf, ia memasak pasta dan daging asap. Sementara Jaehyung membuat cokelat panas untuk menghangatkan tubuh.Sheila juga sudah datang untuk menjemput. Vanesha memintanya untuk bergabung makan malam dulu sebelum berangkat lagi ke rumah sakit. Wanita itu setuju. Selama makan malam, Sheila menanyakan kegiatan Jaehyung dan Vanesha saat di festival. Keduanya menceritakan dengan penuh antusias sampai membuat Yoo Na cemburu."Apa kita sudah selesai? Ayo, kita temui profesor!" ajak Yoo Na yang sengaja menghentikan perbincangan ketiga orang di hadapannya."Aku sudah selesai, sih. Ya sudah mari kita berangkat!" sahut Sheila.Jaehyung dan Vanesha akhirnya mengangguk setuju. Mereka merapikan piring makan malam dulu dan membersihkannya sebelum berangkat.Sheila membawa rombongan Yoo Na langsung menuju Rumah Sakit Kanada. Professor Rudolf sudah menunggu mereka. Sang ahli tersebut menjelaskan kalau Yoo Na memiliki peluang y

  • Accidentally In Love   Bab 151. Menikmati Kanada yang Dingin

    Bab 151 AIL GNMusim dingin di Kanada berarti ini adalah waktu untuk beberapa festival dan acara terbesar dan paling populer di negara itu untuk membuat Kanada dan pengunjung menikmati cuaca dingin.Cuaca dingin dan salju dari bulan November hingga Maret adalah kenyataan yang tak terhindarkan dan menjadi penyumbang utama bagi identitas dan karakter nasional negara itu.Selama tujuh belas hari setiap tahun, biasanya dimulai pada akhir pekan terakhir bulan Januari dan berlanjut selama dua minggu berikutnya, Kota Quebec, hidup dengan kegembiraan di bawah nol. Karnaval musim dingin terbesar di dunia, Québec Winter Carnival, telah menjadi sorotan di kalender acara Quebec sejak tahun 1894 dan telah memberi Quebeckers dan ribuan pengunjung alasan untuk merayakannya selama musim salju yang dingin dan bersalju.Vanesha memeluk lengan kekar Jaehyung dengan erat. Wanita itu kedinginan, tetapi ia sangat senang sekali. Bahkan Vanesha berharap mereka bisa kembali berlibur sambil membawa anak-anak n

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status