Di sebuah rumah besar di Negara Flower, dua orang pria tampan sedang berbincang-bincang di sebuah kamar luas nan mewah.
“Wah, kau keren sekali, Jae!” puji Tae pada kakak sepupunya itu. Pria tinggi 180 cm, bertubuh tegap, kulit kuning langsat, ditambah paras rupawan itu mengenakan pakaian tentara dengan gagahnya. Hari itu, dia memutuskan untuk mengabdi pada negaranya, setelah ia menjalani wajib militer selama dua tahun di negara ayahnya yang juga kakak dari ayahnya Tae. “Iya dong, aku memang selalu keren, kan? Eh, katanya kau mau mendaftar untuk wajib militer juga, apa ibumu sudah tahu?” tanya Jae sambil memandangi tubuhnya di cermin seraya merapikan pakaiannya. “Sssttt ... jangan keras-keras! Aku belum berani bilang pada ibu, tetapi aku sudah menyerahkan formulir pendaftarannya minggu lalu," sahut Tae Min dengan nada suara pelan. “Kau ini aneh, banyak lho yang ingin sepertimu menjadi CEO muda. Tapi, kau malah memilih ikut wajib militer.” Jae terlihat bersungut-sungut. “Daripada saat aku menjadi CEO lalu di jodohkan dengan anak dari rekan bisnis ayah, lebih baik aku mendaftar wajib militer untuk menghindarinya.” Pria muda itu terkekeh sambil minum soda kemasan kaleng di genggamannya. Jae tak habis pikir, pamannya itu memiliki sebuah perusahan besar yang bergerak di bidang telekomunikasi dan terkenal di negara Flower, pasti posisi CEO menggantikan pamannya adalah impian hampir tiap orang yang ingin sukses. Namun, si pria tampan berwajah oriental dengan hidung mancung, rambut cepak, berbadan tegap dan tinggi itu malah menghindarinya. Tae mendengar desas-desus perjodohannya dengan anak dari rekan bisnis ayahnya dan ia tak siap untuk menikah. Sedangkan Jae hanyalah anak seorang tentara yang ayahnya sudah gugur dalam medan perang membela negaranya saat dia berusia lima tahun. Kemudian pria itu diasuh oleh orang tua Tae karena setahun setelah kepergian ayahnya, ibunya juga meninggal akibat depresi berlebihan. “Kau memang bodoh Kim Taemin, hidup enak sudah menanti mu malah kau ingin menjadi tentara sepertiku.” Jae memukul kepala sepupunya dengan bantal sofa yang diambilnya. “Kurang ajar kau Kim Jaehyung, awas kau, ya!” Tae mengejar Jae yang langsung berlari saat hendak memukulnya.Kedua pria itu bukan hanya sepupu, tetapi mereka sudah seperti anak kembar yang saling menjaga dan bergantung satu sama lain sejak kecil. Tae begitu bangga memiliki kakak sepupu seperti Jae yang selalu ada untuk membelanya. * Di Rumah Sakit Kota. Sudah setahun Vanesha menjadi perawat magang di rumah sakit itu. Prestasinya yang meningkat semakin membuat Nathan bersimpati bahkan jatuh hati pada gadis itu. Nathan berusaha mendekati gadis pujaannya itu, akan tetapi Jane selalu datang menghalanginya. “Sepertinya Kak Nathan menyukaimu, apa kau tau itu?" tanya Jane sambil menata rambut Vanesha yang terasa halus di tangannya. “Tenang Jane, Nathan bukan tipeku.” “Serius?” “Serius!” “Janji ya, kau tak akan mengambilnya dariku.” Pinta Jane. “Janji.” Vanesha memeluk gadis manis yang sudah menjadi sahabatnya setahun belakangan ini. Tok, tok! Pintu kamar asrama kedua gadis itu terketuk oleh Maria rekan yang satu bagian saat magang. “Ada apa, Maria?” tanya Vanesha saat membuka pintu kamarnya. “Tuan Jones ingin kau menemuinya ke ruangannya," ucap Maria lalu pergi dari hadapan Vanesha. “Ada apa ya Tuan Jones memanggilmu?” tanya Jane. Vanesha hanya menaikkan kedua bahunya lalu bergegas menuju ruangan Tuan Jones. Di ruangan Tuan Jones. “Selamat siang, Tuan Jones, Maria bilang kau memanggilku kesini.” Vanesha masuk ke dalam ruangan Tuan Jones. Pria paruh baya itu mempersilakan gadis itu untuk duduk. “Kau yang bernama Vanesha?” tanyanya.Gadis itu mengangguk dengan sopan sambil tersenyum. “Iya, itu saya.” “Tolong baca penawaran ini!" Tuan Jones menyodorkan map biru ke hadapan Vanesha. Gadis