Share

24. Diintrogasi Bunda

Author: Lapini
last update Last Updated: 2025-05-23 06:19:48

Dharmatio menatap ibu mertuanya yang duduk dihadapannya, sedangkan di sisi kirinya terdapat Harena yang menunduk. Suasana tegang menyelimuti mereka, tatapan datar tetapi penuh intimidasi diberikan oleh Arcinta Aurelia Yasmin-Bunda Cindya dan Bunda Angkat Harena-.

Arcinta menatap kedua insan dihadapannya saat ini silih berganti, ia menghela nafas perlahan. Tidak heran jika melihat tingkah putri angkatnya yang semakin hari semakin liar, walaupun tidak tiap hari bertemu, tetapi ia tahu segala aktifitas Harena di luar sana.

“Besok ikut Bunda, Bunda kenalkan dengan seseorang. Dia ini lulusan kedokteran, dan cumlaude. Dia juga lebih muda satu tahun dibawah Tio,” ucap Arcinta, membuat Harena mengangkat kepala dan bertemu tatapan dengannya.

“Yang benar saja, Bun. Aku gak mau, lagian aku bisa cari sendiri kok,” balas Harena, ia tidak setuju dengan keputusan sepihak sang bunda.

Arcinta mengangguk-anggukkan kepala, ia masih bisa bersikap baik kepada Harena, selain karena Cindya, ada hal lain yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   27. Pertemuan disengaja atau tidak disengaja?

    Cindya menatap layar sebuah tab yang sedang memperlihatkan rekaman CCTV, rekaman seorang perempuan yang duduk berhadapan dengan seorang laki-laki berpenampilan serba hitam.Laki-laki itu mengenakan topi sehingga membuatnya hanya bisa memperhatikan hidung mancung dan bibir tipis tiap kali laki-laki itu berbicara.Cindya menoleh, menatap seorang laki-laki yang berdiri di sisinya saat ini. “Gak ada rekaman CCTV dari arah lain? Aku gak bisa liat mukanya dengan jelas,” tanyanya, dijawab dengan gelengan kepala tegas.“Saya rasa pria itu sudah profesional, karena jika dilihat dari sudut lain tetap tidak terlihat sepenuhnya. Dia selalu berusaha menutupi sebagian wajahnya,” jelas laki-laki mengenakan jas dan kacamata hitam yang bertengger di hidung.Cindya menghela nafas pelan, ia melihat ponselnya yang menampilkan sebuah maps, bukan maps pada umumnya, tetapi pergerakkan sang suami yang sudah dekat dengan tempatnya saat ini.Dengan cepat Cindya memberikan tab itu kepada pria di sisinya, dan di

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   26. Apa yang direncanakan Harena?

    Dharmatio melangkah masuk ke dalam rumahnya yang kosong, keningnya mengkerut karena tidak menemukan istri dan anaknya. Seingatnya sebelum dirinya mengabarkan sedang dijalan pulang, dua puluh menit yang lalu, istrinya membalas akan menunggu dirumah.Dharmatio merogoh saku celananya untuk melihat kembali balasan pesan yang dikirim oleh sang istri. Ternyata itu pesan baru yang diterima olehnya, lima menit yang lalu. “Mas maaf yaa, aku ada janji mendadak sama Arens di kedai kuenya,” gumamnya.Ibu jarinya menekan icon telfon, menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya, menunggu dengan sabar panggilan suaranya diterima oleh seseorang disebrang sana, sambil melangkahkan kaki ke arah kamarnya yang ada di lantai dua.“Kenapa tidak menunggu aku sampai di rumah? Pasti aku anterin kamu ke tempat Arens,” ucap Dharmatio sesaat setelah istrinya itu menyapanya.“Maaf, Mas. Buru-buru, dia bilang banyak pelanggan, dan tiba-tiba saja pegawainya jatuh di kamar mandi. Jadinya dia panik, aku juga pani

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   25. Perbincangan Papa & Cindya