itu membuka map tersebut dan membaca beberapa kertas yang terlampir di dalamnya. Di sana tertulis bahwa ia masuk dalam program pertukaran pelajar ke Negara Diamond untuk memperdalam ilmu mengenai perawatan dan kesehatan lebih lanjut. “Apa kau bersedia, Nona Vanesha?” tanya Tuan Jones. Mengingat ia sangat membutuhkan uang, maka gaji yang akan dia dapatkan selain uang saku dan tunjangan lainnya itu sangat membuatnya tergiur. “Iya, baiklah saya bersedia,” sahut Vanesha dengan penuh keyakinan. "Namun, sebelum kau mulai berangkat ke sana, aku ingin kau mengikuti Suster Maria yang akan bertugas membantu korban tsunami di Blue Beach," ucap Tuan Jones."Baik, Tuan."* Vanesha terbang menuju kota Blue Beach bersama Suster senior bernama Maria. Meski berat bagi Jane untuk melepas sahabatnya saat di bandara tapi ada rasa senang di hatinya karena menjauhkan gadis pujaan Kak Nathan itu darinya. Sesampainya di kota tujuan, Vanesha disambut oleh Sandra di bandara. Tubuh gadis itu, terlihat sangat sempurna. Tubuh moleknya yang aduhai dengan dada berukuran besar serta kulit putih mulus membuat Vanesha sangat iri memandangnya. “Kalian yang bernama Vanesha dan Maria?” tanya Sandra. Vanesha dan Maria mengangguk bersamaan. “Ayo ikuti aku! Oh iya, perkenalkan nama aku Sandra rekan kerja kalian.” Wanita itu mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Vanesha dan Maria bergantian. Setibanya di tandu darurat, Sandra langsung menjelaskan tugas pada Vanesha dan Maria serta rombongan perawat lainnya dari tiap rumah sakit yang akan membantu. Para perawat itu langsung bersiap untuk bergabung dengan perawat lainnya untuk menolong para korban gempa dan tsunami. Saat menolong para korban, Vanesha tak sengaja menabrak seorang tentara berwajah oriental yang bertugas di wilayahnya. “Are you okay?” tanya pria yang bertuliskan Kim Taemin pada name tag di dada kirinya. “I am okay, i am sorry because i didn't see you," ucap Vanesha. “Oh, its okay, can I know your name, my name is Tae,” ucap pria itu seraya menyodorkan tangan pada gadis yang baru dijumpainya itu.Senyum manis gadis itu membuat hati Tae bersemangat untuk mengenal gadis itu lebih jauh. “My name? Oh, Hi! I am Vanesha." “Vanesha, apa kau bisa membantuku di sini?” teriakan Sandra membuat Vanesha segera berlari menghampirinya dan meninggalkan Tae saat itu juga. “Namamu Vanesha rupanya, kenapa kau menggemaskan seperti itu, sih?” gumam Tae sambil memandangi Vanesha yang menjauh. Seorang anak laki-laki berusia kurang lebih tujuh tahun terlepas dari orang tuanya saat gempa susulan berlangsung, kepalanya terluka parah saat atap rumah menimpanya. Tae menyelamatkan anak itu dan membawanya anak tersebut ke sebuah tenda darurat untuk bantuan medis. Tae bertemu dengan Vanesha kembali untuk menolong anak tersebut. Tiba-tiba, salah satu tentara datang ke tenda tersebut mencari Sandra. “Apa Sandra ada? Tanganku terluka, nih," ucap seorang tentara yang sengaja melukai tangannya demi bertemu Sandra. “Aku saja yang obati," sahut Maria perawat senior berusia empat puluh tahun yang juga bertugas bersama Vanesha. "Hmmm, tidak jadi deh, nanti saja sakitnya," ucap tentara itu lalu pergi. "Huh, dasar aneh, pasti dia berpura-pura sakit supaya bisa bertemu Sandra yang seksi. Padahal aku juga tak kalah seksi, ya kan Vanes?" tanya Suster Maria. Vanesha tertawa mendengar penuturan wanita itu yang sedang menggerutu kesal seraya mengobati luka anak tadi. Tae makin terpesona kala melihat senyuman gadis di hadapannya itu.*****To be continued.Vanesha tak sengaja memergoki Sandra di sebuah tenda kamar seorang prajurit bernama Kim Taemin. Tadinya gadis itu hendak menuju tempat penyimpanan obat-obatan. Namun, dia sempat melihat pakaian kemeja putih yang tergeletak di dekat tirai masuk tenda. Gadis itu menghentikan langkahnya dan memilih untuk bersembunyi sejenak karena penasaran. Sandra terlihat sedang melingkarkan tangannya di leher kekar milik seorang prajurit yang dia kenal saat dia sedang mengintip."Apa-apaan mereka itu, bisa-bisanya mereka mau melakukan tindakan tak terpuji itu," gumam Vanesha yang menatap jijik, dan hampir saja dia pergi saat Tae berbicara dengan nada yang berseru. Gadis itu kembali menoleh."Maaf, lepaskan aku Sandra!" pinta Tae."Kenapa sih susah sekali menggodamu?" Sandra lantas melepaskan tangannya dari tubuh pria itu. Dia meraih pakaiannya yang tercecer karena tadi sempat dia lepaskan sembarangan di lantai untuk menggoda Tae. "Yakin, kau tak mau tidur denganku? Banyak loh prajurit di luar sana y
Beberapa hari berlalu setelah kejadian Vanesha melihat Sandra yang menghilangkan nyawa pasien bersama Dokter Tommy. Namun, wanita itu tahu kalau rekannya itu melihat perbuatannya."Vanesha, aku tahu kau melihatku melakukan hal itu," ucap Sandra."Hal apa?" tanya Vanesh."Kau melihatku dengan Dokter Tommy, kan saat ke tenda Tuan Adhock?" tanya Sandra penuh telisik."Ummm … aku tak tahu apa yang kau katakan," terang Vanesha yang hendak berlalu meninggalkan wanita itu.Sandra kemudian menarik tubuh Vanesha yang mungil sama dia berdiri di depannya. Vanesha hanya bisa menatap wajah wanita di hadapannya itu tanpa bisa mengucap sepatah kata pun."Aku dan Dokter Tommy mempunyai kebiasaan yang diharuskan oleh atasan kami. Kebiasaan yang kami lakukan di tenda kemarin," ucap Sandra."Aku tak tahu maksudmu, Suster Sandra." Vanesha memilih untuk menundukkan wajahnya. "Kami hanya membunuh orang tertentu saja. Hanya orang sekarang yang kami bunuh agar mereka bisa terbebas dari penderitaan di dunia.
Dokter Tommy berdehem lalu berkata, "biasanya kondisi para korban dan mungkin dia juga diperparah dengan kepanikan, bisa bahaya juga jika tensi darah naik,” ungkap Dokter Tommy yang mendekat.Robin memang mengalami luka ringan yang dialami biasanya karena benturan ringan seperti terbentur dinding atau panik saat berupaya keluar rumah sehingga membentur sesuatu.“Kalau sekadar luka ringan seperti memar benjol biasa atau lecet bisa ditangani di posko-posko atau rumah warga lain yang lebih aman. Karena itu hanya luka di kulit dan otot,” kata Dokter Tommy.Namun, dia kembali memeriksa kondisi Tae Min yang ternyata mengalami patah tulang pada bagian kaki. Ketika korban tertimpa reruntuhan puing akibat gempa, tentu resiko patah tulang bisa terjadi. Apalagi jika sudah terjadi perubahan bentuk tulang. Vanesha tampak khawatir pada pasien itu.“Patah tulang ini tidak bisa ditangani di sini. Dia harus segera dilarikan ke rumah sakit. Apa ada ambulans yang bisa kita gunakan?" tanya Tommy ketika m
Vanesha mengunjungi Tae Min di rumah sakit. Di dalam ruang perawatan itu dia mengamati pria di hadapannya dengan saksama. Tubuh tinggi tegap dibalut dengan pakaian pasien rumah sakit bermotif garis vertikal yang senada dengan celana kulot yang dikenakan itu malah membuat pria itu terlihat sangat tampan. Pria itu benar-benar menggemaskan untuk dilihat. Dipandangnya sosok Tae Min dari ujung kaki sampai ujung rambut rambut sambil berdecak kagum di dalam hati. "Wah, dia tampan juga ya?" gumam gadis itu saat mendekatkan diri ke wajah Ta Min.“Kenapa melihatku seperti itu? Aku tampan, ya?” Sosok Tae Min tiba-tiba terbangun dan membuka kedua matanya.Gadis itu tersentak dari lamunannya dan tak sadar berkata, “iya.”“Hahaha … kau lucu sekali. Jangan lakukan hal itu pada pria manapun,” ucap Tae Min yang tak sengaja mengintip dua bukit kembar milik Vanesha dari belahan kaus V neck yang gadis itu kenakan saat gadis itu membungkuk menatapnya. Vanesha langsung tersadar dan menutupi bagian tubuh