    Cindya menghela nafasnya perlahan, menatap papanya yang menaikkan sebelah alis. “Ini alasan Papa gak setuju sama ide aku?” tanyanya, dijawab dengan anggukkan kepala dengan bergumam pelan.Papa menegakkan tubuhnya, menatap serius putrinya yang duduk bersebrangan dengannya. “Harena itu lebih baik ditegasin, bukan cuma rencana jelek kamu itu,” tuturnya diakhiri dengan tertawa saat melihat kedua mata Cindya melebar.“Rencana aku itu baguss yaa,” ucap Cindya, membela diri karena tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh papanya itu. “Aku yakin, berhasil kok kalau Papa setujuin waktu itu,” tambahnya.Papa mengangguk-anggukkan kepala, “Baru dijalanin satu hari, mereka langsung bikin anak,” celetuknya tanpa perasaan, lagi-lagi tertawa santai, berbeda dengan putrinya yang mendesis kesal.“Papa senang kalau aku sama Mas Tio kenapa-kenapa?” tanya Cindya, ditanggapi dengan kedua bahu yang naik. “Lagian yaa, aku tuh bingung sama Harena. Kenapa dia kaya gitu ya?” imbuhnya.“Apalagi kala

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   24. Diintrogasi Bunda

    Dharmatio menatap ibu mertuanya yang duduk dihadapannya, sedangkan di sisi kirinya terdapat Harena yang menunduk. Suasana tegang menyelimuti mereka, tatapan datar tetapi penuh intimidasi diberikan oleh Arcinta Aurelia Yasmin-Bunda Cindya dan Bunda Angkat Harena-.Arcinta menatap kedua insan dihadapannya saat ini silih berganti, ia menghela nafas perlahan. Tidak heran jika melihat tingkah putri angkatnya yang semakin hari semakin liar, walaupun tidak tiap hari bertemu, tetapi ia tahu segala aktifitas Harena di luar sana.“Besok ikut Bunda, Bunda kenalkan dengan seseorang. Dia ini lulusan kedokteran, dan cumlaude. Dia juga lebih muda satu tahun dibawah Tio,” ucap Arcinta, membuat Harena mengangkat kepala dan bertemu tatapan dengannya.“Yang benar saja, Bun. Aku gak mau, lagian aku bisa cari sendiri kok,” balas Harena, ia tidak setuju dengan keputusan sepihak sang bunda.Arcinta mengangguk-anggukkan kepala, ia masih bisa bersikap baik kepada Harena, selain karena Cindya, ada hal lain yan

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   23. Harena Semakin Liar

    Cindya memperhatikan pakaian Harena dari atas hingga bawah, ia memicingkan mata. Piyama berbahan satin berwarna putih, benar-benar pakaian yang niat untuk menggoda Dharmatio.Sedangkan Harena bergeming memperhatikan pakaiannya, lalu meringis pelan karena menyadari kebodohannya yang tidak sempat berganti pakaian karena terlalu antusias menyambut kedatangan Dharmatio.Cindya tersenyum manis kepada adiknya yang kini menatapnya, “Kamu baru bangun?” tanyanya, dijawab dengan cengiran bodoh yang mendukung kebodohan adiknya itu. “Belum sarapan berarti? Mau Mbak buatkan sesuatu?” tanyanya.Harena tersenyum lebar, kedua matanya berbinar dan kepalanya mengangguk antusias. “Mauuu, nasi goreng yaa … aku kangen masakan Mbak,” ucapnya dengan semangat.Cindya hanya bergumam malas, tetapi kedua kakinya melangkah ke arah dapur, tentu saja diikuti oleh Harena. Hanya saja, Harena memilih untuk duduk di kursi bar, memperhatikan Cindya yang sedang memakai afron berwarna biru.“Arlan gak Mbak ajak?” tanya H

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   22. Perasaan Seperti Bunglon

    Dharmatio menipiskan bibirnya, mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan apa yang terjadi tadi malam. Sedangkan Cindya hanya duduk tenang memperhatikan suaminya yang menunduk, entah kenapa perasaannya semakin sakit melihat suaminya yang hanya terdiam.“Kalau emang gak ada yang mau dibicarakan, gak usah dipaksa,” ujar Cindya setelah beberapa menit terdiam, kedua matanya bertemu dengan kedua mata sang suami. “Aku gak maksa, tapi perlu kamu ingat. Hubungan itu bakal hancur kalau ada kebohongan setitik,” lanjutnya.“Aku tidak bohong,” tukas Dharmatio dengan cepat, menatap istrinya yang menipiskan bibir dengan kepala yang mengangguk-angguk. “Di divisi aku memang ada yang ulang tahun, dan kamu bisa tanyain ke dia,” tambahnya.Cindya mengendikkan kedua bahu, ekpresi wajahnya sulit diartikan oleh Dharmatio yang saat ini sedikit panik. “Kalau emang gak ada yang ditutupi, biasa aja kali, Mas,” balasnya diakhiri dengan tertawa.Dharmatio meringis pelan, ia memejamkan kedua matanya untuk mengon

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status