Bab 8 AIL GN"Iya, ini milik Tae Min. Sebentar saya panggilkan," ucap Vanesha lalu bergegas memanggil Tae Min."Tae, ada telepon!" seru Vanesha."Angkat saja, Sayangku!" seru Tae Min dari dalam kamar mandi."Apa-apaan itu masa sudah panggil-panggil aku sayang," gumam Vanesha yang menyentuh icon hijau bergambar gagang telepon. Di layar ponsel milik Tae Min tertera nama "Jaehyung My Bro" di layar ponselnya."Halo!" Sapa Vanesha."Halo, bukankah ini ponsel milik Tae Min? Kau tidak sedang mencuri ponsel miliknya, kan?" tanya pria bernama Jaehyung dari seberang sana."Sembarangan saja kau bilang aku pencuri. Namaku Vanesha, aku temannya Tae Min," ucap Vanesha."Van apa? Siapa tadi namamu?Van apa katamu?" tanya Jae.Vanesha tak menjawab. Dia hanya mendengus kesal. Tae Min sudah keluar dari kamar mandi dan mendekati Vanesha. Gadis itu langsung membantu pria tersebut untuk berbaring. Dia menyerahkan ponsel milik pria itu seraya menggerutu."Ada apa denganmu?" tanya Tae Min."Dia menuduh ku me
Terdengar para penumpang yang mulai tenang. Tae Min tampak menolehkan kepala untuk membalas tatapan Vanessa yang telah terarah lurus padanya. Dia tak menyangka kalau dua orang itu dipertemukan dalam situasi tak terduga beberapa waktu lalu. Keduanya masih saling bertatapan dengan jarak yang cukup dekat. Vanessa menggantung tawa di sudut bibirnya karena merasa terhibur."Bagaimana kau dengan mudah sekali mengumbar janji, terutama untuk aku yang telah mendengar kata-kata yang sama untuk beberapa hari belakangan ini?" tanya Vanesha.Gadis itu berkata tanpa berniat memprovokasi pria itu."Ayolah, Vanesha … apa kau masih tak percaya ke padaku?""Hmmm, sudah berapa janji ya yang kau berikan padaku sejak sebulan lalu?" tanya gadis itu.Si pria itu padahal selalu bersungguh-sungguh dan serius terhadap setiap perkataan. Apalagi keinginannya untuk menikahi Vanesha. Sebab memang seperti itulah yang terjadi karena semenjak pertama kali mereka ber
Salah satu penjaga rumah yang baru sebulan bekerja di kediaman Tuan Kim Tae Yoon menyapa Vanesha dengan mengejutkannya."Hayo, Nona mau cari siapa ke sini?" tanya penjaga tersebut."Woah, silau sekali Anda," ucap Vanesha yang berusaha menahan tawanya ketika gigi besar milik penjaga itu lebih maju dari bibirnya saat tersenyum."Saya diajak Tuan Tae Min ke sini untuk menemui ayah dan ibunya," jawab Vanesha yang masih berusaha menahan tawanya."Tuan Tae Min? Siapa itu? Apa jangan-jangan Anda mau melamar pekerjaan menjadi asisten rumah tangga di sini? Wah, Anda terlalu cantik untuk jadi pembantu di rumah ini. Sebaiknya Anda menjadi istri saya saja," ucap pria penjaga rumah itu dengan penuh percaya diri."Apa? Saya menjadi istri Anda? Apa tidak salah?" tanya Vanesha yang perlahan mundur beberapa langkah.Sementara dari belakang tubuh Vanesha, tampak Tae Min tengah berlari kecil ke arah gadisnya."Maaf sayang, aku membuatmu lama menunggu. Ternyata anak gadis ku sudah memiliki anak yang lucu
Bab 11 AIL GNSempat merasa dag dig dug di hati kala memasuki ruang keluarga dalam rumah Tae Min, Vanesha ternyata disambut dengan hangat oleh Nyonya dan Tuan Kim. Apalagi wanita paruh baya berusia lima puluh tahun itu tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Wanita itu bisa bernapas lega karena pada akhirnya dia sempat termakan gosip tidak menyenangkan tentang putranya.Nyonya Kim Han Na sempat mendengar gosip kalau anaknya itu penyuka sesama jenis. Namun, kehadiran Vanesha membuat semuanya terbantahkan. Semua gosip yang mengatakan kalau Kim Tae Min adalah penyuka sesama jenis itu akhirnya luluh lantak oleh kehadiran gadis cantik di hadapannya tersebut."Jadi, ini gadisnya?" tanya Nyonya Han Na.Nyonya Kim Han Na tersenyum sumringai. Dia ternyata sangat mengagumi kecantikan gadis di hadapannya itu. Riasan wajah yang sangat natural dan hanya memakai kemeja biru serta celana kulot hitam dipadukan dengan sepatu heels warna senada dengan kemeja yang Vanesha gunakan, tetap membuatnya ang